Arc 5 Ch 1 - Usaha

163 19 18
                                    

Seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================


"Gin!"

"Ah, kebetulan. Rina. Ada yang ingin aku bicarakan."

"Apakah itu penting?"

"Sangat penting."

Aku keluar dari kamar. Bersama Rina, aku turun ke lantai 1, menuju ruang keluarga. Tepat saat kami turun, Emir dan Inanna keluar dari dapur.

"Sudah selesai cuci piringnya?"

""Sudah!!!""

Emir dan Inanna jadi sering ngomong bareng kayak anak-anak sejak pernikahan. Namun, tidak apa-apa. Aku tidak membencinya.

"Kebetulan. Ada yang harus kita bicarakan."

Kami berempat menuju ruang keluarga. Seperti biasa, aku duduk di ujung, Emir di sebelah Inanna. Dan Rina sendirian.

Aku mengeluarkan smartphone kuning dari saku dan memunculkan proyeksinya ke udara, membiarkan isinya dilihat oleh yang lain.

"Rina, sejak menerima smartphonemu, aku mengirim email kepada setiap feodal lord yang ada di kerajaan Nina, memberi tawaran kerja sama. Meski mayoritas menolak, tapi, ada beberapa yang menerima."

"....menerima?"

Rina menyipitkan mata, melihat ke layar, curiga. Di seberang, Emir dan Inanna lebih fokus pada Rina yang memerhatikan layar dengan saksama. Kedua pasang mata mereka sayu, khawatir dengan Rina.

"Dan, menurut email ini, untuk menunjukkan keseriusan dalam dukungan terhadap Rina, mereka mengundang kita ke wilayahnya."

"..."

Tidak seorang pun memberi respons. Tampaknya, mereka menjadi yakin dengan maksud sebenarnya dari email ini. Kenapa? Karena, hampir 100 persen, bisa dipastikan undangan ini a0dalah jebakan. Kalau orang-orang ini benar-benar mendukung, mereka pasti sudah mengadakan konferensi pers. Atau setidaknya kalau mau sembunyi-sembunyi, mereka akan mengirim pesan melalui intelijen.

Mengirim pesan melalui email terlalu mencurigakan. Dalam kondisi perang, kerajaan memiliki hak dan wewenang untuk memeriksa semua email yang keluar masuk kerajaan. Tanpa persetujuan, kerajaan berhak menolak email masuk atau keluar kerajaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kemungkinan bocornya informasi perang.

Bukan hanya Nina. Bana'an juga melakukan hal ini. Namun, bukan aku yang pusing memikirkan semua ini. Yang pusing adalah Yuan. Hahahaha. Oh, Jin, terima kasih karena sudah mengirim Yuan sebagai asistenku. Dalam waktu dekat, kalau Yuan mau, aku bisa memberinya promosi, menggantikan posisiku sebagai kepala intelijen.

Oke. Kembali ke urusan utama.

"Rina. Apa kamu tidak memiliki teman satu pun di Kerajaan Nina? Diluar yang mengirim email penghinaan ke kamu."

"Sayangnya tidak," Rina menyandar di sofa. "Sebagai tuan putri dan calon ratu masa depan, lingkar pertemananku sudah diatur oleh ibu dan ayah. Dan begitu melakukan konferensi pers, tampaknya, semua temanku langsung berpaling."

"Kalau seandainya ada yang mengirim email penghinaan atas dasar formalitas, tapi sebenarnya dia ingin mendukungmu, menurutmu bagaimana?"

"Jujur, aku tidak yakin bisa memercayai orang seperti itu. Maksudku, mereka bilang ingin membantu tapi masih mengirim email penghinaan itu? Hal ini membuktikan mereka masih takut posisinya dicabut, kan? Kalau seperti ini, mereka seperti berada di dua posisi. Tidak peduli siapa yang menang, mereka tidak akan kalah. Daripada mengirim email penghinaan, diam saja akan jauh lebih baik."

I am No KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang