21. Khawatir sejenak

94 18 5
                                    

Haloo apa kabareee???

Jangan lupaa vote and comment yaa

Thank u❤

—⭐—

21. KHAWATIR SEJENAK

DOR!!

Bunyi tembakan itu terdengar sangat jelas hingga hampir menghentikan detak jantung semua yang ada di tempat itu. Semuanya menoleh ke asal suara. Betapa terkejutnya mereka ketika mendapati Valen yang telah jatuh tersungkur dalam pelukan Varel. Hal itu membuat Varel terkejut. Ada sesuatu yang tiba-tiba menusuk jantungnya hingga membuatnya berdetak tak karuan. Lantas, ia langsung merengkuh tubuh Valen yang sudah tergeletak tak berdaya. Darah segar mulai mengucur dari tubuh Valen.

Varel masih tidak percaya bahwa cewek itu telah menyelamatkannya.

Varel kalut. Kedua tangannya memegang wajah Valen. Tubuhnya bergetar hebat. Tidak! Tidak ada yang boleh menyakiti Valen selain dirinya. Valen tidak boleh mati! Bahkan, ia masih belum membalaskan dendamnya.

"Va bangun! Nggak! lo nggak boleh mati. Lo harus mati di tangan gue," ujarnya dengan suara yang bergetar hebat.

—⭐—

Deru suara roda brankar terdengar sangat nyaring. Beberapa suster terlihat tergopoh mendorong brankar yang ditempati Valen. Pasalnya, mereka tahu betul bahwa rumah sakit ini adalah kepunyaannya tuan muda yang saat ini juga mendorong brankar itu. Ya, rumah sakit ini adalah milik Varel sendiri. Namanya Rumah Sakit Rose Gold. Ia membangun rumah sakit ini dari hasil kerja sama dengan papanya sejak kelas sepuluh.

Siapa sangka laki-laki yang masih SMA sudah bisa membangun rumah sakit sebesar ini? Tidak hanya itu, Varel juga memiliki berbagai cabang di beberapa negara. Tak jarang, ia menjadi investor di beberapa negara. Tidak heran kalau laki-laki itu memiliki kekayaan yang melimpah. Dari kecil ia sudah diajari bagaimana caranya belajar di dunia bisnis.

Darah segar tercetak sangat jelas pada tubuh Valen. Varel begitu panik melihat keadaan Valen. Raut mukanya sekarang tidak bisa dijelaskan. Antara syok dan tidak percaya. Dengan suara keras Varel berkata pada seorang dokter.

"SELAMATKAN DIA! JANGAN SAMPE DIA MATI!" terdengar sangat menuntut.

Gue mohon jangan mati. Batinnya.

—⭐—


"Varel! kenapa kamu membiarkan Valen seperti ini? Segitu bencinya kamu sama Valen?" Mentari terus menangis sambil memukul dada Varel berulang kali. Ia sangat khawatir jika terjadi sesuatu dengan putrinya.

"Tante, kejadiannya nggak seperti itu! Bukan Varel yang nembak Valen!" ujar Gerald memberi tahu yang sebenarnya.

"Saya nggak peduli. Kalian semua benci sama anak saya. Kalian pasti seneng, kan ngeliat Valen seperti ini?" Mentari terus terisak.

"Mentari, kamu nggak boleh nyalahin mereka kaya gitu dong. Kamu nggak tahu kejadian yang sebenarnya. Nggak usah menyimpulkan hal yang kamu nggak tahu," kini Riris berkata.

"Diam kamu! Kamu dan keluarga kamu pasti seneng, kan melihat Valen menderita. Dari dulu kamu selalu membuat anak saya menderita. Valen selalu sial jika bersama dengan anak kamu!" teriak Mentari emosi.

"Kamu pikir saya juga nggak menderita melihat anak saya yang bertahun-tahun mendekam di rumah sakit? Apa itu nggak cukup menderita bagi saya? Dan itu semua ulah anak kamu! Pembawa sial sebenarnya adalah anak kamu!" Riris sudah tidak bisa membendung emosinya. Dari kemarin-kemarin Mentari selalu saja menyalahkan keluarganya atas apa yang menimpa pada Valen.

"Tenang, Ris. Ini rumah sakit. Kontrol emosimu," ujar Maheswari menenangkan Riris.

Sementara Varel, ia terlihat berantakan. Cowok itu begitu putus asa. Varel menyandarkan punggungnya pada dinding. Bajunya dipenuhi dengan darah Valen. Ia memijat keningnya dan tak henti-henti berdoa pada Tuhan agar tidak mengambil Valen darinya.

"Rel, mending lo pulang dulu. Ganti baju lo." Gery menepuk bahu Varel yang terlihat sangat kacau.

"Gue mau di sini."

"Tapi-"

"Udah, Ger. Biarin Varel kaya gitu dulu," ujar Gema. Bermaksud agar cowok itu menangkan pikirannya dulu.

30 menit telah berlalu, namun tidak ada tanda-tanda bahwa operasi telah selesai. Hal itu semakin membuat Varel merasa takut. Jantungnya semakin berpacu cepat dan hampir beralih dari tempatnya ketika lampu operasi tidak berkedip lagi.

Pintu terbuka menampilkan seorang dokter perempuan. Lantas semuanya berlari ke arah dokter dan segera menanyakan keadaan Valen. "Dok, gimana keadaan Valen?" tanya Varel cepat. Dari raut wajahnya cowok itu sangat berharap bahwa Valen baik-baik saja.

"Operasi berhasil. Kami berhasil mengeluarkan peluru yang ada di tubuh Valen. Valen kehilangan banyak darah, beruntung kami masih memiliki persediaan darah. Jika dalam 24 jam Valen tidak kunjung sadar, segera hubungi saya," jelas dokter itu dengan hati-hati.

Sedari tadi ia bersama tim medis lainnya berusaha semaksimal mungkin agar tidak ada kesalahan sedikit pun. Tahu sendiri, kan apa alasannya? Tentu saja jika melakukan sedikit kesalahan saja, sudah bisa dipastikan ia akan kehilangan pekerjaannya.

"Apa saya bisa melihat anak saya, Dok?" tanya Mentari.

Dokter itu mengangguk. "Tentu, kami akan memindahkan Valen ke ruang ICU," ujar sang Dokter.

—⭐⭐—


Seorang laki-laki berpostur tinggi dan tegap tengah berlari kecil di koridor rumah sakit. Laki-laki itu mempunyai paras tampan. Memiliki kedua alis tebal, rahang yang tegas, hidung yang mancung, tapi tidak terlalu besar, dan juga mata yang tajam bak elang. Semuanya hampir terpahat sempurna pada wajah lelaki itu.

Lelaki itu juga mengenakan kaos dengan balutan jaket ber-merk Louis Vuitton. Bisa kamu ketahui, untuk membeli jaketnya saja bisa mencapai harga miliaran rupiah. Belum lagi ia mengenakan celana jeans hitam Levi's tak lupa sepatu berwarna maroon Yeezy. Oh satu lagi, kacamata hitam yang bertengger di hidungnya semakin membuat ketampanan lelaki itu meningkat.

"Permisi. Kamar Violet No. 02 dimana?" tanya lelaki itu yang khas dengan deep voice-nya pada seorang resepsionis.

Resepsionis itu dibuat terpesona sekejap dengan ketampanan lelaki itu. "Permisi," ujar lelaki itu sekali lagi saat melihat wanita di depannya tidak kunjung menjawab.

Ditatap dengan tatapan setajam itu membuat resepsionis itu gugup. "O-oh, m-maaf. Kamar Violet No. 02 ada di lantai 5 lalu belok kanan."

"Thank you."

—⭐⭐—

Gimana chapter 21??

Komen yaa, vote juga.

Thank u❤

Follow akun Instagram aku: @ssaifatljj

 

VARELLE √ (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang