after (20)

292 50 2
                                    

Seungwoo

kamu konsul sm prof joni tadi pagi?
ada masalah?

dikit
tp bukan masalah besar
dokter g perlu khawatir

ayo ketemu
pas makan siang

Entah kenapa Arin rasanya kaya habis ketahuan maling. Jantungnya deg-degan begitu membaca setiap kalimat pesan dari Seungwoo.

Arin buru-buru memasukkan ponselnya ke saku snelli lalu membuntuti Mingyu dari belakang. Sebentar lagi konferensi dimulai, dan mereka berdua harus ikut menemani prof Sofia.

"Minggu depan gue sidang tesis lho, Rin."

"TMI. Jam berapa?"

"Pagi. Jam sembilan. Lanjut ujian nasional, terus sidang akhir. Makanya, lo harus siap dari sekarang."

Arin menoleh. "Apa?"

"Mulai besok gue ambil tes uji buat ujian nasional. Gue off sebulan, jadi otomatis lo yang gantiin gue."

Arin pengen banget nonjok muka Mingyu sekarang. Pria itu malah pasang muka meledek ke arah Arin.

"Mu-lai be-sok. Oke?!" Lanjut Mingyu.

"Sialan." Umpat Arin.

Tangannya susah siap memberi pukulan biar Mingyu mereda.

Tapi mendadak tangannya berhenti saat netranya tidak sengaja menangkap sosok si kekasih dari kejauhan, melangkah tegap masuk ke salah satu ruangan.

Arin menegang. Dia mulai menghiraukan Mingyu yang masih meledeknya, dan fokus memeriksa catatan konferensi yang dia bawa.

"Sial. Ming, lo ga bilang konferensinya bareng sama ortopedi?"

"Kan lo bisa baca di situ." Jawab Mingyu santai.

Arin menghembuskan nafasnya panjang. Coba aja dia bisa ijin satu konferensi, Arin mungkin udah cabut sekarang.

Tapi jelas gabisa. Dia udah pake jatah cutinya selama sebulan lebih dan sekarang mau mangkir dari tugas? No way.

"Prof." Sapa Mingyu begitu memasuki ruang konferensi yang sudah dipenuhi beberapa dokter spesialis dari berbagai departemen.

Arin yang mengekor di belakang Mingyu, cuma ikut-ikutan menyapa lalu duduk diam di sebelah rekannya.

Dari ekor matanya, Arin bisa melihat ada Seungwoo duduk di kursi paling depan, di sisi kanan. Sementara dirinya dan Mingyu di jajaran kursi belakang.

Konferensi dimulai dan dibuka oleh salah satu residen dari bedah ortopedi. Semuanya berjalan lancar dan beberapa dokter spesialis mulai diskusi.

Namun ketika konferensi menunjukkan tanda-tanda akan usai, Arin merasa ponselnya bergetar.

Seungwoo

i see you
habis ini tinggal bntr ya

Arin ga balas. Dia biarkan chat dari Seungwoo. Gatau kenapa, Arin merasa dirinya jadi moody-an. Alasannya juga ga jelas.

Menurutnya kalo karena permintaan Seungwoo semalam, kayanya bukan. Arin justru berbunga-bunga begitu Seungwoo menyatakan hal itu.

Cewek mana yang ga seneng dilamar pacarnya? Itu kan udah jelas. Mungkin kalo Arin ga ingat soal studinya yang hampir selesai, dia udah iyakan permintaan Seungwoo.

Eh, tapi ga mungkin juga langsung iya. Arin aja masih belum tau banyak soal Seungwoo. Ibarat bawang merah, Arin baru kupas kulitnya, belum sampai ke dalam-dalam.

Tapi lagi, apa Seungwoo beneran bisa sabar menunggu sampai Arin selesai pendidikan magister-nya? Apa Seungwoo bisa menahan diri sampai tahun depan, sampai Arin lulus?

Argh, Arin jadi bingung sendiri.

Bener kata orang, kalo cinta itu bisa bikin gila. Arin gila, dia jadi ga bisa fokus kaya gini.

Dan sial, Arin melamun sampai ga sadar Mingyu udah ga ada di sebelahnya. Para dokter senior juga mulai meninggalkan ruangan.

Arin tergesa-gesa membereskan catatannya tanpa berani menengok ke arah Seungwoo berada.

Dirinya sudah mencapai pintu keluar hingga tangannya ditahan dari belakang.

Shit. Han Seungwoo.

Pria itu tanpa suara menarik Arin pelan menuju ke arah kursi terdekat. Mendudukkan si wanita di kursi, sementara dia menyandar di meja besar.

Keduanya diam berhadapan dan hanya saling balas pandangan. Arin salah tingkah.

"Ke-kenapa dok?"

"Pengen liat wajah kamu bentar."

Arin menegang saat Seungwoo meraih sebelah tangannya lalu bermain-main kecil di antara jarinya.

"Kaki kamu gimana?"

"Em. Cuma nyeri dikit. Tapi beneran gapapa."

Kalo disuruh pilih, apa yang bisa bikin Arin meleleh, dari seorang Han Seungwoo. His gaze. When he is staring with his ocean eyes.

Meskipun sudah bukan pertama kali, tapi Arin masih juga deg-degan kalo ditatap dengan sorotan teduh dan sendu begitu.

Ditambah Seungwoo mengecup punggung tangannya pelan. Arin makin ga karuan.

"Ini buat kamu. Habis kamu buka, kita keluar."

Arin bengong saat Seungwoo mengeluarkan sebuah kotak kecil berbalut beludru tipis warna gelap.

"I-ini apa?"

"Buka aja. Habis ini kita keluar, kamu pasti dicariin "

Arin menurut saja. Tangannya terulur mengambil kotak itu lalu membukanya pelan-pelan.

Ada yang berkilauan karna pantulan cahaya lampu ruangan.

Gelang.

"Gelang?"

Seungwoo mengulurkan tangan kanannya lalu menyingkap sedikit lengan snelli-nya.

"Couple. Saya kan janji mau kasih kamu satu habis kamu sembuh."








pengen dibikin cepet selesai tapi ko ga bisa-bisa

After | Han Seungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang