Arc 4-3 Ch 5 - Komitmen

174 19 5
                                    

seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================


Aku mengangkat handphone candybar yang bergetar di meja samping kasur dan menempelkannya ke telinga.

"Aku memberimu izin berbicara. Berikan laporanmu."

[Siap!]

Aku mendengarkan laporan sambil membiarkan laki-laki di depanku ini mencumbuku. Laki-laki ini, tidak memedulikan telepon yang menempel di telingaku, terus menghantamkan selangkangannya dengan penuh tenaga. Tidak hanya itu, dia terus memainkan dada ini dengan penuh semangat.

[Rina menginap di kamar yang sama dengan Lugalgin. Lalu, tadi, pada jam 11, Tera telah melakukan kontak dengan Lugalgin Alhold.]

Seharusnya Tera tewas ketika petang tiba. Namun, untuk menjalankan rencana, aku sengaja memberi obat penawar yang lebih kuat dari biasanya. Kalau tubuh tera diautopsi, pasti akan ketahuan. Namun, aku yakin mereka tidak akan melakukannya. Rina tidak akan mau tubuh adiknya diautopsi.

Saat ini, pasti mereka mengira Tera bisa bertahan dengan mengandalkan kegigihannya. Hahaha.

"Bagaimana dengan agen dan pembunuh bayaran yang dikirim?"

[Mereka semua sudah diringkus oleh anggota keamanan pribadi Lugalgin.]

"Informasi yang mereka pegang?"

[Tidak ada masalah. Mereka memiliki informasi yang memang kita inginkan bocor.]

"Jadi, rencana berjalan mulus, kan?"

[Benar.]

"Bagus. Dengan ini, aku memberimu wewenang dan izin untuk melanjutkan rencana ke fase empat."

[Siap! Yang Mulia Paduka Ratu Panjang Umur!]

Aku menutup telepon dan mengembalikannya ke meja.

"Malam ini, jatahmu akan aku perpanjang. Bahkan,"

Aku mencengkeram tangan laki-laki di depanku dan mendorongnya ke samping. Dalam sekejap, kini posisi kami sudah bertukar, aku di atas, dia di bawah. Aku menjilat bibirku, membasahinya, sambil memperhatikan mangsa di depan mata.

"Aku akan memberi servis spesial kali ini."


***


"Gin."

"Ah, akhirnya kamu bangun ya."

Saat terbangun dan sadar dirinya berada di pelukanku, Rina langsung berontak. Tanpa perlawanan dariku, dia berhasil melepaskan diri. Rina bangkit dan berjalan menjauh. Dengan hanya kemeja dan celana dalam, Dia berdiri memunggungiku.

"Maaf ya Gin, soal semalam."

"Kamu–"

"Aku tidak apa-apa kok. Kematian Tera memang membuatku syok, tapi mau bagaimana lagi. Mau tidak mau, aku harus menerimanya, kan?"

Tidak!

"Walaupun aku bersedih. Walaupun aku menangis. Tera tidak akan kembali."

Jangan!

"Yang aku perlukan hanyalah membalas dendam ke ibu dan semua orang di Nina yang mendukung perang ini. Dengan begitu, amarahku bisa diredam."

Refleks, aku bangkit dan melingkarkan tangan ke badan Rina dari belakang.

I am No KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang