pentas

344 73 1
                                    

"Halo, le. Iya?"

Seungwoo tampak serius menerima panggilan mendadak dari Seungyoun tepat di sebelah dispenser untuk cuci tangan sebelum bedah.

Gue ada meeting dadakan sama orang kementerian. Kayanya ga bisa nemenin Eunsang deh bang.

"Tapi lo bisa anter dia ke sekolah?" Pinta Seungwoo cemas.

Bisa kalo cuma nganter doang. Abis itu gue cabut bang. Gapapa yah?

Aslinya Seungwoo gelisah luar biasa.

Dia udah bikin janji sama Eunsang bakal nemenin bocah itu seharian waktu pentas tengah semester genap ini.

Tapi karena semalam, tepatnya dini hari pukul tiga, ada kecelakaan beruntun di pinggir kota yang memakan puluhan korban, rumah sakit mereka kedatangan banyak pasien dengan luka cukup parah.

Pagi ini pun, Seungwoo jadi giliran ke tiga untuk operasi. Bagian ortopedi cukup sibuk di awal pagi akhir pekan ini.

Beruntung saat dia menelpon Seungyoun pukul setengah empat pagi, pria itu langsung mengiyakan permintaan Seungwoo untuk menjaga Eunsang karena pengasuh mereka sedang pulang kampung.

Selagi bocah itu masih terlelap, Seungwoo segera meluncur ke rumah sakit untuk ikut andil menangani korban kecelakaan lalu lintas.

"Gapapa, lo ikut meeting aja, kan lo presdir, mana bisa absen? Biar gue urus dulu ini operasi satu. Ga mungkin gue bilang ga bisa dateng acara pentas dia."

Seungwoo segera mencuci tangannya begitu Seungyoun usai memutus panggilan.

Pikirannya berkecamuk, berusaha membangun mindset kalau Eunsang akan bisa memahami posisinya sebagai dokter bedah.

Sambil merapal doa, berharap Eunsang akan memaafkan kesalahannya sekali lagi.

"Sial."

***

"Om, papah beneran ga kesini?"

Eunsang mulai cemas karena setengah jam lagi pentasnya dimulai, tapi dia belum juga menemukan keberadaan papahnya di bangku penonton.

Sementara para orang tua siswa yang lain sudah duduk nyaman di tempat masing-masing sambil melambai ke arah anak-anak mereka di atas panggung.

Eunsang bahkan sudah lupa rasa gugupnya karena demam panggung yang dia rasakan sejak sepekan ini, dia lebih ingin liat papahnya sekarang.

"Papah nanti nyusul kok. Sekarang om Yoyon yang temenin Eunsang dulu ya. Habis papah selesai operasi, papah langsung cuss ke sini. Beneran."

"Really?"

"Of course. As soon as possible." Balas Seungyoun sambil meringis menampilkan deretan gigi depannya.

Seungyoun berharap Eunsang ga akan memergoki wajahnya sekarang karena pria itu berbohong.

Dia berbohong juga demi Eunsang, biar bocah itu ga terus-terusan bingung nyari papahnya. Ntar malah ga jadi tampil. Kan kasihan.

Si direktur rumah sakit itu bahkan gatau kapan Seungwoo selesai operasi.

Abang ketemu gede yang jadi panutannya itu, cuma bilang kalo dia akan ngobrol sama Eunsang perihal pentas hari ini, dan dia cuma disuruh antar Eunsang berangkat.

"Nih. Om Yoyon duduk di sini. Kamu buruan ke ke sana, siap-siap tampil."

Eunsang mencoba untuk tetap terlihat bersemangat dengan menampilkan senyum khasnya.

Dia selalu ingat kata papah kalo dia harus memberikan yang terbaik untuk segala usahanya. Tampil di pentas seni ini, dia juga harus memberikan penampilan terbaik kan.

Sekarang pun, di saat hatinya ga tenang, Eunsang berusaha untuk tetap tersenyum, pura-pura ga ada apa-apa yang terjadi.

Meskipun dalam hati dia berharap, papah akan datang melihat penampilannya barang satu menit aja.

Seungyoun was-was di tempat duduknya. Berpikir, kapan dia harus pergi dari sini sementara pentasnya akan segera dimulai.

Berkali-kali pria itu merasakan getar di saku celananya, pasti buah kerjaan sekretarisnya yang mencak-mencak karena si direktur tak kunjung hadir di tempat

"Aduh, mampus lah."

"Pak Seungyoun."

Seungyoun memutar kepalanya begitu namanya terpanggil. "Ya?"

"Biar saya yang nungguin Eunsang. Pak Seungyoun ada rapat pagi ini kan?"







to be continued

After | Han Seungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang