Epilog ch 1 - Rumit

60 10 10
                                    

"Ulangi!"

"Siap, Instruktur Emir!"

"Aku tidak dengar!"

"SIAP! INSTRUKTUR EMIR!"

Aku melihat latih tanding kembali dimulai. Untuk memudahkan pengamatan, aku menggunakan pengendalian dan terbang, melihat dari langit.

Di hutan, lima puluh pemuda pemudi sedang melakukan latih tanding. Sebagian besar melakukan manuver gerakan, melompat dari satu pohon ke pohon lain. Mereka melakukannya untuk menghindari serangan lawan atau menyerang dari belakang. Namun, ada juga yang frustrasi dan berusaha merobohkan pepohonan yang dia lihat.

"Emir, apa menurutmu proposal kita akan dikabulkan?"

"Seharusnya sih dikabulkan." Aku menjawab Shinar. "Maksud dan tujuan Lugalgin sudah sangat jelas. Bahkan Yuan juga sudah membuar proposal yang sesuai prosedur kerajaan. Dan, seharusnya mereka tidak memiliki masalah mengingat anggaran yang kita minta relatif lebih sedikit dibanding kepolisian dan militer."

Shinar telah tumbuh menjadi wanita yang menarik perhatian. Tubuh berisi dengan kaki panjangnya benar-benar memesona. Rambut hitam yang dipotong pendek seolah menunjukkan kalau dia ingin memamerkan tubuhnya.

"Menurutmu bagaimana, Yarmuti?"

"Tidak ada gunanya juga sih sebenarnya proposal kita dikabulkan atau tidak. Kalau pun tidak dikabulkan, kita tinggal melakukannya tanpa diketahui siapa pun. Kita intelijen. Melakukan hal yang 'tidak pernah ada' adalah keahlian kita. Kita juga bisa menaikkan sedikit retribusi transaksi pasar gelap kalau memang membutuhkan dana."

"Heh! Pemikiranmu benar-benar berani."

Ya, aku setuju dengan perempuan berambut hitam ini. Kami tetap bisa melakukan apa pun meskipun proposal tidak dikabulkan. Melakukan pekerjaan yang "tidak pernah ada" adalah keahlian kami.

Yarmuti tidak mengecat rambutnya menjadi hijau seperti dulu. Dia membiarkan rambut hitamnya tumbuh panjang hingga menutupi pinggul. Menurutku, dengan dada yang datar, seharusnya Yarmuti tidak memanjangkan rambut. Kalau rambutnya hanya menyentuh punggung, dia bisa membuat pinggulnya lebih mencolok.

Di lain pihak, aku sudah memiliki tiga anak tapi dua perempuan ini masih belum menunjukkan ketertarikan pada pernikahan, terutama Yarmuti. Shinar masih cukup muda, jadi dia belum menunjukkan ketertarikan adalah normal. Yang membuatku khawatir adalah Yarmuti. Dia lebih tua dariku, kan? Yah, sudahlah. Keputusan berada di tangan mereka.

"Nomor 37, kalah!"

"Nomor 15, kalah!"

Peserta yang terkena cat dari pisau atau peluru mengangkat tangan dan berteriak.

Sesuai rencana Lugalgin, pelatihan dan perekrutan murid intelijen dimulai sejak jenjang SMP dan SMA. Saat ini, kami melatih mereka yang setara dengan jenjang SMA kelas 2. Kelas yang kami latih adalah kelas A, kelas khusus. Di masa depan, diharapkan murid kelas A akan menjadi agen elite. Jadi, mereka mendapat latihan yang paling keras dan berat dibanding kelas lain.

Sejak perang pasar gelap berakhir, intelijen Bana'an menjadi ketergantungan pada Empat Pilar. Lugalgin tidak menginginkan hal ini terjadi. Dia ingin intelijen Bana'an bisa berdiri sendiri, independen, tanpa bergantung ke organisasi pasar gelap.

Saat ini, alasan pasar gelap bisa terkendali adalah karena Lugalgin yang memimpin. Dengan Lugalgin sebagai ujung tombak, dia menjalin koneksi dengan Empat Pilar. Namun, Lugalgin khawatir kalau dia pensiun atau tidak lagi menjabat. Ada kemungkinan Empat Pilar tidak akan bisa dikendalikan lagi. Jangankan Empat pilar, organisasi pasar gelap biasa pun memiliki potensi untuk berontak.

I am No KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang