37. Kebebasan Satya

75 16 0
                                    

Haiii apa kabar?

Vote dulu dong😚

—⭐—

37. KEBEBASAN SATYA

Suara robekan kertas itu bergaung di telinga Varel. Maheswari membuka pintu ruang kerjanya dengan kasar. Lalu melempar robekan kertas itu pada Varel. Lelaki dengan pakaian formalnya itu menggebrak meja. Menimbulkan bunyi yang tidak biasa. Raut wajahnya penuh dengan amarah.

Dasinya ia longgarkan. "Kenapa kamu melakukan itu?" tanyanya pada Varel.

Varel berdiri dari duduknya. Mendorong kursi ke belakang menimbulkan decitan kecil. Cowok itu membetulkan tuksedo navy-nya sekilas.

"Maksud Papa?"

Maheswari geram. Tangannya tidak bisa untuk tidak mengepal. "Kenapa kamu membatalkan tawaran investasi Papa dengan Dika?" tanyanya penuh penekanan.

Varel mengangkat sudut bibirnya ke atas. "Jangan berinvestasi dengan dia, Pa."

"Kenapa? Kenapa kamu larang Papa?!"

"Karena dia bukan orang baik-baik."

"VAREL!" bentak Maheswari.

"JAGA MULUT KAMU! DIA ORANG TERPANDANG. KAMU JANGAN MACAM-MACAM SAMA DIA, VAREL!" lanjutnya emosi.

Varel membuang muka. Lalu berdecih. "Kenapa? Papa takut?"

"Varel tahu. Perusahaan Papa lagi krisis finansial tapi, Papa nggak bisa berinvestasi dengan sembarang orang."

Helaan napas meluncur dari bibir Maheswari. Lelaki itu berusaha mengontrol emosinya. "Nggak ada jalan lain lagi Varel. Satu-satunya cara untuk mengembalikan perusahaan Papa kembali seperti semula adalah  bekerja sama dengan Dika."

Varel mendengus.

"Dika itu bukan sembarang orang. Papa hampir meneken kontrak dengan dia tapi, kenapa kamu membatalkannya? KENAPA?"

Sedetik kemudian Maheswari tersenyum miris.

"Itu artinya kamu sendiri yang membuka peluang untuk Aquino. Aquino akan sukses besar sementara Papa akan gagal. Kamu mau itu terjadi?" lanjutnya.

Varel menatap Maheswari dingin. Buku-buku tangannya memutih. Rahangnya mengeras menimbulkan bunyi gemeletukan gigi. "KENAPA PAPA MASIH MEMIKIRKAN PERSAINGAN DENGAN OM AQUINO?"

"DALAM KEADAAN SEPERTI INI PUN, PAPA MASIH MEMIKIRKAN PERSAINGAN?" Varel hilang kendali.

Cowok itu tertawa sumbang. "Kapan kalian capek? Kapan kalian mau berhenti? Kalian sama-sama gila harta!"

Plak.

Maheswari mendaratkan tamparan di pipi Varel. Terulang lagi. Dadanya naik turun menatap Varel nyalang. "Kamu pikir Papa ngelakuin ini semua untuk siapa?"

"UNTUK KAMU! UNTUK MAMA KAMU DAN JUGA MELATI! KAMU SEHARUSNYA MIKIR, VAREL!

Varel merasakan nyeri yang menjalar di sekitar pipinya. Tapi, itu tidak membuatnya gentar. Hal seperti ini sudah biasa ia dapatkan. Cowok itu kemudian menatap papanya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

VARELLE √ (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang