"Selamat malam." Sapa Seungwoo begitu memasuki sebuah kamar rawat inap kelas satu.
Seungwoo diikuti salah seorang dokter residennya, tengah visit salah satu pasien penderita skoliosis.
(kondisi tulang belakang melengkung sperti huruf C atau S)Usianya masih sangat muda, tapi tulang belakangnya sudah sangat melengkung dan perlu tindakan bedah untuk mencegahnya berkembang menjadi kondisi yang lebih buruk.
"Tanda vital?"
"Tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 36,7 0C, denyut nadi 88 x/menit, prof."
Seungwoo mengangguk. Lalu pria itu memperhatikan pasiennya dengan seksama. Ekspresi wajah bocah itu masih saja sama sejak pemeriksaan pertama kali. Datar.
"Ibu kamu mana, Jo?"
Menurut berapa info, bocah bernama Jojo itu salah satu siswa berprestasi di sekolah dan sering ikut olimpiade, bahkan sampai tingkat internasional.
Tapi karena kebiasaan yang kurang baik, bocah itu harus terima saran dari Seungwoo untuk ikut prosedur bedah.
"Lagi keluar om. Katanya mau ketemu orang-orang sekolah." Balas Jojo tanpa mengalihkan pandangannya dari tablet.
Seungwoo tersenyum lagi. "Kamu bisa istirahat bentar kalo di sini, Jo. Nanti tengah malam pas, dokter mau bawa kamu masuk kamar operasi."
Pria itu ikut memeriksa apa yang tengah dilakukan remaja itu.
Ya ampun, soal matematika. Pake bahasa inggris pula.
Seungwoo tertegun.
"Kompetisinya dua bulan lagi, om. Aku gamau kelewat satu materi pun."
Bocah itu lalu memandang Seungwoo, masih dengan muka datarnya. "Mamah bilang kalo aku menang kompetisi yang ini, mamah mau bawa aku pindah ke Swiss. Menarik kan, om?"
Seungwoo ga tau semenarik apa untuk tinggal di luar negeri seperti yang dibilang pasiennya itu. Tapi seungwoo bisa melihat kilatan ambisi besar dari tatapan bocah enam belas tahun itu.
"Do you like it? Pindah ke Swiss?" Tanya Seungwoo mencoba lebih akrab.
"Of course. Itu mimpiku sejak SD. Pindah ke Swiss biar sekolahnya ga susah-susah amat kaya di sini."
Bocah itu lalu memberi gesture dimana dia minta Seungwoo untuk mendekat.
"Aku sebenarnya males belajar, om. Tapi mamah pengen aku menang lomba terus. Makanya aku paksa buat belajar." Bisik bocah itu.
Seungwoo membalasnya dengan senyum khasnya. Menyadari seseuatu, bahwa sejenius apa seorang bocah, mereka lebih suka jadi bahagia dibanding jadi pinter.
Saat pintar memberi kemewahan dunia, ujung-ujungnya mereka memilih untuk bermain pada akhirnya.
"You are a nice boy." Puji Seungwoo melihat bocah itu sedikit menarik kedua ujung bibirnya.
"Om mau ngasih tau jalannya operasi nanti gimana, tapi kayanya harus nunggu mamah kamu balik."
"Kasih tau sekarang aja om. Biar aku yang kasih tau mama nanti."
Harusnya waktu pemberian pendidikan kesehatan pre-op, ada wali pasien yang harus menyertai sehingga tau bagaimana prosedur bedah akan dilakukan.
(pre operasi)Tapi Seungwoo ingin menguji bocah itu.
"Yakin?" Tanya Seungwoo memastikan dan bocah itu mengangguk.
"Oke. Jadi nanti om akan bikin sayatan cukup panjang di punggung. Terus om pasang growing rod, semacam batang kecil yang nanti dipasang di antara ruas tulang belakang, lalu om juga akan pasang implan yang lain supaya tulangnya stabil."
KAMU SEDANG MEMBACA
After | Han Seungwoo ✔
FanfictionArin yang awalnya asing dengan kebaikan dan perhatian, kini perlahan mulai membuka mata. Hati yang tulus dan gigih dari Han Seungwoo bisa melelehkan sisi Arin yang beku. Han Seungwoo AU 19.07.20 #3 seungwoo at 180822