Arc 4-3 Ch 8 - Pengawasan

202 14 8
                                    

seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================


"Tera! Tera!"

"Sshhh ... tenang ... tenang ...."

Aku memeluk Rina dan mengelusnya dengan lembut. Perlahan, Rina kembali tenang.

Setelah Rina datang, Lugalgin memberi sebuah penjelasan yang membuatku dan Emir terkejut. Dia bilang, sejak malam ketiga adiknya tewas, Rina selalu histeris ketika tidur di malam hari. Rina terus dan terus memanggil nama Tera di tidurnya. Terkadang, meminta maaf. Mungkin Rina meminta maaf pada Tera di mimpinya.

Oleh karena itu, aku, Emir, dan Lugalgin membuat jadwal piket untuk menemani Rina ketika histeris, bergantian. Awalnya, Lugalgin bilang dia ingin aku dan Emir saja yang datang ke kamar Rina. Namun, aku dan Emir berhasil meyakinkan kalau dia juga harus melakukannya. Rina adalah calon istrinya juga. Dia tidak bisa melimpahkan tanggung jawabnya sebagai suami kepada istrinya yang lain, kan?

Ketika pagi datang, awalnya, Rina terkejut karena mendapati salah satu dari kami tidur bersamanya. Tampaknya dia benar-benar tidak sadar kalau dirinya histeris ketika tidur. Kami memilih diam, tidak mengatakannya, untuk saat ini.

Kami meyakinkan Rina kalau kami tidur dengannya adalah hal penting. Dia perlu membiasakan diri dengan kehidupan setelah menikah. Awalnya Rina protes dan menolak. Namun, setelah berapa hari, Rina menyadari selalu ada orang di sampingnya ketika dia bangun. Akhirnya, Rina menurut.

Anehnya, ketika bangun, Rina memiliki insting yang tajam, seperti Lugalgin. Dia bisa tahu kalau ada orang lain datang atau mengikutinya. Namun, tidak seperti Lugalgin, insting Rina seolah hilang ketika tidur.

Pada satu pagi, aku mendengar Rina menggumam, "kenapa aku tidak bangun? Seharusnya aku terbangun ketika mereka masuk kamar,". Tampaknya, sebelumnya, insting Rina setajam Lugalgin walaupun dia tidur. Namun, mungkin karena pengaruh mimpi buruk atau yang lain, kini instingnya mati saat tidur.

Untuk sementara, Rina menempati kamar tamu di lantai bawah. Kenapa aku bilang sementara? Karena saat ini ibu dan Tante Yueni sedang mencari rumah baru untuk kami. Setelah menikah, Lugalgin akan memiliki tiga istri. Lalu, setelah memiliki anak, jumlah keluarga kami pun akan bertambah. Rumah kecil ini tidak akan bisa menampung kami semua.

Di lain pihak, berkat Rina yang histeris, aku dan Emir mengetahui rahasia baru Lugalgin. Pada satu pagi, ketika Lugalgin bertugas menemani Rina, aku dan Emir masuk. Kami terkejut ketika melihat setengah wajah Lugalgin sudah penuh dengan gumpalan daging, keloid.

Di pagi hari itu juga, aku dan Emir langsung menginterogasi Lugalgin. Namun, di luar dugaan, Lugalgin tidak banyak melawan dan langsung memberi jawaban. Awalnya, aku dan Emir hampir menangis lagi. Kami mengira Lugalgin masih belum memercayai kami. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

Alasan Lugalgin merahasiakan hal ini adalah karena dia khawatir kami akan melarangnya maju ke medan perang. Kalau dia tidak bisa maju ke medan perang, kekuatan tempur kami akan berkurang. Dan, Lugalgin khawatir, di masa depan hal ini bisa membuatku atau Emir tewas. Dia lebih mengkhawatirkan kami daripada dirinya sendiri.

Setelah mendengar penjelasan Lugalgin, aku dan Emir tidak mungkin menangis atau marah. Kami jadi memiliki pertimbangan baru setelah melihat Rina. Emir dan aku khawatir Lugalgin akan bernasib sama dengan Rina kalau salah satu dari kami tewas. Kami pun terpaksa memaklumi Lugalgin dengan syarat dia tidak boleh menyimpan rahasia lagi. Kalau ada masalah, harus dibicarakan baik-baik, musyawarah.

I am No KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang