keluar

360 73 3
                                    

biar ga lupa
votement juseyo 🙈

((flashback lagi))
 
 

"Kamu ga ada habisnya bikin papa sakit kepala."

Seorang pria paruh baya yang baru saja memasuki ruangan khusus di kantor kementerian itu, langsung menampakkan amarah yang dia tujukan untuk putrinya.

"Sekarang semua orang tau kamu ini anak siapa. Harusnya kamu bisa bersikap jadi orang baik di depan masyarakat."

Arin hanya menunduk tak berani menatap wajah ayahnya.

Satu jam setelah pasiennya meninggal, Arin dijemput beberapa ajudan ayahnya di rumah sakit lalu diboyong kemari.

Arin tidak bisa melakukan perlawanan. Dia tau, bahwa perbuatannya ini pasti akan langsung membuat ayahnya bereaksi.

Terlebih pria itu sangat menjunjung tinggi citra dan posisinya di mata publik, tentu saja Arin tidak akan lepas begitu saja dari pengawasan ayahnya.

"Habis papah mati-matian sembunyikan identitas kamu dari publik hanya karena nuruti permintaanmu buat sekolah kedokteran, sekarang kamu berulah?!"

Pria yang menjabat sejak empat tahun lalu itu, kini tidak bisa menyembunyikan emosinya.

Sudah terlalu banyak masalah yang diperbuat putrinya itu hingga kini kesabarannya habis.

"Apa kamu perlu diingatkan kalo mamah kamu dulu juga meninggal gara-gara kamu?!"

"Jangan bawa-bawa mamah. Mamah ga salah apa-apa."

"KALO KAMU GA BANTAH MAMAH KAMU MALAM ITU, MAMAH KAMU ITU PASTI MASIH ADA SEKARANG!!!"

"PAH!!!"

Arin mengeraskan rahangnya begitu pak Choi kembali mengingatkan tentang masa lalunya yang buruk.

Saat Arin berusaha untuk tidak ingin melihat memori itu lagi, ayahnya malah membuka dan bahkan memperjelas semuanya.

"Papah bener kan? Andai kamu nurut sama mamah kamu, dan kamu ga ikut program relawan ke Liberia tahun lalu, mamah kamu pasti ga akan uring-uringan ngebut di jalan sampe kecelakaan kaya gitu." Lanjut pria itu.

"Mamah meninggal bukan gara-gara Arin." Protes Arin dengan tangan yang sudah mengepal di samping tubuhnya.

"Kamu masih ngeyel?"

Arin mengusap keningnya kasar.

"Papah tahu kalo mami ga pernah suka sama mamah. Papah juga tau mami udah ngapain mamah. Tapi papah tetep aja nyalahin Arin."

Suasana tegang itu kini diselimuti perasaan benci yang dipancarkan Arin. Dia meyakinkan dirinya kalo bukan dia yang salah di sini.

Dia merasa kecewa bahwa sosok ayah yang seharusnya bisa jadi pelindung dan pengayom keluarga, malah bersikap layaknya monster kepada anaknya sendiri.

"Arin ga ngerti kenapa papah sebenci itu sama Arin. Papah juga ga pernah sekalipun perhatian ke mamah. Papah malah usir mamah sejauh mungkin dan nikah sama mami. It's very strange."

Arin menyambar snellinya di sofa lalu beranjak menuju pintu keluar.

"Kamu ga sadar salah kamu disini apa?"

Pertanyaan pak Choi membuat langkah Arin terhenti. Otaknya memerintah untuk segera keluar dari ruangan, tapi semua otot motoriknya malah menggerakkan badannya untuk berbalik.

Pak Choi sudah kehabisan akal untuk menghentikan putrinya itu melangkah lebih jauh.

"Kamu bahkan ga pulang dari Liberia padahal kamu tau kabar mamah kamu meninggal di rumah sakit. Apa bener kamu ini anak mamahmu?"











to be continued

After | Han Seungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang