((flashback))
Arin merasa sekujur tubuhnya bergetar begitu mendengar irama datar yang terus keluar dari mesin EKG di samping ranjang pasien. (elektrokardiogram, alat untuk merekam aktivitas jantung)Bersamaan dengan lenguhan panjang nan sesal dari beberapa rekan dan tim code blue yang sejak dua menit lalu sama-sama berjuang menyelamatkan nyawa pasien.
Arin menunduk sambil memejamkan netranya sejenak. Mendadak rasa kesal dan amarah menyerang dirinya begitu melihat pasiennya kini sudah tak bernyawa di atas ranjang.
Terlebih saat tim code blue mulai menutup sekujur tubuh pasien dengan selimut putih hingga ke atas kepala, Arin semakin dalam menyesali dirinya yang merasa gagal menempatkan fungsinya sebagai dokter.
"Dok."
Arin mendongak begitu salah seorang tim menyentuh pundaknya.
"Tolong umumkan kematian pasien." Pintanya.
Arin merasa sekujur tubuhnya lemas seketika.
"Sa... saya?" Tanya Arin.
"Keluarga pasien menunggu di luar dok. Ini sudah lima menit, pasti keluarga khawatir." Lanjut seorang anggota tim.
Arin merasa lidahnya kelu.
Sepanjang meniti karir di kedokteran, sekalipun Arin belum pernah membayangkan akan menemui pengalaman seperti ini.
Pasien meninggal di tangannya sendiri.
Setelah merasa terguncang dengan rasa menyesal, Arin masih belum siap untuk menghadap keluarga pasien untuk menyampaikan kematiannya.
Arin berpikiran, bahwa ilmu yang dia dapat saat kuliah, tidak cukup untuk bekal menyampaikan berita kematian. Menyampaikan kematian juga butuh ketrampilan, supaya tidak timbul asumsi negatif dari pihak keluarga.
Ditambah bayangan soal kematian ibunya setahun yang lalu, Arin semakin merasa lemah mental karena rasa sakit yang dulu dia rasakan, kini kembali ke permukaan.
"Sa... saya... saya gabi-"
"Arin, kamu keluar sekarang. Biar saya yang umumkan berita kematiannya."
Profesor Sofia yang bertanggungjawab atas tindakan operasi pasien, kini sudah lebih dulu menemui keluarga pasien dengan tangguh.
Arin menyeret dirinya ke sisi ruangan.
Dari balik dinding kaca yang menampakkan situasi di luar ruangan, Arin bisa melihat wajah duka para keluarga pasien begitu profesor Sofia selesai dengan kata-katanya.
Arin merasa detak jantungnya tidak normal. Keringat dingin mulai membasahi keningnya, hingga beberapa perawat mulai menghampiri dirinya dan menanyakan kondisinya.
Arin tahu, bagaimana perasaan ditinggalkan oleh orang dekat yang begitu berarti di hidupnya.
Saat ibunya meninggal satu tahun lalu, masih sangat terasa sulit bagi Arin, sekalipun dia tahu bahwa kondisi ibunya sudah tak memungkinkan untuk hidup lebih lama. Arin masih merasa sakit.
"Mamah."
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
After | Han Seungwoo ✔
FanficArin yang awalnya asing dengan kebaikan dan perhatian, kini perlahan mulai membuka mata. Hati yang tulus dan gigih dari Han Seungwoo bisa melelehkan sisi Arin yang beku. Han Seungwoo AU 19.07.20 #3 seungwoo at 180822