Aku menanti sang surya dan harapan baru yang di bawanya. Terutama saat dunia di selubung gulita.
•
•
•
BrukPintu yang belum lama ini juga mereka rusak kan kembali hancur karena sudah usang. Aku duduk ditengah rumah sambil memeluk adikku dengan tangan bergetar dan menutup mata.
Buagh, buagh, buagh,
Tinjuan demi tinjuan mendarat di pipi dan perutnya. Ia menendang, memukul dan menginjak para rentenir itu. Ia sendirian namun bisa menumbangkan dua preman yang bertubuh kekar itu.
Setelah para rentenir itu pergi dengan berlari sempoyongan, ia menjulurkan tangannya padaku yang masih menutup mata ketakutan bersama adik-adikku.
Maya ikut berpelukan saat pintu rumah kami sudah tak terpasang lagi.
"Mereka sudah pergi, kau bisa membuka matamu." Katanya berjongkok menyamai posisi dudukku.
Aku membuka mataku, seorang laki-laki yang cukup tampan dengan menadahkan tangannya memintaku menggenggam untuk membantuku berdiri.
"Terima kasih." Kataku setelah berdiri. Ia adalah Tan, ia memang terkenal hebat dalam bela diri tidak heran jika ia bisa mengalahkan kedua rentenir yang bertubuh besar itu sendirian.
Serr
Ia yang baru sampai langsung masuk tanpa permisi, nafasnya masih belum stabil karena berlari. Ia bahkan harus mengerem larinya dengan telapak sepatunya agar berhenti di depan rumahku.
"Kau tak apa? Apa yang luka? Apa mereka menyentuhmu?" Ia langsung memengang kedua pipiku, tanganku, kakiku dan membalikkan badanku memastikan aku tidak terluka.
"Aku baik-baik saja." Jawabku atas semua pertanyaan yang ia berikan padaku.
"Syukurlah." Katanya menaruh tangan di dadanya. Ia menaruh kedua tangannya di lututnya dan sedikit menunduk karena nafasnya masih belum tenang.
"Bagaimana kau tahu?" Tanyaku masih bingung mengapa mereka berdua datang disaat yang tepat, mungkin itulah perumpamaan nya.
"Firasat ku." Jawab mereka berdua serentak. Mereka saling bertatapan untuk beberapa saat.
"Aku mereka kau dalam bahaya." Ujar mereka lagi masih dengan serentak. Mereka kembali bertatapan, Tan membuang muka dan diikuti oleh Joe. Ya, ia yang baru datang adalah Joe.
"Tapi aku yang menyelamatkannya." Kata Tan menyombongkan diri didepan Joe. "Dan aku dengar, apa kau tidak bisa berkelahi?" Tanya Tan meledek dengan senyum miring.
"Aku bisa melindunginya!" Sergah Joe sedikit membentak karena sedari tadi ia terus-terusan di rendahkan oleh Tan.
"Dengan apa kau lindungi, Alena? Melindungi diri saja kau tidak pantas." Ucap Tan lagi sambil menyilangkan tangan di dadanya. "Dasar pecundang!" Ujarnya lagi namun dengan suara yang sedikit ia rendahkan agar terlihat seperti bicara pada dirinya sendiri.
Joe sudah siap dengan kepalan tangannya yang ingin segera menghajar Tan. Aku yang melihatnya sudah tidak bisa menahan emosinya menggeleng-gelengkan kepala menolak apa yang akan ia lakukan pada Tan. Bukan ingin membela salah satu dari mereka melainkan tidak ingin ada perkelahian lagi disini.
Adikku masih kecil, masih 5 tahun dan seorang lagi perempuan. Mereka masih syok dengan kejadian barusan, mereka malah akan membuat keributan lagi.
"Baiklah, aku pergi." Kata Tan dengan nada yang masih emosi. Matanya melambangkan kekesalan padaku. Ia pasti berfikir bahwa aku membela Tan dari pada dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK LIFE✓
Teen FictionHidup tanpa arah di temani kegelapan. Ini Aku, yang disiksa gelap dan menuggu pagi datang. Menunggu untuk membawaku pergi dari gelap malam. Ini Aku, yang terlelap dalam kehampaan dan kebisuan hati yang meminta untuk di isi. Ini Aku, yang be...