21| Kepercayaan

74 5 43
                                    

Berjalanlah, jangan berlari.

Karena hidup itu perjalanan, bukan pelarian.

Disepanjang perjalanan aku tidak berbicara, begitupun dengan Joe ia tidak membuka pembicaraan apapun.

"Kenapa kau masih bisa mengganggap ku pacarmu sedangkan aku ini adalah seorang buronan, pencuri, tidak ada sesuatu yang baik dari diriku." Kataku membuka pembicaraan agar tidak terlalu lama diam.

"Mungkin kau perlu tahu, aku mencintaimu tidak melihat sisi buruk mu." Jawabnya dengan semua pengakuanku.

"Lalu apa yang kau lihat dariku?" Tanyaku lagi, hanya sekedar penasaran.

"Sejak pertama aku bertemu denganmu, aku bisa melihat kau adalah orang yang baik. Kau berjuang sendiri demi adik-adikmu, namun sayangnya cara yang kau gunakan salah." Jawabnya. "Dan sejak awal juga aku tidak menyalahkan mu atas semua yang kau lakukan."

"A-"

"Tidak! Tunggu aku belum selesai bicara." Katanya memotong pembicaraanku. "Aku tidak bodoh, aku tahu itu tidak baik. Tapi, prinsip dalam hidupku adalah, aku bisa menyalahkan seseorang atas perbuatannya jika hal itu tidak pantas untuknya." Jelasnya, tapi aku semakin bingung dengan penjelasannya.

"Apa maksudmu aku pantas melakukan itu semua?" Tanyaku sembarangan, karena aku masih tidak mengerti dengan ucapannya.

"Bukan begitu, aku masih bisa mentoleransi perlakuan mu karena kau tidak punya pilihan. Berbeda dengan para koruptor, mereka mempunyai banyak kesempatan tapi tetap mengambil jalan kotor." Ucapnya dengan bijak menjelaskan padaku. Aku mulai mengerti dan sangat kagum dengan caranya berfikir. Walau terdengar membelaku tapi ia bisa bersikap seadil mungkin.

"Aku juga tidak bisa menyalahkan mu, karena kau tidak bekerja sendiri." Lanjutnya kemudian.

Aku mengangguk paham, ia sangat mengerti diriku. Sama seperti ayah yang tidak pernah memarahiku apa pun yang kulakukan, jika aku salah ia hanya akan memberi pelajaran, apa yang kulakukan tidak baik.

"Kau persisi seperti ayahku." Kataku memberitahunya.

"Benarkah?"

Ia sudah seperti pengganti ayah yang dikirim tuhan melalui wujudnya. Terkadang aku berfikir aku mulai menginjak zona bahagia yang selama ini aku pesan lewat doa. Aku selalu menunggunya, akan selalu menunggunya.

"Oh ya, kau bilang kau punya cinta pertama, siapa itu?" Tanyaku lagi setelah beberapa menit berdiam.

"Kau masih belum mengerti?" Tanya Joe balik padaku. Aku berusaha untuk memikirkannya.

"Apa itu aku?" Tanyaku berhenti berjalan dan menatapnya serius.

"Ya." Jawabnya disertai anggukan ringan dari kepalnya.

Aku sedikit terkejut,

"Apa dia cantik?"

"Siapa?"

"Cinta pertamamu?"

"Kenapa kau bertanya?"

"Aku hanya penasaran, wanita seperti apa yang membuatmu jatuh cinta. Aku tidak pernah mencintai atau di cintai siapapun."

"Dia tidak sempurna, tapi mampu menyempurnakan hidupku."

"Wanita itu beruntung dicintai olehmu. Aku sebenarnya tidak percaya cinta pertama."

"Tapi aku percaya pada cinta pertamaku."

"Kau sangat romantis ternyata."

"Hei apa aku bisa bertemu dengan cinta pertamamu itu?"

BLACK LIFE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang