penasaran

377 73 0
                                    

"Wah ini, yang katanya sebulan penuh dapet pasien VIP terus?"

Seungwoo dan Seungsik kompak menoleh saat sebuah suara menginterupsi makan siang mereka.

Pandangan mereka kompak mengikuti sosok yang kini sudah bergabung untuk menyantap hidangan siang itu.

"Maksud lo, gue?" Tanya Seungsik sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Pede lu, pak. Gue ngomong Seungwoo, bukan lu."

Seungsik lantas memberi tatapan tajam ke arah Johnny, diikuti kekehan dari Seungwoo yang duduk di sebelahnya.

"Seungwoo ini, semua pasien VIP dia embat. Dulu istri presiden, terus anak menteri, sekarang idol. Lu pake jimat apa biar lancar terus itu cuan?"

Johnny harus pasrah saat Seungwoo memukul pelan kepalanya dengan sendok yang tampak tak digunakan sejak tadi. Dia tau kalo Seungwoo cuma bercanda.

"Kan tergantung sakitnya, Jon. Kalo butuh bedah tulang, ya bedah tulang, kalo butuh bedah TKV, ya bedah TKV. Kan lu juga dokter VIP kan?"

Johnny mengiyakan pertanyaan Seungwoo.

Ga salah sih yang dibilang Seungwoo. Hanya saja, di paruh pertama tahun ini, ga banyak pasien VIP yang perlu penanganan bedah TKV.

Dokter senior kelahiran luar negeri itu hanya merasa tak banyak tantangan yang dia rasakan akhir-akhir ini.

Kebanyakan semua pasiennya sudah ditangani dengan baik, salah satunya berkat kerjasama para dokter residen dan tim medis yang lain juga tentunya.

"Oh, iya. Kebetulan ada lu bro. Gue mau tanya."

Seungwoo memperhatikan Johnny sambil mengunyah makan siangnya. Sementara di sampingnya, Seungsik merasa mulai diabaikan dan hanya menatap dua orang yang lain tengah berbincang.

"Soal Arin-"

Rasa antusias dalam diri Seungwoo mendadak muncul begitu Johnny menyebutkan nama wanita yang lama tak dia jumpai akhir-akhir ini.

"-lo kan atasan dia di yayasan. Barangkali lo tau dia lagi ada beban apa gitu. Emang kerjaan dia di yayasan berat yah?"

"Cuma bantuin bikin laporan aja, sama kontak ke beberapa rumah sakit yang butuh dana bantuan buat pasiennya. Ga banyak kok. Simple."

Johnny mengusap dagunya pelan, merasa ada yang tidak selaras antara jawaban Seungwoo dengan asumsinya soal dokter asistennya itu.

"Kenapa? Dia bikin masalah lagi? Gila sih, habis anak pak menteri yang cowok dirawat di sini, si Arin jadi ikutan terkenal sampe ke anak-anak magang juga." Tukas Seungsik yang sedari tadi tak banyak bicara.

Seungwoo hanya diam dengan pikirannya yang berkelana ke beberapa hari yang lalu, saat Arin bilang kalo dia pengen berhenti jadi dokter.

Pikirnya waktu itu, Arin cuma lelah sesaat dan merasa terguncang, karena dari beberapa info yang dia dengar, Arin baru pertama kali mendapati pasiennya meninggal setelah dia melakukan tindakan operasi.

Tapi kalo emang cuma gara-gara hal itu, apa mungkin Arin depresi sampe kepikiran untuk berhenti jadi dokter. Dan kalo Seungwoo ga salah denger kemarin, Arin sempat bilang kalo dia merasa kecil di atas dunia yang luas ini.

She want to disappear from this world.

"Bikin masalah sih enggak. Waktu pasiennya meninggal minggu kemarin, juga udah dikasih pandangan sama prof Sofia kalo itu bukan salah dia, ya meskipun gitu si Arin tetep aja nyalahin diri sendiri." Jelas Johnny.

"Cuma ya gitu, sejak itu, si Arin jadi kaya forsir diri buat kerja. Tiap malem dia jaga. Kalo jadwal residen yang lain lagi bentrok, dia yang gantiin. Tesis juga, habis gue setuju proposalnya, dia garap ngebut. Gue yang liat, gue sendiri yang capek. Kan aneh." Lanjutnya panjang lebar.

Seungwoo mencerna setiap kata yang dilontarkan Johnny. Mencoba mencari celah dimana barangkali dia bisa menemukan apa yang sedang dihadapi Arin sekarang.

Perempuan itu memang sedikit aneh, menurutnya. Bahkan saat Arin nangis waktu itu, dia tidak  menyebutkan apa yang membuatnya merasa tidak aman berada di dunia ini.

Sesi menangis malam itu berakhir dengan Arin yang meminta maaf sekali lagi setelah Seungwoo menyampaikan beberapa pesan, lalu wanita itu pergi begitu saja.

Setelah hari itu, Seungwoo belum sempat memeriksa Arin dan hanya berharap dia baik-baik saja, sampai Seungwoo bisa dapat waktu lagi untuk menemuinya.

"Nih, liat. Si Arin nelpon. Pasti dia mau laporan. Rajin banget kan? Yang lain lagi pada istirahat makan siang, dia malah visit pasien. Duluan bro."

Johnny meninggalkan keduanya dengan sedikit terburu-buru.

Seungsik yang sedikit ga paham dengan obrolan mereka barusan, hanya memiringkan kepalanya sedikit, merasa sayang dengan makan siang Johnny yang baru berkurang dua suapan.

Sementara Seungwoo, pikirannya semakin penuh hanya karena rasa penasarannya dengan si dokter residen bedah TKV itu.








to be continued

After | Han Seungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang