Prolog

737 11 1
                                    

Jika dirimu sudah menutup mata atas kenyataan, maka di situlah kebahagiaan yang telah lama kau pesan lewat doa tak jadi di antarkan.

===

Pagi ini Aku harus berangkat lagi, mengerjakan suatu hal yang sangat asing bagi diriku sendiri. Sangat sulit untukku terima, bahkan untukku jalani. Namun Aku harus menutup mata, Aku harus menutup telinga agar tidak melihat dan mendengar semuanya.

Aku berusaha untuk tidak menyalahkan diriku sendiri, namun nyatanya Aku pasti bersalah. Aku berusaha untuk melawan egoku sendiri, namun tetap saja semua ini terjadi.

Aku harus menjalani hidup ini walau harus di atas bara api sekalipun Aku berdiri. Nyatanya Aku masih punya tanggung jawab dalam setiap langkah yang ku ambil.

Terkadang Aku merasa ini bukanlah diriku, ini bukanlah Aku yang sebenarnya. Aku bersembunyi di balik layar demi hidupku sendiri, Aku mengingkari takdir.

Sesekali Aku berfikir 'Apa Aku salah?' tapi tidak ada pilihan lain. Aku bukanlah manusia yang sempurna Aku pasti bersalah. Tapi Aku juga tidak bisa membenarkan apa yang ku perbuat.

Aku mempunyai tanggung jawab yang besar, tanggung jawab yang di berikan padaku sejak Aku masih kecil. Tanggung jawab yang mendewasakanku sebelum waktunya. Tanggung jawab yang membuatku seperti ini, menjadi..

"PENCURI!!"

"PENCURI!!"

Tap, tap, tap,

Derup kaki yang diiringi dengan suara teriakan, mengejar dan meneriaki Ku yang mengambil barang pembeli tanpa izin atau di sebut pencuri.

"HEI BERENTI KAU!!"

"KEJAR, BERENTI KAU PENCURI!!"

Teriak mereka yang berlari mengejarku yang berlari membawa sebuah dompet Ibu-ibu yang ku rampas dengan halus dari tasnya.

Bruk

Aku menabrak seorang anak laki laki yang sedang berjalan di trotoar, ia terlihat dengan wajah yang bonyok sepetri baru saja di pukuli.

"Jalan itu pakai mata!!" Kataku marah padanya padahal Aku yang bersalah.

"Maaf." Katanya menundukkan kepala dengan wajah yang kasihan.

Aku melanjutkan larianku,

"PENCURI!!"

"PENCURI!!"

Orang-orang masih berteriak memberi tahu warga bahwa ada pencuri di sana. Aku berusaha untuk tidak tertangkap dan bersembunyi. Saat semuanya sudah tenang Aku bisa keluar dengan aman.

Aku sedang bersembunyi di antara celah rumah yang berdekatan. Ini sangat sempit dan sesak tapi Aku harus bersembunyi agar tidak ketahuan. Jika Aku ketahuan maka Aku akan habis di amuk massa dan setelah itu akan di giring ke kantor polisi.

Semuanya sudah tenang, orang-orang yang sedari tadi mengejarku sudah bubar, karna tidak bisa menemukanku di sini. Sesak sekali, akhirnya aku bisa keluar. Aku melihat seorang nenek yang kesulitan untuk menyebrang jalan.

Aku dengan sigap menolongnya untuk menyebrang jalan. Ia terlihat sangat tua renta, aku sempat bertanya kemana anak anaknya. Ia menjawab "Anak-anak ku sudah mapan dan Aku tidak pantas menjadi orang tuanya."

Bahkan Aku yang mendengarnyapun sangat kesal, padahal orang tua lah yang melahirkan.

Ya Aku adalah seorang pencuri, Aku bukanlah manusia yang baik tapi setidaknya aku masih punya hati nurani. 

BLACK LIFE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang