04-Sepotong Kisah Sang Antagonis

240K 30K 2.8K
                                    

Hauri meminum yakult untuk menyegarkan dirinya. Kalau kata ibunya, Hauri memang sangat menyukai yakult dari sebelum hilang ingatan. Memang benar, ingatan bisa hilang, tapi perasaan tidak. Sekalipun bangun tanpa ingatan dirinya tetap Hauri yang sama dengan sebelumnya. Termasuk kebiasaannya.

Semenjak bertemu dengan laki-laki menyebalkan, Hauri selalu mimpi buruk setiap malamnya. Tatapan dingin dan kata-kata kasar laki-laki itu membuat tidur Hauri tidak nyenyak. Dasar laki-laki sialan! Bisa-bisanya berbicara kasar pada seorang gadis sepertinya! Hauri harap tidak akan pernah melihat laki-laki itu. Amit-amit, bisa ketiban sial nanti.

"Hauriiiiiiii...."

Hauri langsung tersendak sampai terbatuk-batuk mendengar suara cempreng yang memanggil namanya. Seorang gadis yang tidak dikenalnya masuk ke dalam. Gadis itu langsung menghampiri dan memeluk erat dirinya. Gadis itu menangis tersedu-sedu seperti anak kecil.

Kali ini siapa lagi yang datang menjenguknya? Musuhnya? Atau siapa? Sejak dijenguk oleh laki-laki menyebalkan itu Hauri jadi trauma menerima tamu.

"Maaf...mungkin emang nggak sopan. Tapi lo siapa, ya? Soalnya gua nggak ingat sama sekali."

Gadis itu melepaskan pelukannya. Menatap Hauri dengan mata berkaca-kaca. "Hauri....jadi itu benar? Lo hilang ingatan? Lo nggak kenal gua?" gadis itu mulai merengek yang membuat Hauri jadi merasa bersalah.

"Iya. Gua hilang ingatan dan nggak kenal sama lo." Hauri tersenyum kaku.

"Gua Siya Aprilia. Gua sahabat lo yang paling dekat. Kita kenal sejak SMP."

"Maaf tapi sekalipun lo bilang kita bersahabat. Bagi gua lo tetap orang asing."

Siya menyeka air matanya. "Gapapa kalo lo nggak ingat. Yang penting lo udah bangun dari koma. Lo tau betapa khawatirnya gua? Gua takut kehilangan lo Hauri." Siya mulai menangis lagi.

Hauri terkekeh. Merasa tersentuh. Dia usap pipi Siya. "Maaf buat lo khawatir." meski merasa asing tapi Siya memiliki tatapan yang sama seperti ibunya. Oleh karena itu Hauri percaya kalau ia dan Siya memang dekat.

"Keadaan lo sekarang gimana?"

"Gua udah baik-baik aja. Jadi lo jangan nangis lagi. Oke?" Hauri tersenyum, berusaha memperlihatkan pada Siya kalau dirinya memang sudah baik-baik saja.

"Syukur lah. Maaf gua baru sempat jenguk sekarang karena sibuk ngurusin ujian bulanan. Gua bawain catatan buat lo." Siya memberikan buku catatan kepada Hauri.

"Makasih." Hauri menerimanya dengan senang hati.

"Udah lama banget gua nggak ngobrol sama lo. Sebelumnya kalo gua ajak ngomong lo nggak pernah respon. Karena lo koma selama beberapa bulan. Gua kangen sama lo." Siya tersenyum meski sebenarnya Hauri bisa melihat kesedihan dari sorot matanya.

"Kita satu sekolah, ya?" tanya Hauri.

"Iya. Satu sekolah. Bahkan satu kelas. Kita juga satu SMP dulu."

"Jadi lo kenal gua dengan baik, kan? Tau banyak tentang gua?"

"Iya. Gua tau banyak tentang lo."

"Gua mau nanya sesuatu sama lo."

"Apa?"

"Beberapa hari yang lalu ada cowok yang jenguk gua. Emang ganteng sih, tapi nyebelin. Dingin dan jutek. Ngomongnya nyakitin. Kayaknya dia benci sama gua. Gua nggak tau kenapa dia benci gua." cerita Hauri frustasi.

"Alskara?" tanya Siya.

"Gua nggak tau namanya. Nggak kenal."

"Coba cek hp lo. Lo buka galeri photo."

Hauri memang bingung dengan petunjuk yang diberikan Siya. Namun ia menurut. Ia ambil ponsel yang semula ada di laci untuk waktu yang lama. Semenjak bangun dari koma Hauri memang tidak mengecek ponsel karena malas. Setelah sudah memegang ponsel, Hauri membuka ponsel yang tidak dikunci, ia buka galeri photo. Betapa terkejut Hauri melihat satu album yang berisikan photo-photo dari si cowok menyebalkan.

"Iya. Ini cowok yang jenguk gua!" Hauri menunjukkan layar ponselnya ke Siya.

"Dia adalah Alskara Banyu Mahaprana."

"Alskara? Dia siapa? Kenapa ada photo dia di hp gua? Apa hp gua ini bekas punya dia?" Hauri seperti kebakaran jenggot. Sama sekali tidak mengerti yang terjadi pada ponselnya.

"Lo lihat nama albumnya."

"My love? Siapa yang buat album dengan nama my love? Jijik banget! Apa hp gua ini diretas sama orang lain?" Hauri histeris sendiri.

"Itu hp lo, ya berarti lo yang buat tuh album. Dan lo juga yang photo Alskara diem-diem." jawab Siya datar.

"Hah? Apa gua gila sampai photo orang diam-diam? Alskara itu siapa sih? Ada hubungan apa gua sama Alskara? Gua mau lo nyeritain semua dengan jelas, rinci dan jujur. Gua butuh penjelasan kenapa Alskara ngebenci gua?"

Siya mengambil napas terlebih dulu sebelum akhirnya mulai bercerita. "Alskara Banyu Mahaprana adalah ketua geng Ziver di Brawijaya. Most Wanted dengan berjibun fans. Dan meskipun terkenal badboy, Alskara itu pintar, langganan rangking satu."

"Dan dia mantan gua?" Hauri menyela cerita Siya.

"Jangan kan mantan, dianggap teman juga nggak."

"Segitunya?" Hauri jadi down karena ekspetasinya yang tidak nyata.

"Alskara itu teman kecil lo. Kalian saling kenal sejak kecil karena kebetulan orang tua kalian dekat. Lo itu cinta mati sama Alskara. Selalu ngikutin Alskara. Lo masuk di SD, SMP dan SMA yang sama kayak Alskara biar bisa dekat sama dia. Alskara itu nggak suka sama lo, dia nolak lo berkali-kali. Alskara bahkan bersikap dingin sama lo. Tapi tetap aja lo ngejar cintanya Alskara."

"Sebucin itu gua?" Hauri terkejut dengan kebodohannya sendiri.

Siya mengangguk. "Alskara yang terkenal dingin dan cuek tiba-tiba aja tertarik sama cewek sederhana bernama Aina Wayan Mahrunisa. Awalnya penasaran dengan kepolosan dan kesederhanaan Aina. Lama-lama Alskara jatuh cinta sama Aina. Di sini lah peran lo dimulai."

"Jangan bilang gua berperan sebagai antagonis?"

"Benar. Lo nggak terima Alskara jatuh cinta sama Aina. Lo pun berubah jadi cewek yang kasar, jahat dan selalu menindas Aina. Hampir setiap hari lo cari gara-gara sama Aina. Lo nggak akan tenang kalo belum lihat Aina menderita. Alskara nggak tinggal diam. Dia nggak bakal biarin cewek yang dia sayang menderita. Alskara jadi pangeran kuda yang selau nolong dan nyelamatin Aina dari kekejaman lo."

Hauri menunduk sambil memegang keningnya yang pusing. "Pantes aja Alskara benci sama gua. Gua adalah karakter antagonis yang jahat sama sang heroin."

-ANTAGONIS-

I'm not Antagonis (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang