Arc 4-2 Ch 12 - Motivasi

175 17 8
                                    

Chapter ini 2 kali lebih panjang dari biasanya, setara 2 chapter. wkwkwkwkwk

Dan, seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================


Aku berdiri di atas satu dari 20 kontainer yang berserakan, memandang Ukin di sisi lain lapangan.

Aku membutuhkan 10 truk trailer panjang untung memindahkan semua kontainer ini dari Haria, jadi, aku sudah siap di sini sejak siang. Beberapa jam setelahnya, tiba-tiba Ukin datang dengan kontainer berjumlah sama.

Semua anggota Agade dan Orion tersebar di seluruh penjuru kota Abu. Aku memilih stadion bola karena tempat ini adalah yang paling lapang, memudahkanku untuk mengendalikan semua senjataku.

Awalnya, aku tidak tahu apakah Ukin datang ke stadion ini untuk bertarung melawanku atau hanya karena tempat ini lapang. Namun, perasaanku mengatakan dia memang ingin mengakhiri konflik denganku untuk selamanya.

Pakaian bertarung Ukin hampir mirip dengan kami, anggota elite Agade. Dia mengenakan pakaian igni hitam, celana kargo coklat, sepatu bot, dan jubah. Hampir sama karena dia tidak mengenakan jaket.

Ukin dan aku berdiri di ujung stadium, dipisahkan oleh lapangan sepak bola sepanjang 110 meter. Di samping stadion, layar raksasa masih menyala, menunjukkan jam 11.59. Normalnya, anggota kedua organisasi akan berada di tempat yang berbeda, menghindari konflik sebelum waktunya. Namun, aku dan Ukin sama sekali tidak mengkhawatirkan itu. Kami adalah orang yang menaati kode etik.

Selain jam dan menit, juga ada perputaran yang menunjukkan detik. Namun, aku sama sekali tidak melihat ke arah perputaran detik itu. Pandanganku fokus pada sosok di seberang lapangan. Pergerakan waktu mundur sudah otomatis muncul di kepala, terhitung sejak masuk minus 5 menit. Dan, aku yakin, Ukin melakukan hal yang sama.

Tiga puluh detik lagi.

Aku membuka semua kontainer dengan pengendalian dan mengeluarkan semua senjata yang ada di dalamnya. Seolah sedang merakit model, aku menyambungkan semua senjata yang telah dibuat khusus. Aku melompat ke kepala lipan, membiarkan sudut pandangku semakin tinggi. Dalam waktu kurang dari 10 detik, sebuah lipan raksasa dengan panjang hampir 400 meter dan lebar 5 meter sudah bersiap.

Aku tidak membuat banyak lipan seperti sebelumnya, tapi hanya fokus pada 1 lipan panjang. Dan, satu perbedaan lain adalah posisi senjata tajam dan senjata api di dalam lipan ini tidak menentu, acak. Hanya orang-orang dengan pengendalian utama tembaga dan telah menjalani latihan berat sepertiku lah yang bisa mengetahui lokasinya dengan pasti.

Di sisi lain lapangan, ribuan pedang dan senjata api beterbangan dan berputar bagaikan pusaran angin. Di tengah-tengahnya, terdapat sosok yang menaiki satu pedang seolah dia sedang bersiap untuk berselancar, Ukin. Tidak akan berlebihan kalau aku mengatakan pedang dan senjata api yang dikendalikan Ukin memenuhi langit stadium. Dan, kami sama-sama memegang pedang di tangan kanan dan assault rifle di tangan kiri.

"Lugalgin, aku ingin kamu meletakkan pembicaraanku dan Ukin sebagai prioritas. Ada sesuatu yang harus kamu dengar."

[Baiklah. Aku sudah memindahkan pembicaraan kalian ke saluran pribadi. Jadi, hanya aku yang bisa mendengarkan.]

Aku sama sekali tidak menduga Lugalgin akan langsung menjawab. Tampaknya, dia mulai menyadari ada hal lain di balik perseteruanku dengan Ukin. Dan, aku tidak heran kalau dia tidak curiga. Saat ini, satu-satunya hal yang mencegah Lugalgin memeriksa masa laluku dan Ukin hanyalah karena kami berdua juga murid Lacuna. Dia menghormati privasi kami. Kalau bukan, semua masa lalu kami pasti sudah diketahui olehnya.

I am No KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang