Prolog

624 48 22
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis yang memakai pakaian serba hitam itu, terguguk dalam pilu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gadis yang memakai pakaian serba hitam itu, terguguk dalam pilu. Tangisnya tak pernah berhenti barang sedetikpun, saat dia telah melihat orang yang terkasihnya sudah bersatu dengan tanah. Suaranya tertahan karena merengek sesuatu yang sangat mustahil untuk bisa kembali. Orang-orang yang di sekitarnya, ikut merasa iba melihat penderitaan yang dialami gadis tersebut.

Bahkan di menit ke-37 ini, gadis itu enggan menghentikan tangisnya. Dia tidak peduli dengan bajunya yang sudah kotor karena terkena campuran tanah dan kubangan air. Sesak pada rongga dadanya kian menganga lebar. Tetes-tetes air matanya, sulit dia cegah untuk tidak meluncur halus pada wajahnya yang sudah sembab. Hatinya tergores dalam, dengan tangan terkepal, menggenggam tanah yang menjadi tempat peristirahatan terakhir.

"Ke ... kena ... kenapa ... Tuhan, jah ... jahat ...," lirihnya terbata-bata.

Netranya memandang sendu pada batu nisan yang menancap di atas tanah. Disapukannya debu-debu yang diterbangkan oleh angin pada batu nisan itu. "Ba ... bagai ... mana, se ... karang ...."

Seandainya waktu dapat dia putar kembali, penyesalan ini, sudah pasti tidak akan dia dapatkan. Ah, andai saja...

Tubuhnya semakin melorot, terkulai lemas, sebab dirinya sudah tidak mempunyai kekuatan lagi untuk sekedar bangun dari duduk bersimpuhnya. Bahkan dia merasakan matanya terlalu lelah untuk menahannya agar tetap terjaga.

Izinkan aku ikut saja, pinta gadis itu dengan lirih.

Bersamaan dengan baskara yang mulai tergelincir di tempat peraduannya, langit jingga mulai terlihat indah dan menemani laki-laki yang berdiri tak jauh dari gadis yang sedang berduka, dia memperhatikan gerak-gerik gadis itu dari kejauhan. Rasa iba, sakit, pilu serta-merta membuatnya kelimpungan memilah perasaan yang tepat pada gadis yang hampir kehilangan kesadarannya. Langkahnya terkesan terburu-buru, mendekati gadis yang dia perhatikan dari kejauhan.

"Kamu gak apa-apa?" tanyanya penuh kecemasan.

Gadis yang berada dalam pangkuannya, dengan setengah sadar yang dimilikinya itu, melenguh panjang. Matanya berusaha untuk mengerjap, namun terlalu sukar dilakukan.

"Bertahanlah!" seru laki-laki itu dengan cemas.

Dia antipati dengan segala kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi pada gadis yang sudah berada dalam gendongannya. Kakinya dia langkahkan dengan awas, takut membuatnya dan gadisnya terjerembab seketika. Rasa ngilu yang berasal dari kakinya-baru saja pulih dari operasi-dia paksakan untuk terus fokus melangkah pada mobil yang terparkir tidak jauh dari TPU.

Dia membaringkan gadis tersebut di kursi samping pengemudi, diberikannya selimut tebal untuk menutupi sebagian tubuh gadis itu yang terasa dingin. Dengan tangan dan kaki yang masih bergetar, dia berusaha menormalkan kembali irama jantungnya. Sesekali dia melirik gadis di sampingnya, pucat pasi. Riak wajahnya semakin mengkeruh karena sesak yang mendominasi. Dia mencoba memfokuskan diri pada laju mobil yang dia jalankan.

Tangannya acap kali mengusap telapak tangan dingin dari gadis yang masih tak sadarkan diri. Hatinya ikut mencelos sakit melihatnya.

"Jika kamu tidak bisa bertahan untuk mereka, cobalah bertahan untuk dirimu sendiri! Untukku juga!"

Hampir saja dia menggeram frustasi karena jalanan kota yang sedang macet, walaupun dia bukan tinggal di kota besar, kemacetan tetap saja menjadi penghambat segala aktivitas. Tapi juga terkadang, menjadi berkah bagi sebagian orang yang menjalani pekerjaannya di tengah-tengah kemacetan yang ada.

Suara lirih yang berasal dari samping, membuatnya menoleh cepat. "Pergi ...!"

Hanya sepenggal kata itu yang ternyata sukses membuatnya membisu.

~tbc~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~tbc~

Terima kasih telah membaca
Cerita Bye-bye, cry!🤗
.
.
.
Jangan lupa berikan dukungan kalian dengan cara : mengklik icon 🌟 atau dengan tanggapan, kritik dan saran kalian setelah membaca cerita ini😍
.
.
Salam hangat,
Tanialsyifa

589 kata

Bye-bye, cry! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang