Arc 5 Ch 16 - Fall of Muir, Dendam

94 12 9
                                    

Kastel Silant, bangunan utama di lingkungan istana Kerajaan Nina. Meski disebut kastel, bangunan ini tidak lagi dibuat dari batu. Setelah proses pembangunan ulang, Kastel Silant tersusun atas rangka baja, batu-bata, dan jende. Namun, dibandingkan bangunan besar pada umumnya, bangunan ini tentu saja termasuk tua. Di zaman sekarang, bangunan dengan dinding batu-bata sudah sangat langka.

Kastel Silant merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Nina. Bangunan ini digunakan sebagai tempat pertemuan, pengurusan administrasi kerajaan, bahkan tempat tinggal anggota keluarga kerajaan. Dan, Kastel Silant juga lah yang kini menjadi pertahanan terakhir Kerajaan Nina.

"Gin! Kamu ngelamun?"

"Ya, sedikit."

Inanna cukup mengejutkanku. Tidak aku duga dia bisa tahu kalau aku sempat melamun. Yah mau bagaimana lagi. Malam sudah tiba dan banyak lampu yang tidak berfungsi, membuat bangunan ini menjadi remang-remang. Suasananya sangat mendukung untuk tidur atau melamun, kalau bukan karena suara peluru dan ledakan. Di lain pihak, aku terkejut masih ada lampu yang berfungi. Aku kira orang istana atau militer akan memutus listrik bangunan ini. Namun, tampaknya tidak.

Sejak memasuki kastel Silant, bau hangus dan anyir sudah menusuk hidung. Ledakan, mesiu, darah, dan tubuh tak bernyawa menjadi sumber bau yang bisa membuat orang normal muntah. Kalau Rina melepas maskernya, aku berani bertaruh dia juga akan muntah. Mungkin.

Ira memang sudah menyampaikan informasi mengenai serangan militer Kerajaan Nina. Namun, aku tidak mengira jumlahnya sebanyak ini. Jenazah dapat ditemukan hampir di setiap sudut bangunan. Bahkan, tidak jarang hanya ada kepala, tangan, atau organ tubuh lain yang sudah tidak berbentuk. Padahal setelah gerbang istana roboh, hanya kami bertiga yang masuk. Namun, bangunan ini seolah sudah menerima serangan masif.

Ah, koreksi. Bangunan ini memang sudah menjadi target serangan, oleh militer kerajaannya sendiri.

Selama menyusuri lorong dan melewati semua anggota tubuh yang berserakan, pandangan Rina lurus ke depan. Dia tampak tidak memedulikan keadaan sekitarnya. Apakah Rina sudah dibutakan oleh dendam sampai tidak memedulikan kondisi istana? Atau memang bangunan ini tidak menyimpan kenangan indah baginya? Entahlah. Aku belum cukup mengenal Rina.

Namun, sejak masuk, aku tidak mendapati tubuh yang mengenakan pakaian khas pelayan istana. Semua tubuh, baik utuh atau yang tercecer, mengenakan atribut atau seragam militer. Mungkin Ira dan Ibla telah mengevakuasi para pelayan istana.

Setelah melewati gerbang istana, aku dan Rina memberi Emir dan Inanna assault rifle. Aku memegang sepasang pistol sedangkan Rina siap dengan senapan penembak jitu. Tentu saja, semua senjata kami telah terpasang bayonet.

Beberapa kali kami terpaksa berhenti, membunuh militer Kerajaan Nina yang menyerang. Kalau militer Kerajaan Nina berusaha membunuh kami, besar kemungkinan petinggi yang bertanggung jawab tidak ingin menjadi Feodal Lord. Petinggi militer yang bertanggung jawab atas semua ini pasti ingin menjadi Kepala Kerajaan Nina, kudeta. Dengan kata lain, ada kudeta lain sedang berjalan.

"Berhenti!"

Aku berteriak dan merangkat, menempel tembok. Inanna berada di belakangku sementara Emir dan Rina di dinding seberang. Sebenarnya tanpa perlu aba-aba ketiga istriku pasti berhenti. Namun, tidak ada salahnya jaga-jaga.

Setelah kami berhenti, ledakan muncul di depan, membuat dinding berlubang. Kalau tidak berhenti, kami pasti terhempas. Dari dalam lubang, muncul beberapa tentara. Sambil berjalan mundur, mereka melepas tembakan ke balik dinding. Karena terlalu fokus dengan serangan, tidak satu pun tentara menyadari keberadaan kami.

Dengan sigap, kami berempat membuat peluru bersarang ke tentara di depan.

"Musuh di luar!"

Suara lain muncul dari dalam, memberi peringatan. Namun, tidak lama, beberapa aura keberadaan di balik dinding menghilang. Setelah tentara di depan kami tewas, tidak lagi terdengar suara tembakan. Meski demikian, masih ada aura keberadaan beberapa orang di balik dinding. Karena tidak mengenal satu pun aura keberadaannya, aku tidak menunjukkan diri.

I am No KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang