Arc 3-2 Ch 16 - Perang Internal Dimulai

252 16 18
                                    

Kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.


============================================================


"Hanya memar. Tulang tanganmu tidak patah atau pun retak."

Ah, tidak jadi retak ya ternyata.

Seorang laki-laki dengan menggunakan pakaian dan jaket kasual menyingkirkan rontgen portabel yang dia pegang. Karena tanganku diperban dengan karet sebelum dirontgen, aku tidak perlu khawatir alat itu menyentuh kulitku.

Laki-laki ini membereskan alat-alat yang dia bawa. Dia adalah satu dari lima ahli kesehatan intelijen kerajaan yang ditempatkan di kota ini. Kebetulan, dia yang paling dekat dari mal ini ketika aku menelepon.

Tidak ada faktor yang mencolok dari laki-laki ini. Rambut dan mata coklat yang generik, kaca mata, dan rambut pendek. Benar-benar mudah dilupakan. Namun, aku tidak melupakan sosok dan namanya begitu saja. Namanya adalah Julius Narcis dari keluarga Narcis. Ketika mendengar nama keluarganya aku teringat pada bunga bernama Narcissu. Ya, itu tidak penting.

Tanpa mengatakan hal lain, Julius langsung pergi dari ruangan ini.

"Terima kasih ya."

Julius hanya melambaikan satu tangan tanpa jawaban. Dia bahkan tidak membalikkan badan. Sok keren sekali.

"Hah, kamu itu ada-ada saja, Gin. Tiba-tiba saja datang meminta pemeriksaan. Pakai ngomong hanya ingin lihat-lihat lagi. Ngomong-ngomong, kamu belum cerita kok tanganmu sampai seperti itu."

"Hah? Apa kamu tidak bisa melihatnya?" aku mengangkat tangan kiri.

"Aku tahu itu bekas gigitan. Tapi kamu digigit siapa, atau apa?"

"Oh, itu," aku kira dia tidak tahu kalau ini bekas gigitan.

Aku pun menceritakan tentang Mulisu yang kehilangan pengendalian dan aku yang membangkitkannya. Tentu saja, aku tidak mengatakan kalau Mulisu melakukan aktivitasnya sebagai anggota Agade. Aku hanya bilang dia tiba-tiba diserang oleh Ukin.

"Ukin? Apa yang kamu maksud Ukin yang dulu adalah murid Lacuna?"

"Ya, benar sekali. Ukin yang itu."

Aku membenarkan pertanyaan Shu En. Sejak Lacuna pergi, hanya Ukin yang menyebarkan nama sebagai penerus Lacuna. Orang-orang pun mengenalnya sebagai murid Lacuna.

Di lain pihak, aku sempat hiatus selama dua tahun. Dan Mulisu pun aktif sebagai anggota Agade. Meski rumor beredar kalau Lacuna memiliki tiga murid di kerajaan ini, tapi, tidak ada yang tahu identitasnya. Hanya identitas Ukin yang muncul ke permukaan.

Bagi agen schneider, Ukin adalah berita terburuk yang mungkin terdengar. Banyak agen dan orang pasar gelap yang tewas karena berhadapan dengan Ukin. Tanpa adanya Lacuna atau dua murid Lacuna yang identitasnya tidak diketahui, secara praktik, Ukin adalah orang paling liar.

Shu En menggunakan kata liar, bukan kuat. Hal ini karena Ukin memang bukan orang terkuat di kerajaan ini. Namun, permasalahannya adalah, Ukin tidak tergabung dalam mafia atau organisasi apapun. Jadi, Ukin bagaikan anjing liar yang akan menggigit siapa saja.

"Ya, sudahlah, tidak usah dibahas lagi." Aku membawa topik baru. "Jadi, Shu En, bagaimana? Sudah ada orang yang melayangkan protes?"

"Daripada menanyakan sudah ada yang melayangkan protes, mungkin akan lebih cocok kalau kamu bertanya ada yang tidak melayangkan protes atau tidak."

"Eh? Ada yang tidak melayangkan protes?"

Shu En terdiam sambil memijat kening.

Hahaha, aku berani bertaruh dia pasti ingin mengeluh, mengatakan "kenapa tidak tanya itu dari awal?".

I am No KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang