Arc 3-2 Ch 14 - Keraguan Illuvia

221 19 7
                                    

Kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.


=====================================================================


"Untuk keluarga Alhold, aku berharap ayah saja yang mengurus mereka."

"Hah? Aku?"

Ayah tampak sedikit terkejut dengan ucapanku. Menurutku, seharusnya, ini sudah cukup jelas. Apa ayah pura-pura tidak tahu karena ingin mendengar alasanku secara gamblang? Bisa jadi.

"Aku tidak memiliki ingatan indah kalau berkaitan dengan keluarga Alhold. Ketika Om Ian menyerangku beberapa bulan lalu, saat kakek tua itu ingin bertemu, aku mengirim Om Ian ke rumah sakit. Kalau aku mau, saat itu, aku sudah menancapkan pisauku ke kepala Om Ian. Apa ayah menginginkan hal itu."

"Ah, iya juga ya..." Ayah menyetujui ucapanku. "Meski aku tidak bisa membenarkan perlakuan mereka padamu, aku juga tidak bisa menyisihkan mereka begitu saja. Bagaimanapun, mereka masih keluargaku."

"Kalau begitu, semangat ya, Ayah. Jangan sampai aku menghancurkan keluarga Alhold hanya karena ayah tidak bisa mengurus mereka."

"Kalau kamu memang terpaksa menghancurkan keluarga Alhold, ibu tidak akan melarangmu kok Gin. Bahkan, ibu akan dengan senang hati membantumu."

"Ah, Gin, tolong bersabar dulu ya."

Berbeda dengan ayah yang mencoba netral, ibu jelas-jelas berada di pihakku. Sejak keluarga besar memperlakukanku dengan buruk, perlakuan ibu pada mereka juga ikut dingin. Tidak terhitung berapa kali ibu berkonfrontasi dengan keluarga Alhold, mulai dari lempar caci maki sampai berhadapan di bidang pekerjaan.

Ada momen ketika tanganku patah gara-gara perbuatan salah satu anggota keluarga. Hal ini membuat ibu kesal dan dari yang kudengar, di pasar gelap, Akadia merebut semua pekerjaan yang akan didapatkan oleh perusahaan itu, membuatnya bangkrut.

"Ngomong-ngomong bu,"

"Ya, sayang?"

"Seberapa aktif keluarga Alhold di pasar gelap?"

"Dulu mereka sempat aktif, bahkan mencapai tingkat enam pilar. Namun, ketika Akadia naik, mereka turun. Meski mereka menyerang kami, mereka gagal. Ya, itu semua terjadi sebelum kamu terjun ke pasar gelap sih. Dan, sejak saat itu, perlahan-lahan transaksi mereka berkurang. Akhirnya, organisasi mereka dihancurkan oleh mercenary."

"Mercenary? Siapa?"

"Hah? Kamu tidak ingat? Kan kamu dan gurumu yang menghancurkan mereka."

Benarkah? Aku tidak ingat. Kalau aku tidak ingat, berarti organisasi mereka sudah menjadi sangat kecil. Ah, tunggu dulu.

"Apa nama organisasi itu Amber?"

"Nah, itu, kamu ingat."

Ah, ternyata Amber. Saat itu, aku masih setengah acuh tidak acuh dengan informasi pasar gelap, tidak seperti sekarang. Kalau aku tidak tahu, berarti saat itu yang mencari informasi bukan giliranku, mungkin Mulisu atau Ukin. Aku mengingat Amber karena hal lain.

"Ayah, ibu, apa kalian mengetahui identitas anggota Agade?"

"Ibu tidak tahu pasti, tapi kami sudah bisa mempersempit kemungkinannya dari beberapa orang yang dekat denganmu."

Kalau ibu belum tahu pasti, berarti ibu tidak memiliki akses ke Intelijen Kerajaan. Kalau ibu mendapatkan info mengenai "kenalan" yang kubawa sebagai instruktur, ibu pasti sudah mengetahui kalau mereka adalah anggota Agade.

I am No KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang