Arc 4-3 Ch 11 - Masih Berlanjut

190 23 20
                                    

seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================


"Selamat ... pagi?

"Ugh, sial!"

Rina tidak membalas salamku. Dia hanya membenamkan wajah ke dadaku.

"Jadi, apakah aku masih histeris?"

Langsung to the point? Ya, tipikal Rina.

Mungkin dia ingin mengatakan hal lain tapi berusaha mengalihkan pikirannya. Ya, hanya mungkin. Meski bisa menebak jalan pikir Rina, karena kami mirip, aku tidak tahu pasti, kan? Aku bisa mengetahui jika orang berbohong tapi apa yang ada di pikiran? Itu adalah hal lain.

"Well, percobaan berhasil, kamu tidak histeris. Bahkan, dari yang kulihat tidurmu tadi malam adalah yang paling nyenyak sejak kita bersama."

"Aku justru akan terkejut kalau masih histeris. Kita melakukannya hampir selama dua jam. Atau lebih? Aku bahkan tidak menghitung berapa kali ..." Rina berhenti, tidak melanjutkan ucapannya. "Intinya, kita melakukannya terlalu lama dan banyak. Tidak heran kalau aku kecapekan dan bisa tidur pulas tanpa histeris."

Rina yang terhenti memberi kesan kalau dia malu. Hehe, perempuan ini punya sisi lucu juga ya ternyata.

Saat melakukannya dengan Emir dan Inanna, mungkin kami juga menghabiskan waktu yang sama. Namun, yang berbeda adalah, sebelumnya dua jam untuk dua perempuan. Kali ini, dua jam hanya untuk satu perempuan. Stamina kami sebagai inkompeten benar-benar memberi perbedaan signifikan.

Di lain pihak, mungkin karena efek penyembuhan yang terlalu cepat, sebenarnya, aku masih bisa melakukannya lebih lama. Namun, aku tidak mungkin melakukannya terus menerus pada perempuan yang sudah kecapekan. Rina bisa pingsan. Hal ini juga lah yang kulakukan pada Emir dan Inanna. Aku harus menahan diri atau mereka bisa pingsan di tengah-tengah.

"Dan aku minta maaf kalau dadaku tidak sebesar Emir atau Inanna."

"..."

Enaknya merespons apa ya? Kalau menjawab aku juga menyukai ukuran kecil, Rina pasti akan menganggapku hanya berbaik hati. Hal tersebut bisa melukainya. Namun, kalau aku bilang menyukai yang besar, dia akan marah. Tidak ada respons yang benar. Jadi, aku akan memberi jawaban setengah jujur.

"Jangan khawatir. Meski dadamu inferior, aku bisa bilang pinggangmu superior."

"Sial!"

Rina langsung berdiri dan berbalik. Namun, belum sempat melangkah, dia sudah ambruk.

Aku tidak membiarkan Rina ambruk ke lantai begitu saja. Aku bangkit dan menahan tubuhnya.

"Kakiku ... mati rasa?"

"Ketika melakukannya pertama kali dengan Emir dan Inanna, mereka bahkan tidak bisa bangkit dari kasur setelahnya. Aku cukup terkejut ketika kamu, yang bisa tahan dua kali lebih lama, masih bisa bangkit."

"Tapi kamu sendiri masih bisa bangkit dan bahkan menangkapku. Kamu benar-benar sudah menjadi monster."

"Ya, aku tidak bisa mengelaknya."

"Untung kamu pasif. Kalau kamu tipe yang haus, bisa-bisa kami, istrimu, mati gara-gara terlalu lama dan sering berhubungan."

"..."

Aku tidak bisa memberi respons atas pernyataan Rina. Apa yang dikatakannya adalah benar.

"Sudahlah." Aku mendudukkan Rina di kasur, di sebelahku. "Intinya, percobaan berhasil. Kalau kelelahan, kamu tidak histeris. Ini juga menjelaskan kenapa pada beberapa malam pertama kamu tidak histeris, karena kecapekan."

I am No KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang