Arc 3-2 Ch 3 - Lagi, tapi Berbeda

261 25 2
                                    


"Kamu kerja di bagian apa di mal ini, Gin?"

"Bagian penanggung jawab pusat informasi dan keamanan."

"Hoh, cocok lah buat kamu yang telinganya dimana-mana."

"Hahaha, bisa saja kamu."

Aku mengobrol ringan dengan Kisu di kafe Ease, di sudut ruangan, dekat jendela. Kisu adalah laki-laki yang menjadi manajer kafe ini. Laki-laki ini memiliki rambut coklat sama sepertiku. Berbeda denganku yang dipotong rapi pendek, Kisu membiarkan rambutnya panjang, diikat di belakang leher, mirip seperti model rambut Ufia.

Dia adalah kakak kelasku ketika SMA. Namun, dia drop out di akhir kelas 2 SMA karena kekurangan dana. Ketika aku menawarinya beasiswa, dari uang pribadiku, dia menolak. Dia berkata, "daripada untukku, lebih baik kamu beri untuk kedua adikku.".

Kisu, selain sebagai kakak kelas, juga juara jujitsu tingkat wilayah Duke Orion. Selama SMA, setidaknya selama dia masih sekolah, aku selalu berlindung di balik namanya. Kalau ada siswa yang bermasalah denganku, dia lah yang akan datang membantuku.

Karena hal ini, banyak teman-teman SMA, lebih tepatnya kakak dan adik kelas, menganggapku pengecut. Namun, aku tidak peduli. Maksudku, saat itu aku masih cukup labil. Akan merepotkan kalau aku tiba-tiba melukai mereka atau membocorkan kemampuanku, kan?

Alasan Kisu setia padaku adalah karena aku sempat membantunya memperoleh izin bekerja paruh waktu di luar waktu sekolah. Keluarga Kisu Miskin. Ayahnya tewas karena kecelakaan. Ibunya, meski sudah bekerja membanting tulang, tetap tidak mampu memenuhi kebutuhan dua putra dan satu putri.

Di saat itu lah, aku menawarkan konsep kafe yang fokus pada teh ini. Normalnya, jika berbicara kafe, orang akan terpikirkan kopi. Namun, menurutku, teh memiliki potensi yang lebih besar di kerajaan yang tradisi tehnya lebih kentara. Kalau hanya teh biasa, tidak akan menarik. Aku menawarkan racikan antara teh, tanaman herbal, atau bahan lain. Dengan racikan yang bervariasi ini, aroma dan efek yang dihasilkan pun akan bervariasi.

Saat ini, aku mengobrol karena pertemuan awal dengan intelijen kerajaan sudah selesai. Daripada pertemuan, lebih tepat jika disebut pembagian tugas anggota Agade yang bekerja di intelijen. Selain mereka, Jeanne dan Shu En juga kuberi tugas. Tentu saja, tugas mereka berdua berbeda.

Untuk Emir dan Inanna, aku belum memberi mereka tugas. Karena mereka adalah calon istriku, mereka akan sering berada di sekitarku. Dengan kata lain, mereka adalah orang yang akan terpapar bahaya paling sering. Aku harus membuat rencana latihan khusus untuk mereka berdua.

Inanna dan Emir memiliki kekuatan tempur pada jarak jauh yang mematikan, hal ini tidak perlu dipertanyakan lagi. Namun, mereka juga harus bisa bertarung dengan jarak dekat. Sebagai anggota Agade, mereka harus bisa menggunakan semua jenis senjata, ini sudah jelas. Meski demikian, mereka tetap membutuhkan satu senjata yang bisa memunculkan seluruh potensi mereka, seperti aku dengan tongkat.

Saat ini, Emir dan Inanna sedang berbelanja, mencari suvenir untuk Ninshubur. Akhir minggu ini giliran kami berkunjung ke rumah Selir Filial untuk kumpul rutin. Di pertemuan itu, aku berencana sekalian membicarakan progres hubunganku dengan Emir, dan juga hubungan Emir dengan keluarganya.

"Ah, padahal baru sebulan lebih kita masuk, kenapa manajemen sudah berpindah tangan?"

"Cih, kenapa sih pengecut itu selalu merepotkan."

"Tapi, itu keputusan Yang Mulia Paduka Raja. Kita tidak bisa menentangnya, kan?"

Tiga suara, yang cukup familier, terdengar. Mereka masuk ke kafe dan memilih tempat duduk yang tidak jauh dariku, hanya berjarak dua meja. Dua laki-laki itu terlihat kesal dan satu perempuan tampak berusaha menenangkan mereka.

I am No KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang