44-Penyelamat

195K 26.7K 7.1K
                                    

Buat kalian yang belum punya novel Back To School atau I'm not Antagonist bisa beli di gramedia terdekat atau pesan di toko online

Tersedia di:

@novely.young
@bumifiksi.jakarta
@melstorebook
@zahrabooks
@tokotmindo

🚫#STOP BELI NOVEL BAJAKAN YA# 🚫
-
-
__________________________________

Alskara sedang membungkuk dan Liam sedang memegang botol minum. Keduanya diam dengan pandangan sama-sama ke arah lapangan. Menyaksikan anak cheersleader yang sedang tampil. Mereka bukan seperti kebanyakan cowok yang bersurak senang menyaksikan cewek-cewek cantik berpakaian minim sedang menari. Tidak. Mereka melamun bukan karena keasikan melihat bentuk tubuh cewek-cewek cheersleader yang rata-rata montok. Mereka melamun karena memperhatikan Hauri.

Di tengah lapangan Hauri memakai baju minim, menari dengan rombe-rombe, rambut pendeknya dikuncir setengah dan senyumnya tidak pernah hilang. Banyak cowok yang meneriaki nama Hauri. Lalu nanti secara bersamaan Alskara dan Liam akan menatap sinis cowok yang meneriaki nama Hauri. Cowok itu langsung kicep ditatap tajam oleh dua pentolan sekolah.

"Alskara!"

Lamunan Alskara buyar saat Aina memanggilnya. Alskara berdiri tegak, ia menoleh ke belakang. Aina langsung melambaikan tangan sambil menunjukan botol minum. Alskara bernapas lega dengan seutas senyum. Namun pandangan Alskara teralihkan saat menyadari sosok Liam di sampingnya. Liam masih melamun menatap Hauri dengan senyuman di bibir. Cepat-cepat Alskara memalingkan wajah. Ada perasaan iri di hati Alskara. Iri dengan Liam yang bisa menatap lama Hauri. Beda dengan dirinya yang tidak bisa.

Alskara memutuskan menghampiri Aina. Dia mengacak rambut gadis itu dan memilih berdiri di samping Aina. Alskara tidak bisa memandang lama Hauri. Karena dia hanya boleh memandang Aina. Hanya Aina yang Alskara cintai, hanya Aina yang penting di hidup Alskara.

Hanya saja, beberapa hari ini Alskara merasa ada yang berbeda darinya. Semenjak Hauri bilang kalau ia ingin berhenti mencintainya dan tidak mau ikut campur urusannya, semenjak itu ada kegelisahan.

"Al, main basketnya yang semangat, ya?" Aina mengacak rambut Alskara. Menyemangati sang kekasih.

"Semangat soalnya kamu nonton." Alskara membalas senyuman Aina.


-antagonis-

Satu sekolah heboh dan berisik mendukung tim basket Brawijaya yang sedang tanding dengan SMA Garuda. Ada juga pendukung dari SMA Garuda, tapi tidak sebanyak pendukung Brawijaya. Maklum mereka tanding di kandang Brawijaya. Jadi tentu saja Brawajiya menguasai suasana pertandingan.

Hauri dan Siya juga ikutan heboh di pinggir lapangan, menyemangati tim Brawijaya. Hauri sampai berjingkrak-jingkrak dengan menggoyangkan rombe-rombe yang tadi dipakai perfome cheersleader.

"LIAM! LIAM! LIAM" Hauri berteriak menyemangati Liam.

"Liam doang yang disemangatin?" sindir Siya.

"Nevan disemangatin lo, Gibson di semangatin sama Fela, Alskara disemangatin Aina. Yaudah gua semangatin Liam aja."

Siya terkekeh. Mengiyakan perkataan Hauri dengan anggukan.

Hauri kembali mendukung tim basket Brawijaya. Tidak sengaja pandangannya bertemu dengan tatapan Alskara. Cowok itu menutup mulutnya dengan seragam basket bagian atas. Berdiri diam di dekat ring dengan terus menatap Hauri. Hauri menoleh ke belakang. Takutnya dia kepedean mengira Alskara memperhatikannya padahal sedang memperhatikan Aina. Namun di belakangnya tidak ada Aina. Aina berdiri sejajar dengannya di ujung sana.

Terus ini Alskara beneran melihat ke arahnya?

"Alskara ngeliatin lo." Siya menyikut Hauri. Sadar kalau sejak tadi Alskara memperhatikan Hauri.

Hauri menoleh. "Kan dia punya mata. Jadi bebas mau lihat kemana aja."

"HAURI AWAS!!" teriakan Liam membuat semua orang tersontak kaget. Terutama Hauri.

Lalu suara-suara peringatan saling bertubrukan meneriaki nama Hauri. Hauri sendiri langsung panik melihat bola basket yang nyasar ke arahnya. Mau menghindar sepertinya sangat susah. Alhasil, dia cuma memejamkan mata. Berdoa semoga wajahnya tidak terlalu sakit kena bola basket.

"Lo gapapa?"

Hauri tersentak mendengar suara Alskara. Dia merasa tidak terjadi sesuatu kepadanya. Mukanya juga tidak sakit. Perlahan Hauri membuka mata. Tangan Alskara di depan wajah Hauri, menjadi tameng melindunginya dari bola basket. Sedangkan bola basket sudah bergerak mantul di lapangan.

Ia selamat dari bola basket berkat Alskara?

"Iya." jawab Hauri agak lambat karena masih tidak mengerti apa yang terjadi.

-antagonis-

Pertandingan dimenangkan tim Brawijaya. Berangsur-angsur penonton meninggalkan lapangan. Karena sudah jam pulang sekolah, banyak murid yang memutuskan keluar dari sekolah untuk pulang. Hauri juga sedang berjalan menuju gerbang sekolah, mau pulang bareng Siya yang menunggunya di parkiran.

Tali sepatunya terlepas. Terpaksa Hauri berjongkok dan mengikat talinya. Kemudian berdiri lagi. Tersenyum senang memandangi sepatunya.

Hauri meringis kesakitan dengan kepala ketarik ke belakang. "Alskara?" bola mata Hauri membesar saat ia menoleh dan menemukan sosok Alskara sebagai pelaku yang sudah menarik ujung rambutnya.

"Lo....mau pulang?" tanya Alskara ragu.

"Iya."

"Gua butuh ucapan terimakasih dari lo."

"Hah?" Hauri tersendak mendengarnya. Ini telinga Hauri tidak bermasalah, kan?

"Gua butuh ucapan terimakasih karena tadi udah nyelamatin lo dari bola basket." Hauri mengerjapkan mata beberapa kali. Ini Alskara tidak kesambet, kan? Sikapnya aneh banget.

"Bukanya lo pernah bilang nggak butuh ucapan terimakasih gua?"

"Sekarang butuh." Alskara berwajah datar.

Hauri menghela napas. "Makasih udah nyelamatin gua." Hauri tersenyum terpaksa. "Udah, kan?" hardiknya tanpa ekspresi.

"Lo-"

"Hauri!" kalimat Alskara terpotong oleh perkataan Liam yang tiba-tiba datang menarik tangan Hauri hingga gadis itu mundur ke belakang, menjauh dari Alskara. "Lo balik sama siapa?" tanya Liam.

"Siya. Dia udah nungguin gua di parkiran."

"Balik bareng gua aja. Kita makan. Gua bayarin."

"Ngerayain kemenangan tim lo?" Hauri menyambut antusias tawaran Liam.

"Iya."

"Oke!" Hauri terkekeh senang.

"Oh, Al lo di sini? Kalian lagi ngobrol? Aina nunggu lo di depan sekolah." Liam baru memperhatikan keberadaan Alskara yang sejak tadi diam menyimak obrolan mereka. Ini Liam bersikap seolah-olah baru sadar, tapi sebenarnya....

"Oh, ya. Lo tadi mau ngomong apa?" Hauri juga baru mengingat keberadaan Alskara. Dia juga ingat tadi Alskara mau ngomong sesuatu tapi sudah didahului Liam.

"Gapapa. Gua duluan." Alskara langsung berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.

Hauri mengamati punggung lebar Alskara yang semakin menjauh. Hari ini tanpa terduga lagi-lagi Alskara berbuat baik kepadanya. Menjadi penyelamat Hauri.

Ngomong-ngomong, sikap Alskara aneh.


-ANTAGONIS-

I'm not Antagonis (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang