***
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Valen baru saja tiba di depan gerbang mansion keluarganya. Sejenak ia meneliti tempat yang menjadi persinggahannya tersebut selama tujuh belas tahun terakhir.
Mewah, besar, dan elegan.
Selain loyal keluarga Aquino juga sangat kaya. Bahkan, Aquino—papanya menyandang predikat ke-4 dari Top 10 Indonesian Businessman. Iya ... Bisa dibilang Valen terlahir dari keluarga konglomerat.
Meskipun terkenal berandal, Valen sama sekali tidak pernah menyombongkan ataupun menggunakan nama papanya untuk sekedar mengancam siswa-siswi di sekolahnya misalnya.
Bukan apa-apa. Hanya saja ia terlalu malu untuk melakukan hal tersebut. Toh, yang kaya bukan dirinya, melainkan Aquino. Ia hanya seorang anak yang dituntut serba bisa dan tidak lemah.
Perihal terlahir dari keluarga konglomerat itu hanya bonus bagi Valen.
"Pak, bukain dong gerbangnya!" Gadis itu sedikit berteriak dari balik gerbang.
"Loh, Non Valen, dari mana aja Non? Tuan dan Nyonya dari tadi cemas loh nungguin Non," sahut Pak Agus dengan raut khawatir.
Pak Agus itu adalah sopir di rumah Valen. Dia bekerja untuk keluarga Aquino sudah sepuluh tahun. Terhitung sejak Valen kecil.
Terkadang Pak Agus menjadi saksi bagaimana Aquino memukul Valen hanya karena mendapat peringkat dua.
Tidak ada yang bisa Pak Agus lakukan. Dia tidak lebih dari seorang sopir dan tidak berhak ikut campur. Meski terkadang merasa kasihan dengan kehidupan Valen.
"Valen ada tugas di rumah temen, Pak makanya pulang malem, udah bukain gih!" titah Valen. Sengaja berbohong.
Pun, Pak Agus membuka gerbang. Setelahnya ia berkata, "Non Valen hati-hati ya. Bapak takut Non kena marah lagi soalnya Tuan Aquino kelihatan marah besar tadi," ujarnya cemas.
Valen tahu betul kekhawatiran Pak Agus. Maka ia memberikan seulas senyum tipis guna memberitahu bahwa dirinya baik-baik saja. "Jangan khawatir, Pak. Valen, kan, kuat."
Kemudian ia berlalu sembari menuntun motornya.
Meski ada rasa sedikit cemas, Valen membuka pintu. Sedikit terkejut karena tidak dikunci. Syukurlah!
Gadis itu menelusuri ruangan bernuansa abu secara mengendap-endap. Berusaha agar tidak memimbulkan suara. Tidak ada siapa-siapa. Ruangan tampak sepi. Biasanya Aquino dan mamanya akan berkumpul di ruang keluarga sebelum tidur.
Mungkin mereka sudah tidur. Pikir Valen.
"Dari mana kamu Valen?"
—namun ternyata pikirannya salah. Aquino menuju ke arahnya. Bertanya dengan nada tegas sekaligus aura yang sama.
Aura yang selama ini Valen takuti.
Mampus sudah! Sia-sia perjuangannya yang mengendap-endap agar tidak menimbulkan suara. "Papa...," ucap Valen sedikit terkejut.
"Papa tanya dari mana kamu Valen?" tanyanya sekali lagi.
"I-itu Pa, abis dari rumah temen buat ngerjain tugas." Alasan yang terdengar klise. Alasan yang mungkin diberikan anak-anak di luar sana jika berada di posisi Valen.
![](https://img.wattpad.com/cover/234286390-288-k313985.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VARELLE √ (Tahap Revisi)
Teen FictionAkibat insiden dua tahun lalu, dua keluarga yang awalnya saling bersahabat kini harus menjadi musuh bebuyutan. Keluarga Maheswari dan keluarga Aquino. Kedua keluarga itu saling berlomba-lomba agar menjadi lebih unggul. Padahal, penyebab mereka...