after (8)

306 56 5
                                    

"Ah, ma. Belum. Belum sekarang. Aku confess ke dia baru-baru ini dan habis itu dia kena musibah."

"Musibah? Maksudnya?"

"Dia kecelakaan. Sekarang dia di rumah, fisioterapi sambil rawat jalan. Dia juga lagi banyak urusan akademik."

Seungwoo menggaruk leher belakangnya. "Kalo aku tanya dia sekarang, waktunya kurang tepat, malah ga tepat sama sekali kayanya."

Seungwoo sangsi kalo Arin mau diajak ke arah hubungan yang lebih serius. Ya mereka sama-sama suka, tapi bukan berarti siap bikin komitmen untuk melangkah lebih jauh kan?

Ini juga baru kemarin dia ngaku ke Arinnya. Masa mau langsung diajak serius. Yang benar saja.

"You're thirty, and not young anymore. Mau nunggu sampe kapan lagi?" Keluh mama.

"I know your loneliness. Sama Eunsang juga, ada suatu saat dia pasti penasaran, gimana ya perhatian ibu, gimana ya rasanya dirawat ibu." Sambung beliau.

Seungwoo menipiskan bibirnya resah.

Mama khawatir kalo Seungwoo ga bisa bertahan tanpa teman. Beliau tipikal ibu yang bisa tau segala masalah anaknya, apalagi Seungwoo si anak bungsu.

"Ma, kalo ada waktu dan ada kesempatan, aku pasti bakal kenalin Arin ke mama. Ajak dia ke rumah."

Seungwoo berbalik setelah hampir menjangkau pintu yang menghubungkan dapur dengan ruang tengah.

"Mama harus tau ini biar mama ga kejauhan, barangkali ada waktu ngobrol sama dia."

"Apa?"

"Dia sakit."

***

"Oke. Waktunya pamit. Sang, bantu bawa box-nya keluar ya."

Bocah itu langsung sigap mengangkat satu kotak plastik besar isi makanan rumahan yang diawetkan, buatan neneknya.

Kebiasaan Seungwoo di awal bulan, malak masakan rumah untuk dibawa pulang ke kota, buat stock satu bulan ke depan. Katanya buat hemat waktu sama hemat energi.

"Pamit ya ma. Salam buat papa. Makasih kejutan ultahnya :)"

"Kabarin kalo udah sampe rumah."

Seungwoo mengecup pelan pipi mamanya sebelum akhirnya menyusul Eunsang yang sudah dulu pamitan dan menunggu di sebelah mobil.

Pria itu berbalik lagi, memberi salam sebelum benar-benar masuk mobil. Dan dilihatnya mama tergopoh-gopoh menghampiri sambil membawa satu kotak makanan lagi yang lebih kecil.

"Buat calon mantu."

***

"Kalian pacaran?"

Arin menyipitkan netranya. "Gue ga yakin."

"Just friend?"

"But we already confess our feeling."

"Jadi?"

Arin bingung jawab pertanyaan Jiho.

Kenyataannya memang begitu, baik dia maupun Seungwoo ga ada yang bilang secara resmi, atau tersurat, atau apapun itu, kalo sekarang hubungan mereka lebih dari sekedar partner kerja di rumah sakit.

Arin ga pernah tahu gimana tradisi orang-orang saat seorang pria dan wanita sama-sama saling suka dan mereka tahu perasaan satu sama lain.

"Gue ga ngerti, Ho. It's strange. This is my first time, you know."

"What a pity."

Jiho lalu mengambil cermin kecilnya lalu dia arahkan ke Arin. "Tips pertama kalo lo memulai hubungan asmara dengan orang lain adalah, just be yourself."

Arin komat-kamit mengulang kalimat terakhir yang disampaikan Jiho. Mencoba memberi doktrin ke dalam otaknya supaya mengingat satu hal itu.

"Lo mungkin gatau, tapi banyak orang yang justru berubah setelah mereka pacaran. Katanya biar jadi orang yang sesuai keinginan pasangannya, biar langgeng sama minim konflik."

"Padahal kalo cinta mah harusnya dia terima apa adanya kan?" Lanjut Jiho.

"Ya kalo itu soal hubungan sama orang lain juga kali, ga harus sama pacar. Ke temen, ke keluarga juga." Timpal Arin.

Arin merasakan hal itu ada di mami. Ibu tirinya itu bersikap sesuai mood-nya. Kalo lagi baik ya baik, tapi kalo ada sesuatu yang menggangu, beliau akan pura-pura baik.

Jiho menghembuskan nafasnya panjang. "Coba kaki lo ga kenapa-napa, gue pengen ngajak lo double date."

"Double date? Lo taken?"

Jiho mengangkat alis dengan tatapan penuh arti. "A month ago."

***

"Are you happy?"

Eunsang yang dari tadi hanya memandang ke arah jendela, sekarang menoleh ke arah bapaknya.

"Maksud papah?"

Seungwoo menghela nafas. Bahasan berat nih, harus hati-hati biar si anak ga sakit hari.

"Kalo kamu kangen mama bilang aja, biar papah telfon."

"Engga. Aku ga kangen mama. Aku udah seneng kok sama papah aja. Lagian mama juga ga pernah tanya-tanya kabarku."

"No..... Darimana kamu tau? Kemarin mama telfon papah, nanyain kamu loh."

Liar.

Bocah itu cuma mengangkat bahu, keliatan ga tertarik dengan obrolan yang dibawa bapaknya.

Pandangannya lalu sibuk melihat jendela kembali sambil pura-pura menghitung jumlah tiang lampu.

Seungwoo menghela nafas.

"Pah, aku kan lagi libur sekolah nih-"

"-besok anterin aku pas papah berangkat kerja, boleh kan?"





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
After | Han Seungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang