Normal POV
"Himawari Shuri, kau terlahir dengan darah unik. Keluarga Himawari sendiri adalah keluarga yang memiliki darah khusus. Darah keluarga Himawari adalah salah satu dari darah langka. Dengan darah mereka iblis bisa bertahan diatas sinar matahari dalam jangka waktu tertentu."
Shuri memandang Kagaya yang menjelaskan sejarah keluarganya. Dia tidak tahu itu. Keluarga Himawari adalah keluarga yang memiliki darah yang sangat disukai iblis? Kalau begitu, iblis yang waktu itu memakan ayah ibunya.... dia mengincar kemampuan bertahan diatas sinar matahari? Hah, brengsek!
"Kau berubah menjadi oni saat umurmu masih 14 tahun." Kagaya melanjutkan penjelasaannya
"Anak sekecil itu sudah menjadi oni dan membunuh banyak orang. Sungguh kasihan... Namuamida Butsu" gumam Gyomei lirih sambil meneteskan air mata.
"Aku tau kau membunuh banyak orang, bagaimana kau menanggung semua dosamu, Shuri?" tanya Kagaya pada Shuri yang tertunduk diam.
"Maafkan saya, Oyakata-sama. Tapi oni yang sudah membunuh banyak orang sepertinya pantas mati," ucap Sanemi.
"Saya setuju pada Shinaguzawa, Oyakata-sama," susul Obanai.
"Saya yang hina ini memang pantas mati, tapi biarkan saya menyelesaikan urusan saya sendiri. Setelah semuanya selesai, saya Himawari Shuri akan menyerahkan diri saya pada pemburu iblis," jawab Shuri.
"Apa bukti kalau dirimu bukanlah anak buah Muzan?" tanya Sanemi merendahkan.
"Tentu saja saya bukan anak buah Kibutsuji Muzan, karena dialah yang saya buru," jawab Shuri sambil memberikan tekanan ketika menyebutkan nama pemimpin para oni itu.
Para pilar sedikit tersentak, ketika mendengar Shuri menyebutkan nama itu dengan tenang. Kagaya tersenyum hangat, dia membuka mulutnya perlahan, "Bagaimana kalau aku memberimu kesempatan untuk menebus semua dosamu?"
Shuri mendongakkan kepalanya. Ekspresi mukanya tampak kebingungan.
"Shuri, jadilah pemburu iblis."
💮💮💮
Shuri / (y/n) POV
"Shuri, jadilah pemburu iblis."
Apakah dia gila?
"O-oyakata-sama, bagaimana bisa oni sepertinya menjadi pemburu iblis?! Saya menolak!" ujar Sanemi tidak terima.
Kamu ngajak ribut? Aku juga ga mau tahu..!
"Saya juga tidak sudi untuk bekerja sama dengan dia, Oyakata-sama," protes Obanai.
"Heh," aku tersenyum sinis. "Aku menolak," jawabku dengan muka datar.
Dahi Kagaya sedikit mengerut mendengar jawabanku. "Apakah ini karena 'hal itu'?" tanyanya kembali.
Aku terdiam untuk mencerna apa yang dimaksud Kagaya tentang 'hal itu'. Mataku melebar setelah mengetahui apa maksud Kagaya.
"Ya benar, karena 'hal itu'. Saya memiliki dendam pada Muzan dan saya juga mempunyai dendam pada pemburu iblis. Bukankah itu sudah menjelaskan alasan saya menolak?"
"Beraninya kau! Memangnya apa yang sudah kami lakukan pada kau?! Malah harusnya kami yang dendam pada monster sepertimu!" teriak Sanemi yang kehabisan kesabaran.
"Shinaguzawa-san, jagalah sikapmu didepan Oyakata-sama," interupsi Shinobu. Sanemi yang menyadari ketidak sopanannya langsung menunduk dan meminta maaf pada Kagaya.
"Tch, 'memangnya apa yang kami lakukan?' Akan kuberitahu, kalian sudah membunuh anak tidak berdosa hanya karena dia tinggal dengan oni!!!" jawabku kesal dengan nada tinggi.
"Padahal....padahal mereka.....," ucapku mulai gagap sambil meneteskan air mata. Mataku sudah memanas dan air mata yang keluar makin deras. Memalukan, disaat seperti ini.... aku malah menangis...
"Aku akan bekerja sama dengan kalian, tapi aku tidak akan pernah pernah bergabung dengan kelompok kalian. Dan setelah Muzan kalah, aku, Himawari Shuri bersumpah akan menyerahkan diriku sepenuhnya pada para pemburu iblis. Itu sumpahku," ucapku membuat sebuah perjanjian.
Kagaya terdiam sejenak, lalu dia mengangguk. "Aku menyetujuinya. Shinobu, rawatlah Shuri di kediaman kupu-kupu milikmu."
"Ha'i, Oyakata-sama," jawab Shinobu patuh.
Setelah itu muncul kakushi yang membopongku yang menggunakan wujud anak kecil pergi. Aku menurut saja. Toh, kalau Kagaya sudah membuat keputusan seperti itu, yang lain gak bisa komplain.
Aku memandang Giyuu sebelum akhirnya memejamkan mata. Aku.........................................mengantuk.💮💮💮
Normal POV
Shuri tertidur dengan tenang diatas ranjang di kediaman kupu-kupu. Sudah sehari penuh dia terus tertidur. Shoji kamar itu terbuka, menampakkan sosok pria bersurai hitam. Pria itu masuk kedalam kamar Shuri dan duduk disebelah ranjang.
(Shoji -> pintu geser tradisional jepang)Pria itu menatap muka tenang Shuri yang sedang tertidur. Ketika pria itu hendak menyentuh kepala Shuri, kedua manik miliknya terbuka.
"G-giyuu..!?" teriak Shuri terkejut. Shuri sedikit susah menggerakkan lehernya karena lehernya harus diperban.
"Kau sudah bangun."
"Kenapa kau ada disini?" tanya Shuri canggung.
"Aku ingin mengembalikan ini. Ini punyamu bukan?" jawab Giyuu sambil menyodorkan seruling putih.
"Ah! Kukira ini hilang, benda ini diberikan oleh orang yang berharga bagiku. Arigatou!" ucap Shuri sambil memeluk seruling putihnya. Tatapan mata Giyuu sedikit menggelap saat mendengar kata 'orang yang berharga bagiku' keluar dari mulut Shuri.
"Yah..... furinnya hilang. Apa kau melihat furin yang menggantung di seruling ini Giyuu?" tanya Shuri sambil menunjuk ujung seruling tempat Shuri menggantung furinnya.
"Aku tidak melihatnya saat aku menemukan seruling itu," bohong Giyuu.
"Sayang sekali...," ucap Shuri dengan nada sedih.
"Apa furin itu juga berharga untukmu?" tanya Giyuu. Shuri menampakkan mimik heran pada Giyuu, karena tidak biasanya pria kaku sepertinya menanyakan hal seperti itu.
"Tentu saja, karena-" Shuri yang hendak menjawab langsung berhenti.
"W-wasurete," ucap Shuri malu-malu sambil mengalihkan pandangan.
Masa aku mau ngomong furin itu aku dapatkan dari dia, padahal dia mau ngasih itu ke Makomo kan...!!, batin Shuri.
Padahal aku ingin mendengarnya mengatakan itu dariku, pikir Giyuu sedikit kecewa, walaupun rasa kecewa itu tidak terlihat karena tertutup wajah datarnya.
"Ekh hem.... aku ingin mengembalikan ini. Arigatou, karena kalau kau tidak meminjamkan ini, aku akan mati terbakar," ujar Shuri menyodorkan haori milik Giyuu.
Giyuu menerima haori itu dan berjalan menuju shoji. "Aku akan kembali ke kediamanku, beristirahatlah Shuri."
Shuri menganggukkan kepalanya pelan. Ketika shoji telah tertutup sendiri, Shuri tersenyum senang dengan muka merona.
Sedangkan Giyuu yang bersandar dibalik shoji kamar rawat Shuri memandang furin kaca ditangannya penuh arti.
Bersambung....
============================================
Heyo, Readers-chan. Kalian dapet gak feel dari scene terakhir? Dan juga Author minta maaf karena minggu depan Author ga bisa update karena ada urusan.
Jangan lupa vote dan comment.
Bye bye....
![](https://img.wattpad.com/cover/220837414-288-k220628.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu no Yaiba_Kazoku
Fanfic家族 Kazoku / Family Aku sangat mengharapkan kehangatan keluarga. Aku akan melakukan apa saja agar ada orang yang mau membagikan kasih sayang padaku.... jadi kumohon....seseorang..... bawa aku pergi dari sini..... Aku tidak ingin mati.... aku ingin hi...