Seungwoo mana bisa lupa pasien pertamanya yang meninggal setelah ikut prosedur operasinya.
Seorang korban kecelakaan tunggal yang patah di tujuh belas titik dan ikut operasi berkali-kali. Selama dirawat, hanya ada satu anggota keluarga yang menjaga. Membuat Seungwoo cukup dekat dengan pasien dan walinya itu.
Beliau yang baru sadar setelah beberapa hari koma, hanya menyebutkan satu kata yang terus diulang sampai beberapa hari hingga keadaannya membaik.
"Dok, sebelah sini."
Seungwoo bisa melihat Arin yang sedikit melambaikan tangannya dari kejauhan lalu menghampiri wanita itu.
"Kamu udah makan? Biar saya yang traktir, kamu bisa pesen apa aja."
"Saya udah makan dok." Balas Arin cepat diikuti Seungwoo yang terkejut.
"Saya ga sempat makan tadi siang, jadi begitu sampe sini, saya langsung makan."
Seungwoo terkekeh sebentar.
Ga nyangka kalo Arin punya sisi polos begini. Membuatnya lega untuk sesaat karena ga ada beban yang terpancar dari netra wanita itu.
"Ya udah, kalo gitu temani saya makan. Kamu bisa pesen lagi kalo kamu mau."
***
"Dok, soal yang tadi pagi, boleh saya lanjutkan?"
Seungwoo yang baru selesai menyantap makan malamnya seketika langsung menoleh ke arah Arin.
Detik itu juga dia tertegun, kalo dilihat dan diperhatikan, Arin dan pasiennya punya garis wajah yang sama. Kalem, tapi tegas.
"Silahkan."
Salahkan Seungwoo yang berpikiran bahwa pasiennya yang meninggal setahun lalu adalah mamah Arin.
Sampai sini, Seungwoo cukup percaya dengan asumsinya. Pemakaman, istri pak menteri, garis muka yang nyaris sama. Semua mengarah pada satu objek.
Ingat, Seungwoo ga akan jadi bedah ortopedi kalo dia ga menguasai anatomi. Mau separah apapun luka wajah yang mencederai pasiennya, Seungwoo hampir hafal semua garis wajahnya.
Seketika Seungwoo merasa dadanya sesak. Kepalanya otomatis mengingat masa-masa berat sepanjang karirnya, saat pertama kali mendapati pasiennya meninggal dunia.
Kepalanya pun ikut pening, begitu menyadari kalo pasiennya yang meninggal adalah bisa jadi ibunya Arin.
"Dokter Seungwoo tau darimana saya skip makan siang kemarin?"
Saya lihat kamu sama bapakmu berdebat cukup lama di balkon, dan saya pergi sebelum debat kalian jadi lebih serius.
Pengen Seungwoo balas gitu.
Terlalu banyak rasa penasaran yang menghantuinya tentang Arin, membuat Seungwoo ingin wanita itu mengungkapkan semua masalahnya sekarang.
Tapi dia masih menyadari bahwa itu bukan ranahnya untuk ikut campur. Seungwoo mencoba percaya bahwa Arin bisa mengatasi masalahnya sendiri.
Dia pikir juga mungkin suatu saat akan ada waktu untuk Arin menceritakan soal masalahnya ketika sudah cukup yakin untuk meminta bantuan ke orang lain.
Karena mempercayai orang lain untuk sebuah masalah adalah hal sulit.
"Saya cari kamu di kantor bedah TKV ga ada, di kantin juga ga ada. Sudah jelas bukan? Saya cari kamu kemana-mana ga ketemu. Otomatis kamu skip makan siang."
Seungwoo membenarkan letak kacamatanya. Berbohong memang, tapi itu juga untuk kebaikan Arin sendiri.
Sekali lagi, Seungwoo gamau Arin merasa masalahnya terlalu banyak diketahui orang lain, ketika berada di sekitarnya.
Arin mengangguk, mencoba memahami. Meskipun dia merasa ada yang ganjal dari jawaban Seungwoo, Arin tetap berusaha berpikir positif bahwa yang dia lihat waktu itu memang bukan Seungwoo.
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
After | Han Seungwoo ✔
FanficArin yang awalnya asing dengan kebaikan dan perhatian, kini perlahan mulai membuka mata. Hati yang tulus dan gigih dari Han Seungwoo bisa melelehkan sisi Arin yang beku. Han Seungwoo AU 19.07.20 #3 seungwoo at 180822