Aku tidak pernah mencintai atau di cintai siapapun.-Alena-
Malam itu aku hanya berdiam diri, bersendekap dada sambil menatap langit biru berisi bintang dari jendela yang sudah usang.
"Apa dia cantik?"
"Siapa?"
"Cinta pertamamu?"
"Kenapa kau bertanya?"
"Aku hanya penasaran, wanita seperti apa yang membuatmu jatuh cinta. Aku tidak pernah mencintai atau di cintai siapapun."
"Dia tidak sempurna, tapi mampu menyempurnakan hidupku."
"Wanita itu beruntung dicintai olehmu. Aku sebenarnya tidak percaya cinta pertama."
"Tapi aku percaya pada cinta pertamaku."
"Kau sangat romantis ternyata."
Aku tidak pernah meminta untuk dicintai. Dan aku tidak akan mampu mencintai siapapun jika diriku sendiri belum sempat kucintai. Tugasku bukanlah mencari cinta pertama, tapi mencintai diriku sendiri dengan setulus hati.
Jika sudah terwujud maka hatiku baru berhak menerima seseorang.
Sebuah cahaya menyinari mataku, aku memejamkan karena terlalu silau untuk dilihat. Aku membuka mataku pelan-pelan, melihat cahaya apa itu.
Sesosok bayangan muncul dari balik cahaya itu. Ia membuka lebar-lebar tangannya menyambut ku agar segera berlari ke arahnya dan memeluknya.
"Alena?" Ia berjalan pelan kearah ku.
"Ayah." Aku berlari ke arahnya dan langsung memeluknya.
Ayah mengusap rambutku, aku menangis. "Ayah aku rindu."
"Ayah juga nak." Ayah melepaskan pelukannya dan mengusap air mata di pipiku.
"Jangan menangis, anak Ayah gadis yang kuat." Ia tersenyum padaku.
"Jika kau memintaku untuk tidak menangis, kau pun tidak boleh menangis." Matanya berkaca-kaca menahan tangis. "Ayah baik-baik saja kan?"
"Ayah baik, sama sepeti terakhir kau lihat." Ayah kembali memelukku dengan kasih sayangnya yang tak pernah berubah. "Maafkan Ayah, Alena. Ayah meninggalkanmu dengan semua masalah, Ayah." Air matanya sudah tak bisa ia bendung. "Alena, jaga adik-adikmu. Ayah pamit ya." Ayah mencium keningku dan hilang di telan cahaya itu.
"Ayah!" Aku memanggilnya agar ia kembali menjemput ku. "AYAH!" Aku menangis tersedu-sedu menunggu Ayah kembali dan membawaku pergi bersamanya.
"Hei! Bangun!"
"Kakak bangun."
Aku membuka mata dan melihat kedua adikku berada di depanku. Dengan wajah panik, mereka membangunkanku.
"Kau kenapa?" Tanya Maya saat aku menatap mereka berdua.
"Memangnya aku kenapa?" Tanyaku karena masih bingung.
"Kau memanggil Ayah berkali-kali." Jawabnya. "Kau bertemu Ayah?" Maya berbisik padaku.
"Tidak." Jawabku dan pergi dari hadapan mereka.
"Hei, kau mau pergi kemana?" Maya berlari menyusulku keluar.
"Aku akan pergi membeli makanan, tunggulah di rumah." Kataku.
Aku berjalan menunduk memikirkan hal yang baru saja terjadi padaku. Aku memimpikan Ayah, apa maksudnya itu? Apa Ayah datang untuk menemui ku, atau Ayah hanya ingin menyemangati ku. Tapi, apapun itu aku senang bisa bertemu dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK LIFE✓
Fiksi RemajaHidup tanpa arah di temani kegelapan. Ini Aku, yang disiksa gelap dan menuggu pagi datang. Menunggu untuk membawaku pergi dari gelap malam. Ini Aku, yang terlelap dalam kehampaan dan kebisuan hati yang meminta untuk di isi. Ini Aku, yang be...