"Tante Arin?"
Sebuah suara membuat Arin memandang sekitarnya dan mendapati bocah laki-laki berjalan mendekat ke arahnya.
Buru-buru dia menyeka air matanya kasar dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Hai. Kamu masih inget tante?" Tanya Arin dengan suara yang agak parau.
"Masih lah. Suara tante kenapa? Terus muka tante, kenapa merah banget?"
Arin mengusap wajahnya sekali lagi.
Dia tidak menyangka bahwa wajah sembabnya akan terlihat sangat jelas. Perasaan dia tidak menangis separah itu.
"Gapapa. Cuma pilek. Iya, tante kena pilek." Jawab Arin cepat lalu mengeluarkan sesuatu dari saku snelli-nya. "Kamu mau gak?"
Eunsang menatap antusias ke arah beberapa biji permen buah di tangan pucat Arin. Netranya melebar seketika setelah melihat lima biji permen buah kesukaannya.
Gimana tante Arin bisa tau kalo aku suka permen rasa buah, batin Eunsang.
"Eunsang ambil satu ya tante."
Arin tersenyum. "Silakan."
Agak lama bocah itu memilih rasa permen yang akan dia ambil, hingga keputusannya jatuh pada satu rasa kesukaannya, stroberi.
"Sini, duduk sini."
Arin menggiring Eunsang untuk duduk di sebelahnya. Wanita itu penasaran kenapa bocah kelas dua SD itu berada di rumah sakit saat akhir pekan seperti ini. Dan sekarang masih pukul delapan pagi.
"Kamu kesini sama papah kamu?" Tanya Arin.
"Iya. Papah mau ketemu sama pasien dulu katanya. Terus aku jalan-jalan aja sambil nunggu papah."
Sekali lagi senyum terbentuk di wajah lelah Arin.
Beruntung sekali dia bisa ketemu bocah lucu ini. Perasaannya sedikit membaik setelah dibentak habis-habisan oleh prof Sunho tadi.
Kalo dia gak ketemu Eunsang sekarang, Arin gak bisa menebak mau sampai kapan dia menangisi dirinya sendiri di taman rumah sakit ini.
"Suka?"
Eunsang mengangguk dengan mulut yang masih menyesapi permen pemberian Arin.
"Btw, tadi tante kenapa? Kayanya sedih banget." Tanya Eunsang polos membuat Arin terdiam sejenak.
Apa sekarang dia juga tidak bisa menutupi kesedihannya di depan anak kecil? Sehingga mudah ditebak seperti ini?
Kenapa semuanya berjaan, seolah ga ada sama sekali yang mau mengikuti kemauannya?
Semesta layaknya menolak semua harapan Arin sekecil apapun, termasuk menutupi kesedihannya dari orang lain, dan seorang anak kecil sekalipun.
Arin merasa kesal sejenak.
"Itu... tante...."
"Eunsang."
Kalimat Arin terpotong saat seorang pria memanggil nama Eunsang dari kejauhan. Membuat Arin dan bocah laki-laki itu menoleh ke arahnya.
"Tante, aku permisi dulu ya. Papah udah jemput. Sama ini, aku kasih buat tante."
Tangan Eunsang buru-buru menyerahkan sebuah mini figure berbentuk iron man untuk Arin. Memaksa wanita itu untuk menerima pemberiannya.
"Kata papah, berbagai itu bikin bahagia. Eunsang cuma bisa ngasih tante ini biar gak sedih lagi."
Arin memandang penuh arti ke arah mainan yang kini sudah berpindah ke tangannya. Benda plastik berwarna dominan merah itu membuat hatinya tergelitik.
"Eunsang, ayo berangkat sekarang. Papah cari kamu kemana-mana." Tukas pria yang tak lain adalah Seungwoo.
"Maaf pah. Tante, aku pergi dulu yaa."
Arin membalas lambaian tangan kecil Eunsang yang tersenyum ke arahnya.
"Maaf kalo Eunsang menggangu, dokter Arin." Ujar Seungwoo lalu sedikit membungkuk ke arah wanita muda itu.
"Enggak, dok. Enggak sama sekali. Saya yang minta maaf sudah bikin dokter Seungwoo menunggu."
"Kalo gitu saya permisi."
Seungwoo dan Arin saling balas membungkuk.
Lantas pria itu segera menyusul Eunsang yang lebih dulu berjalan ke arah parkiran.
Setiap jarak yang dia buat, membuat pikirannya semakin berkecamuk tentang keingintahuannya soal sosok Arin. Ditambah dengan sesuatu yang tidak sengaja dia lihat malam itu, semakin menambah rasa penasarannya.
"Siapa dia?" Gumam Seungwoo.
toxic banget sama pasangan bapak anak ini
jangan lupa klik bintang
kalo kamu suka cerita ini :)to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
After | Han Seungwoo ✔
Hayran KurguArin yang awalnya asing dengan kebaikan dan perhatian, kini perlahan mulai membuka mata. Hati yang tulus dan gigih dari Han Seungwoo bisa melelehkan sisi Arin yang beku. Han Seungwoo AU 19.07.20 #3 seungwoo at 180822