after (3)

347 64 2
                                    

"Kamu jadi suka sama permen itu?" Tanya Seungwoo excited begitu melihat Arin mengeluarkan sebuah permen buah dari dalam tasnya.

Permen buah itu adalah kesukaannya sejak lama, lalu dia perkenalkan ke Eunsang dan bocah itu juga suka.

Arin tersenyum tipis. "Saya sudah suka permen ini dari SMP, dok. Dokter tau, saya punya cerita kenapa saya jadi suka permen ini."

Seungwoo terkekeh. "Cerita gimana? First love?"

"Bukan dok. First crush."

Padahal Seungwoo hanya asal tebak.

Terlalu mainstream untuk hal-hal seperti itu di kalangan anak perempuan. Punya kenangan dengan suatu objek karena cinta pertama.

Seungwoo terlalu paham karena banyak wanita berada di sekelilingnya. Mereka semua hampir punya kesamaan, terlalu berlebihan untuk mengenang cinta pertama.

"Kakak saya dua perempuan. Saya juga udah kenal Hana dari lama. Saya ga mau ngaku sebenarnya tapi saya sedikit banyak paham tentang women thing."

Arin tersenyum sambil mengangguk.

Dia mengakui pernyataan Seungwoo barusan. Menurutnya, Seungwoo memang tahu bagaimana cara memperlakukan wanita dan membuat mereka nyaman.

Sama seperti yang Arin rasakan akhir-akhir ini.

Arin merasa bahwa Seungwoo melakukan hal-hal sepele yang bisa membuatnya memberi kesan yang baik.

Seperti sekarang, meskipun Arin mencoba meyakinkan Seungwoo bahwa dia bisa pulang sendiri ke rumah, karena jadwal jaganya berubah, dimulai besok pagi jam enam, pria itu tetap berbaik hati mengantarnya pulang :)

"Dok, saya baru inget sesuatu." Ujar Arin di tengah keheningan.

"Apa? Ada yang ketinggalan?"

Arin menggeleng. "Beda dok. Ini lain. Tapi jangan ketawa ya dok."

Seungwoo penasaran.

"Waktu saya mabuk, saya pernah bikin baju dokter kotor."

Arin menunduk malu.

Dia merasa perlu mengakui hal itu, karena dia sekarang sudah tahu, dan Seungwoo juga sudah pasti tau. Akan jadi perasaan ga enak kalo Arin menyimpan hal ini terlalu lama.

Seungwoo yang awalnya panik karena dikira ada barang Arin yang tertinggal di tempat makan, malah tertawa pelan.

"Jadi kamu udah inget? ㅋㅋㅋ Karena kamu bawa topik itu, saya juga mau ngomong sesuatu."

Arin mengangkat kepalanya.

"Besok lagi jangan pernah coba-coba mabuk, apalagi sendirian. Kamu dokter, kalo misal ada panggilan darurat terus kamu mabuk, itu bisa bahaya buat pasien."

Biasanya, Arin akan menggerutu kesal dalam hati kalo ada orang yang mengoreksi kesalahannya.

Tapi lain dengan sekarang, kenapa dia malah merasa teduh begitu Seungwoo mengingatkannya untuk lebih berhati-hati.

"Saya paham kenapa alkohol jadi pelampiasan saat stres karena bisa melepaskan endorfin yang bikin perasaan senang dan tenang di otak, tapi ga baik buat tubuh kalo terlalu banyak."

Seungwoo memeriksa Arin sebentar sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Kamu pasti tau dan paham soal itu."

Arin mendengarkan sambil memainkan jarinya.

"Karena sekarang kamu kenal saya, kamu bisa cerita ke saya kalo kamu lagi kesel. Lebih baik dibanding kamu minum-minum. Saya juga bisa jadi pendengar yang baik."

Seungwoo melemparkan senyum khasnya, berusaha meyakinkan kalo Arin bisa mempercayainya.





to be continued

After | Han Seungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang