Ternyata hidupku bukan tentang masalah besar yang harus ku pecahkan. Tapi tentang kenyataan kejam yang hurus ku hadapi.
Tap, tap, tap,
Seseorang membuka pintu kamarku tanpa permisi dan masuk begitu saja. Ia berpakaian rapi sambil menggenggam buket bunga dan memberikannya padaku. Ia memberikan bunga aconitum ungu padaku.
"Kau tahu arti bunga itukan?" Tanyanya sambil membuka kaca mata hitamnya. "Maafkan aku terlambat menjenguk mu anak tiri kesayanganku." Katanya lagi aku memandangnya dengan sinis dan takut.
"Keluar! Aku tidak memintamu datang." Kataku memintanya agar tidak ada di depanku.
"Tenang lah, aku tidak akan melukaimu. Kau benar-benar takut padaku?" Tanyanya. Ia memalingkan wajahnya dan melihat keluar jendela. "Kau mau ku ceritakan sesuatu?" Tanyanya lagi. Aku tidak ingin mendengarkan.
"Kau tahu aku bisa memanggil penjaga disini agar bisa menyeret mu keluar?" Kataku memintanya dengan halus agar keluar dari kamarku.
"Bagaimana? Bagaimana rasanya menjalani kehidupan dibawah kendali seseorang. Aku tahu semuanya, aku lah yang membuatnya untukmu. Seharusnya kau berterima kasih padaku. Hidupmu memang gelap, setiap langkah yang kau ambil memang salah, karena kehadiranmu yang bukan keinginan. Garis hidupmu adalah penyesalan. Seharusnya kau tidak pernah ada." Ujarnya.
"Bukan aku, tapi kau seharusnya yang tidak ada." Kataku membalikkan kata-katanya yang ia tujukan padaku.
"Alena, jangan kasar dengan ayahmu, suatu saat kau pasti membutuhkanku." Katanya dengan percaya diri. "Dengarkan saja ceritaku, cerita ini berjudul BLACK LIFE, seorang gadis yang ditinggalkan oleh ibunya dan seorang laki-laki yang mengambil kekasih orang lain." Katanya lagi, ia sengaja memancing emosiku disini.
"Sekali lagi aku minta padamu untuk keluar dengan sopan." Kataku tanpa menatapnya.
"Tentang ketidak tahuan kau tentang apa yang kau ada, hidup macam apa yang sedang kau jalani. Yakin tidak mau mendengarkan?" Tanyanya membuatku penasaran. Aku hanya diam, melihat kearah lain selain dirinya, aku sedikit penasaran.
"Baiklah, sepertinya kau benar-benar ingin mendengarkannya."
"Cerita ini dimulai saat aku dan ibumu masih SMA, aku adalah cinta pertama ibumu dan begitupun sebaliknya, ibu cinta pertamaku. Kami berpacaran sampai lulus kuliah. Setelah mendapatkan pekerjaan, aku berencana untuk menikahi ibumu, tapi sayangnya orang tua ibumu tidak memberikan restu. Mereka bilang sudah menjodohkan ibumu dengan orang lain, yang lebih mapan dariku, ayahmu." Jelasnya, awalnya aku tidak ingin mendengarkannya, tapi karena sudah menyeret nama ayahku, aku harus tahu.
"Ibumu tidak menerima perjodohannya dan kami berencana untuk kawin lari. Namun sebelum itu terjadi, nenekmu di kabarkan menderita sakit keras dan memiliki sedikit waktu. Nenekmu meminta ibumu untuk menikahi ayahmu sebelum dia meninggal. Saat itu ibumu tidak punya pilihan lain selain menuruti ibunya." Matanya terlihat sangat sedih menceritakan kisahnya bersama ibuku.
"Mereka akhirnya menikah, tapi tak ku sangka nenekmu hanya berpura-pura sakit agar ibumu bisa menikah dengan jodoh pilihannya, ibumu kesal. Karena terlalu baru ibumu belum bisa meminta untuk bercerai dari suaminya. Mereka menjalani hidup yang damai karena tidak salah satu dari mereka peduli satu sama lain. Hanya mementingkan diri sendiri, karena ayahmu juga tidak mencintai ibumu. Tragis memang."
"Aku dan ibumu menjalin hubungan, ayahmu tampak tidak peduli dengan itu. Ia juga di jodohkan tanpa keinginannya. Setelah hampir 1 tahun menikah, akhirnya ibumu memutuskan untuk menceraikan ayahmu dan akan menikah denganku. Namun semua itu terulang lagi, nenekmu menderita penyakit kronis."

KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK LIFE✓
Teen FictionHidup tanpa arah di temani kegelapan. Ini Aku, yang disiksa gelap dan menuggu pagi datang. Menunggu untuk membawaku pergi dari gelap malam. Ini Aku, yang terlelap dalam kehampaan dan kebisuan hati yang meminta untuk di isi. Ini Aku, yang be...