after (2)

385 75 4
                                    

maafkan kalau banyak flashback
keseringan gamon
jadi suka mengenang masa lalu :v


((flashback))

"Halo, le. Iya?"

Arin lamat-lamat mendengar suara yang cukup familiar di telinganya begitu keluar dari salah satu OK, usai jadi asisten operasi profesor Johnny.

Netranya langsung menangkap sosok Seungwoo berdiri di dekat dispenser sambil menelpon seseorang.
(tempat cuci tangan sebelum operasi)

"Tapi lo bisa anter dia ke sekolah?"

Bukan Arin yang menguping pembicaraan Seungwoo.

Jarak mereka berdua ga ada lima meter. Sepanjang lorong juga tak banyak suara gaduh yang berarti. Karena memang masih jam lima subuh.

Seungwoo saja yang ga sadar ada Arin di belakangnya tengah memperhatikan bapak satu anak itu kebingungan mengatasi masalah pribadinya.

"Gapapa, lo ikut meeting aja, kan lo presdir, mana bisa absen? Biar gue urus dulu ini operasi satu. Ga mungkin gue bilang ga bisa dateng acara pentas dia."

Selanjutnya Arin bisa melihat kening Seungwoo yang berkerut karena tak tenang.

Perempuan itu pergi keluar begitu saja tanpa ada niatan menghampiri Seungwoo untuk membantunya barangkali.

Tangannya cepat meraih ponselnya, lalu mengetuk layar beberapa kali hingga akhirnya tersambung ke sebuah panggilan.

"Jiho, ke karaokenya batal dulu gapapa ya? Gue ada acara penting, mendesak."

((flashback end))

"Makasih tumpangannya dok."

Arin mengangkat sebelah tangannya, memperlihatkan sesuatu yang dia jinjing. "Sama supnya juga, makasih banyak dok."

Seungwoo menggeleng. "Saya yang harusnya bilang makasih, udah mau nemenin Eunsang. Lain kali biar saya traktir yang lebih enak, sama Eunsang juga."

Arin mengangguk singkat saja.

Yang ingin segera dia lakukan sekarang adalah, meninju wajah si Jiho karena ga pernah bilang kalo bapak-bapak yang dia maksud waktu itu adalah Seungwoo.

Ya, awalnya Arin agak ganjal saat Seungwoo membelikannya sup daging saat perjalanan menuju rumah Arin, lalu bilang_

"Ini, bawa ke rumah, ajak temen sekamarmu makan bareng."

Temen sekamar siapa maksudnya? Jiho? Gimana Seungwoo bisa tau?

Ditambah, Seungwoo hafal alamat rumahnya tanpa dia beri tau terlebih dahulu.

It's really obvious, isn't?

Satu hal yang sangat Arin tau dari semua episode mabuknya di jalan adalah, saat dia ga sengaja menyemburkan isi perutnya dan mengenai baju si bapak.

Itupun dari keterangan Jiho, karena Arin sama sekali ga pernah bisa inget apapun selama dia mabuk, hanya bisa menyahut kata-kata orang lain, itupun tak banyak.

Malu.

Rasa malu langsung menjalar begitu Arin menyadari hal itu diam-diam dalam pikirnya. Dia cuma berasumsi, dia belum menanyakan hal itu ke Seungwoo.

Dia belum siap untuk menghadapi rasa malunya untuk kali kedua, sekalipun Arin yakin kalo Seungwoo udah tahu dia menyadari hal itu.

"Eunsang, pamit dulu." Perintah Seungwoo membuyarkan lamunan Arin.

Bocah yang duduk dengan malas di kursi sebelah kemudi, melambaikan tangannya pelan, masih setengah sadar karena sepanjang jalan Eunsang hanya tidur, sambil memeluk Arin yang jadi bantalnya.

Alibi Eunsang saat minta Arin jadi bantalnya, "Eunsang capek, mau tidur."

Ada-ada saja. Dan aneh.

"Dadah. Sampe ketemu lagi." Pamit Arin ikut membalas Eunsang, dengan lambaian tangannya dan senyum tipisnya.

Kening Arin berkerut saat Eunsang mengulurkan tangannya keluar, memberikan sesuatu yang barusan dia ambil dari dashboard.

"Buat tante."

Arin yang berdiri di sebelah mobil Seungwoo itu segera menerima pemberian Eunsang lewat jendela.

Permen buah.

"Makasih ya tante udah dateng." Ujar Eunsang.

Seungwoo mengusak kepala anaknya sambil tersenyum, proud. Begitu juga Arin yang merasa cukup senang hanya dengan sebiji permen buah rasa melon.

"Sama-sama, makasih juga permennya ya, Eunsang."




kenapa ceritanya jadi ala" ftv gini sih >_<

to be continued

After | Han Seungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang