Arc 3-2 Ch 15 - Membangkitkan Pengendalian

234 17 6
                                    

Kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.


============================================================


"Kenapa kamu memiliknya, Gin? Dan, kenapa kamu meletakkannya di dalam peti arsenal?"

"Rahasia," aku menjawab Mulisu dengan sebuah senyum.

Meskipun aku menjawab Mulisu dengan nada enteng, aku berani menjamin pikirannya sudah merambah semua tempat. Bahkan, pertanyaannya memberi indikasi kalau dia sudah mulai menduga kenapa aku memiliki serum pembangkit ini.

"Ibla, tolong beberapa sabuk. Ikat kepala, dada, bahu, perut, dan pangkal paha Mulisu. Tambah juga sumpal mulut. Lepaskan infus di tangannya dan ganti dengan perban dan kapas."

"Hah?"

"Siap!"

Sementara Mulisu masih bingung, Ibla melaksanakan perintahku dengan cepat.

Untuk yang lain....

"Selain aku dan Ibla, segera tinggalkan ruangan ini!"

Meski baru datang, Inanna dan Emir menurut dan berjalan menuju luar ruangan. Di lain pihak, Illuvia protes.

"Tunggu dulu! Apa yang akan kamu lakukan, Gin?"

"Kamu tidak perlu tahu. Cepat keluar!"

Aku menjawab Illuvia dengan kasar. Bahkan, aku menepuk bahu kirinya, membuatnya merintih kesakitan.

"Nerva, bawa dia keluar sebelum aku berbuat lebih kasar."

"Ba, baik..."

Nerva langsung membawa Illuvia yang merintih kesakitan. Dia hanya melempar pandangan ke arahku untuk sejenak.

Ibla menutup pintu. Kini, yang ada di dalam ruangan ini hanya kami bertiga.

"Kenapa kamu berlaku kasar pada Illuvia?"

"Menurutmu?"

Mulisu hanya tertawa kecil setelah mendengar jawabanku.

Aku tidak akan mengatakannya, tapi aku berhutang pada Illuvia, seperti aku berhutang pada Arde dan Maila. Mereka memberi masa SMA ku ingatan yang indah, tidak seperti sebelum-sebelumnya. Aku bersyukur karena masih bisa merasakan yang disebut sebagai 'masa muda'.

Kalau Illuvia terus menaruh hati padaku, dia akan terlibat pada perang mafia yang akan terjadi antar enam pilar dan intelijen negara. Yang akan terseret bukan hanya dia, tapi juga keluarganya, dan juga dua teman baiknya yang adalah Arde dan Maila. Setidaknya, dengan dia menjauh dariku, kemungkinan untuk dia terlibat di perang ini akan lebih kecil.

Dan, alasan lain adalah, aku tidak mau menambah istri. Praktik poligami adalah hal yang lumrah di Mariander dan Bana'an. Bahkan, kalau aku mau, aku bisa memiliki istri lebih banyak dari Fahren. Tidak ada yang melarangnya. Namun, aku rasa, mentalku tidak akan bisa menanganinya. Emir dan Inanna sudah lebih dari cukup bagiku.

Akhirnya, Mulisu sudah terikat dengan rapat di ranjang pasien. Kalau kakinya tidak lumpuh dan kemampuan motorik tangannya berkurang drastis, Ibla sudah aku suruh mengikatnya juga.

"Kamu tidak menanyakan kenapa aku tampak terburu-buru?"

"Jadi, kenapa?"

Dan dia baru menanyakannya.

"Kasus orang dewasa kehilangan pengendalian sangat langka. Serum pembangkit pun tidak memberi jaminan. Beberapa gagal dibangkitkan, beberapa berhasil."

I am No KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang