Alena, sebelumnya ibu minta maaf.
Ibu tidak pernah bermaksud untuk membuang mu dan adik-adikmu.Ibu sangat menyayangi kalian, tidak ada sedikitpun kebencian tersemat di hati ibu.
Maafkan ibu, ibu terpaksa harus meninggalkan kalian saat itu. Karena ada sesuatu yang mengancam keselamatan kalian.
Ibu tidak ingin menyembunyikan hal ini darimu, ibu ingin mengatakannya padamu, namun belum menemukan waktu yang tepat.
Sebenarnya, kau bukanlah anak ayah yang kau kenal. Kau memiliki ayah lain. Maafkan ibu, ayah kandungmu adalah Burhan. Orang yang sudah menghancurkan hidupmu.
Ibu harap kau bisa memaafkan ibu, kapan pun itu ibu akan tunggu. Sampai ibu tak bernafas, ibu akan menunggu maaf darimu, Nak.
Dari ibu, Nadya.
[Surat dari ibu Alena yang diberikan pada episode 27| Keinginan yang tak di inginkan]
Beberapa Minggu berlalu, banyak yang sudah ku lalui. Mulai dari ibu yang meninggal, kenyataan bahwa Burhan adalah ayah kandungku dan ternyata aku mempunyai seorang adik lagi.
Burhan, maksudku ayahku, ia dipenjara karena melakukan tindak pembunuhan. Aku pindah kerumah ibu. Aku sudah salah sangka dengan Maya saat itu. Aku berfikir bahwa Dion dan Maya pergi bersama ibu dan meninggalkanku. Tapi ternyata mereka pindah dan belum sempat memberitahukannya padaku.
"Maya, maafkan aku." Kataku padanya saat kami sedang makan.
"Tidak ada yang perlu di maafkan." Katanya dengan wajah datar.
"Aku selalu salah sangka padamu, maafkan aku." Kataku lagi membujuknya agar memaafkanku.
"Aku yang salah, aku tidak memberitahumu kalau kami pindah. Ibu ingin memberitahumu, tapi aku melarangnya. Aku berfikir, ini akan menjadi kejutan untukmu saat pulang dari rumah sakit." Jelas Maya dengan nada malas.
"Lalu kemana kau saat aku ke sekolahmu? Teman-temanmu bilang kau tidak masuk dua hari." Tanyaku lagi.
"Kau pikir aku akan diam saja saat melihatmu di kejar-kejar hutang. Aku bolos sekolah karena ingin membantumu, aku bekerja." Jawabnya lagi.
"Sekarang kau masih bekerja?" Tanyaku lagi, masih penasaran.
"Tidak." Jawabnya singkat.
"Kakak!" Derup langkah kaki dua anak kecil berlari menghampiriku.
"Adik-adikku sudah bangun." Sambutku sambil menggendong salah satu dari merek. "Kalian lapar?" Tanyaku.
"Ya." Jawabnya bersamaan.
Kini aku harus mengurus tiga adikku. Ternyata aku memiliki seorang adik lagi, bernama Nachi. Dia baru berumur 3 tahun.
Setelah selesai makan, Maya akan pergi kensekolah. Saat ia memakai sepatunya di depan rumah aku duduk disebelahnya.
"Kenapa kau tidak bilang padaku, kalau aku bukan kakak kandungmu?" Tanyaku ragu saat Maya masih memakai sepatunya. Maya tahu dari surat yang pernah di berikan ibu. Aku membuangnya karena muak, hanya melihat foto itu. Ada penyesalan di hatiku tidak pernah membacanya.
"Tidak penting, siapapun dirimu. Aku tidak pantas marah padamu. Begitupun dirimu, tidak pantas meminta maaf padaku. Kau sudah melalui hari yang panjang untuk bisa memberiku makan selama 5 tahun, padahal kau sendiri juga butuh. Aku yang terlalu merengek dan tidak mengerti keadaanmu. Maafkan aku, tidak pernah mengerti dirimu. Dan terima kasih, sudah mau membesarkanku, walau rasa sakit." Ujarnya dengan bijak. Aku terharu dan hampir menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK LIFE✓
Fiksi RemajaHidup tanpa arah di temani kegelapan. Ini Aku, yang disiksa gelap dan menuggu pagi datang. Menunggu untuk membawaku pergi dari gelap malam. Ini Aku, yang terlelap dalam kehampaan dan kebisuan hati yang meminta untuk di isi. Ini Aku, yang be...