23| Mencintai Diri Sendiri

55 5 2
                                    


Cintai dirimu terlebih dahulu. Setelah itu baru aku.

"Sejak awal aku sudah menduga, bukan hanya aku tapi orang di sekitarku juga bahwa kau memang bukan orang baik, aku tidak menuding mu, aku juga bukan orang baik. Tapi setidaknya aku masih setia kawan tidak seperti kau, SAMPAH!" Aku berjalan menjauhinya, meninggalkannya yang berdiri kaku karena ucapanku.

"Tunggu! Apa kau..." ucapnya, aku terhenti dari langkahku. "Tidak pernah mencintaiku?" Tanyanya melanjutkan ucapan yang digantungnya barusan.

Aku membalikkan badanku, ia juga berbalik menatapku dengan penuh harapan dan rasa bersalah. "Mungkin..." Ucapku hampir menangis. "Tidak." Sayangnya harapannya aku patahkan tanpa rasa kasihan. "Aku susah payah mengeraskan hati karena rasa sakit yang terlalu perih untukku rasakan, tapi kau malah merusaknya menjadikannya berdarah kembali." Lanjutku.

"Tapi aku benar-benar mencintaimu." Ucapnya lagi, ia masih memohon padaku.

"Pergilah dari hadapanku! Ada seseorang yang sedang menunggumu!" Ucapku dengan nada halus dan air mata berurai memandang seseorang di sebarang jalan yang memperhatikan sejak tadi semua percakapan kami.

Tan ikut memperhatikannya, ia melangkah dengan cepat kearah ku, penuh amarah di setiap langkah kakinya. Aku menunggunya sampai di depanku. Tapi tak sangka aku menunggu orang yang salah.

Saat sampai di depanku, bukannya meminta maaf ia malah langsung menamparku. Aku mengusap pipiku yang baru saja ditampar olehnya. Joe berdiri dari duduknya yang sedari tadi hanya melihat. Aku mengisyaratkannya untuk diam dan tidak ikut campur. "Aku bisa menyelesaikannya." Kataku menahannya.

"Sekarang apa?" Tanyaku meminta salah satu dari mereka untuk bicara. "Kak Helen, karena aku terlalu muda untuk melawan. Aku akan memberi tahu Tan, apa yang tidak bisa kau sampaikan sendiri." Kataku menatapnya tanpa rasa takut.

"Apa? Apa maksudmu, Alena?" Tanya Tan penasaran.

"Sejak awal aku sudah bisa melihat ada kebencian dari tatapanmu melihatku, saat aku keluar dari agensi pun kau terlihat bahagia," kataku membuka sedikit, namun sepertinya Tan tidak mengerti.

"Baiklah, aku perjelas. Helen menyukaimu Tan, mencintaimu." Kataku dengan wajah datar. "Tujuannya mengajakku kembali hanya untuk menjebak ku, balas dendam, karena kau lebih memilihku dibanding dirinya." Kataku menyampaikan apa yang ada di dalam benakku.

"Tapi sayangnya saat itu aku terlalu bodoh untuk menolak dan tidak percaya, saat kejadian semalam akhirnya aku menyadari siapa kalian sebenarnya, ternyata yang tersakiti hanya aku." Ujar ku sambil menyeka air mata yang hampir jatuh.

"Bersamalah, kalian juga pantas bahagia. Aku akan mencoba melupakan jika itu perlu dan mencari kebahagiaanku sendiri." Ucapku dan pergi dari perdebatan panas itu.

Joe berdiri dan mengikuti ku, saat berpapasan dengan Tan ia berbisik walau aku masih bisa mendengarnya. "Kau tahu, Alena membenci ibunya? Kurasakan kau sama seperti ibunya, bahkan lebih." Ucapnya dan pergi menyusulku.

Joe berdiri tepat di belakangku, ia pasti tidak ingin berdiri disampingku karena aku yang sedang tidak karuan. "Kau baik-baik saja?" Tanyanya.

"Ya." Jawabku singkat.

"Bohong! Kau tidak baik-baik saja." Katanya.

"Baiklah, aku tidak baik-baik saja." Kataku mengakui apa yang hatiku rasakan.

"Bagaimana rasanya?" Tanyanya, Joe benar-benar menyebalkan, bisa-bisanya ia bertanya bagaimana rasa hatiku sekarang.

"Sakit, tapi menyenangkan." Jawabku sambil sedikit tersenyum agar Joe tidak terlalu khawatir dengan keadaanku.

BLACK LIFE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang