Tidak ada kata lelah atau menyerah karena berhenti ditengah jalan adalah prinsip orang lemah.
Keringat dingin mengucur deras di pipiku.
Tring.
Suara koin yang jatuh di dekatku, mereka mencari suaranya dengan melihat ke balik meja kasir. Aku membungkam mulutku agar tidak bersuara. Detak jantungku sangat kencang rasanya mereka bisa mendengar detak jantungku.
Tap, tap, tap,
Langkah kaki yang mulai mendekat padaku, Aku sangat takut.
"Disini Kau ternyata." Kata salah satu pria dan mengambil uang koin yang ada di dekatku.
"Hei, mau apa kalian?" Satu suara lagi yang baru masuk dari pintu utama.
"Aku mengambil koinku yang jatuh." Jawabnya. "Kami ingin membeli sesuatu, tapi tidak ada orang di sini." Ujarnya kemuadian.
"Aku pemilik toko ini." Katanya yang masih berdiri di dekat pintu dan ternyata itu adalah Bos.
Bos pergi ke meja kasir dan melihatku duduk di bawah dengan kondisi yang memprihatinkan. Mereka membayar makanannya dan pergi.
Aku sangat bersyukur karena mereka tidak melihatku, rasa takut masih ada namun sudah reda. Tanganku masih dingin dan bergetar. Detak jantungku sudah mulai stabil.
"Ada apa? Kenapa Kau seperti ini? Siapa mereka?" Tanya Bos bertubi-tubi. Aku belum tenang tapi Bos sudah menyerangku dengan pertanyaannya.
"Tenangkan dirimu dulu." Kata Bos, ia pergi mengambil minuman di lemari es dan memberikannya padaku.
Tanganku bergetar saat mengambil minuman di tangannya, Bos menggenggam tanganku. "Tanganmu dingkn." Ucapnya, Aku melepaskan tanganku dari genggamannya dan mengambil minuman yang ia berikan.
Bos mengajakku untuk duduk dan menenangkan diri, setelah beberapa menit, tanganku tidak bergetar lagi dan aku sudah mulai tenang.
"Ada apa?" Bos mulai menanyaiku. "Siapa mereka?, Apa mereka jahat padamu?"
"Aku mempunyai hutang pada mereka. Aku takut bertemu mereka karena belum bisa membayarnya." Jawabku.
"Berapa?" Tanya Bos lagi.
"3,5 M. Aku tidak punya uang sebanyak itu untuk melunasi hutangku."
"Oh, Kau tenang saja, Aku bisa melunasi semua hutangmu." Kata Bos lagi. Aku menegakkan kepalaku dan memandangnya serius hatiku senang, Bos memandangku dengan senyumnya.
Aku sedikit ragu, mana ada seorangpun yang mau memberikan uang dengan jumlah yang besar secara cuma-cuma. Apalagi dengan statusku sebagai karyawan baru disini.
Bos memang pernah bilang padaku, sejak Aku bekerja tokonya semakin ramai dan mendapatkan keuntungan yang banyak. Tapi menurut logikaku, tidak mungkin untung yang Bos dapatkan sepadan dengan uang yang akan ia berikan untuk melunasi hutangku.
"Kau serius Bos?" Tanyaku Aku menaruh sedikit rasa curiga padanya.
"Aku serius, asalkan Kau mau.." Bos menggantungkan ucapannya. Senyum itu mulai membuatku takut, tangannya berkeliaran dan menggenggam tanganku.
"Asalkan Kau mau untuk denganku." Tanyanya jatuh ke pahaku, perasaan yang tadi kurasakan kembali.
Tanganku dingin dan mulai bergetar lagi. "Jangan Bos!" Aku menghindarinya.
"Tak apa, Aku akan melunasi seluruh hutangmu." Katanya membujukku. "Mendekatlah padaku."
Aku berusaha untuk menghindar darinya dengan sopan, tapi Bos terus saja mendesakku. Aku berdiri dan menjauh darinya, ia terus mendekat padaku. Aku berjalan mundur menjauhinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK LIFE✓
Teen FictionHidup tanpa arah di temani kegelapan. Ini Aku, yang disiksa gelap dan menuggu pagi datang. Menunggu untuk membawaku pergi dari gelap malam. Ini Aku, yang terlelap dalam kehampaan dan kebisuan hati yang meminta untuk di isi. Ini Aku, yang be...