"Pah, baru pulang masa?"
Seungwoo bisa dengar anaknya mengomel begitu dengar suara pintu depan terbuka. Sambutan yang sudah jadi sangat familiar di telinganya.
"Kok belum tidur? Udah gosok gigi belum?"
"Papah habis darimana? Kata om Yoyon papah lagi nganter temen."
Seungwoo menaruh tasnya lalu mengganti sepatunya dengan sendal rumah.
"Kamu inget tante Arin? Papah barusan anter tante Arin pulang."
Satu pelajaran yang Seungwoo dapat dari ayahnya adalah, jangan pernah pergi tanpa sepengetahuan anak. Minimal pamit, atau sampaikan setelah pulang dari bepergian.
Ayahnya bilang, anak selalu menunggu ayahnya pulang ke rumah.
"Nungguin papah ya? Maaf boy. Papah mandi dulu terus temenin kamu tidur."
"Bentar pah."
Seungwoo kaget karena Eunsang tiba-tiba menyeretnya ke arah sofa lalu menyuruhnya duduk dengan nyaman.
"Papah tunggu disitu! Jangan kemana-mana!"
Seungwoo terkekeh begitu melihat anaknya setengah teriak sambil lari ke dalam kamar. Tak lama, bocah itu kembali sambil membawa amplop.
"Buat papah, dari Eunsang."
Seungwoo heran. "Ini apa?"
Bocah itu lalu memisahkan, antara amplop dengan beberapa lembar kertas berukuran sama.
"Papah baca ini dulu." Perintah Eunsang.
Seungwoo membuka amplop putih, yang begitu dia tarik keluar isinya, pria itu terdiam sejenak. Netranya cermat membaca dalam hati setiap kata yang dirangkai bocah itu.
"Pah, bacanya yang keras. Pake suara, bukan dalam hati."
Seungwoo masih memandangi surat pemberian Eunsang.
Hatinya menghangat sekaligus sakit di saat bersamaan, melihat coretan tulisan yang masih belum sempurna itu, yang menyatakan isi hati anaknya.
"Ah... kayanya papah ga bisa, Sang."
"Ayo pah. Keburu malam, besok bangun kesiangan lho."
Seungwoo meraih Eunsang lalu mengecup puncak kepalanya. Memberi afeksi yang bisa menyalurkan rasa kasihnya untuk anak tunggalnya itu.
"Jangan nangis pah, nanti Eunsang ikutan nangis. Ayo baca sekarang..."
Seungwoo terkekeh sebentar begitu menyadari dirinya menangis. Dia usap kepala anaknya itu berkali-kali, mencoba mencari kekuatan supaya sanggup membaca tulisan anaknya.
"Baca nih ya. Ehem. Pah, halo, ini Eunsang, anak kesayangan papah..."
"... Eunsang seneng banget bisa punya ayah kaya papah. Yang rawat Eunsang dari kecil, sampe sekarang, dan seterusnya..."
"... papah selalu kasih teladan dan kasih pelajaran hidup yang berharga buat Eunsang..."
"... tapi... "
Seungwoo menarik nafasnya panjang sebelum melanjutkan kalimat berikutnya.
"... tapi jujur Eunsang sedih waktu papah cerai sama mamah tiga tahun lalu, Eunsang jadi selalu kepikiran papah yang rawat Eunsang sendirian..."
"... pah, temenin Eunsang terus ya sampe Eunsang tua, nanti kalo papah udah jadi kakek-kakek, giliran Eunsang yang rawat papah. Tertanda, terkasih, anakmu, Eunsang."
Seungwoo tersenyum namun masih menyisakan air mata.
"Pah... jangan nangis... Eunsang jadi pengen nangis juga..."
Bocah itu tak tahan dengan air matanya yang sudah dia tahan sejak Seungwoo membaca suratnya.
"😭😭😭😭😭😭😭."
Eunsang beringsut memeluk ayahnya manja sambil menangis sesenggukan.
"Sang... wkwk... ko kamu jadi ikutan nangis... wkwk..."
Seungwoo menemukan anaknya begitu lucu ketika melonggarkan pelukannya. Pipinya merah, matanya sembab. Sampai Seungwoo ga tahan untuk mengusap pipi anaknya yang basah.
"Harusnya kamu bisa nulis lebih rapi dari ini..."
"Papah ih."
"Kenapa jadi kaya es krim tumpah gini hurufnya..."
"Papah.... ngeledek terus..."
"Canda, nak. Makasih ya. Maaf papah bikin kamu sedih."
Maaf juga karena belum bisa menghadirkan sosok ibu yang selalu bikin kamu penasaran nak. Maaf karena papah masih belum kasih kamu salah satu kebahagiaan yang harusnya kamu dapat. Maaf Sang.
"Dimaafkan. Sekarang papah pilih satu."Eunsang sudah lupa akan sedihnya, lalu mensejajarkan lembaran kertas yang dia sisihkan tadi. Memberi kode papahnya untuk memilih.
Bocah itu bilang, kupon khusus dan spesial dari dirinya cuma buat Seungwoo.
"Ini." Ujar Seungwoo sambil mengangkat satu lembar kertas.
"Kasih peluk lima menit." Ucap Eunsang antusias saat membacakan isi kupon yang dipilih Seungwoo.
Bocah itu saking antusiasnya sampai meloncat-loncat di atas sofa.
Segera dia menyambut pelukan Seungwoo dan bermanja di sana.
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
After | Han Seungwoo ✔
FanfictionArin yang awalnya asing dengan kebaikan dan perhatian, kini perlahan mulai membuka mata. Hati yang tulus dan gigih dari Han Seungwoo bisa melelehkan sisi Arin yang beku. Han Seungwoo AU 19.07.20 #3 seungwoo at 180822