01| Ironi Hidup

516 9 3
                                    

Hidup ini ironi.
Dokter mengharapkan kau sakit,
Polisi mengaharapkan kau menjadi pelaku kriminal,
Guru mengharapkan kau terlahir bodoh,
Maka hanya penjahat yang mengaharapkan kau hidup sejahtera,
Disitulah Aku mulai mencintai diriku sendiri.

-Alena Faradila-

===

Aku berjalan menyusuri trotoar dengan biasa. Langkah kaki terhenti saat melihat Dia berdiri di hadapanku. Ia beridiri menatapku, menungguku.

Aku harus bisa menahan diri, ia di tarik masuk ke dalam sebuah mobil dan pergi di hadapanku.

Aku berbalik agar tidak melihatnya lagi, di belakangku ternyata sudah ada seseorang yang menunggu untuk bicara denganku.

"Bertemu lagi kita, Alena Faradila." Seorang pria tinggi memakai jas hitam dengan dasi yang panjang.

"Mau apa Kau?" Tanyaku.

"Aku harap Kau tidak melupakanku dan semua yang pernah ku katakan padamu. Jauhi! Maka Kau dan adik-adikmu akan selamat." Dia pergi begitu saja setelah mengucapkan kata-kata itu padaku.

Aku tidak peduli dengan apa yang Dia katakan, Aku tidak takut dengan Dia. Dia bukanlah ancaman di hidupku Dia hanya serangga pengganggu yang harus di basmi.

Aku bukan manusia yang lemah, Aku tidak akan tunduk hanya pada orang seperti Dia. Aku mempunyai jalan hidupku sendiri Dia tidak berhak mengatur hanya karna ia memiliki sesuatu yang tidak Aku miliki.

Dia sudah merebut semua yang kumiliki, Aku tidak akan membiarkannya mengambil apa yang ku punya lagi. Tidak akan pernah.

"Kau selalu datang padaku untuk meminta pekerjaan, tapi setiap yang ku tawarkan tidak pernah Kau kerjakan."

"Maaf, Aku hanya belum siap."

"Kau selalu mengucapkan itu. Masih banyak yang ingin mengerjakan pekerjaan ini, Kau membuang waktuku saja."

"Sekali lagi maafkan Aku."

"Pergi sana dan cari pekerjaan yang baik menurutmu, jangan kembali jika Kau belum siap."

Aku sudah meminta pekerjaan pada beberapa orang tapi mereka selalu menolakku. Aku putus asa karena tidak mendapatkan pekerjaan.

Hampir tengah hari, Aku harus pulang segera. Aku tidak mau Dion menungguku.

"Dion, sudah menunggu kakak." Suara lembutnya selalu saja membuatku luluh, teringat semua kesalahan, semua dosa dan teringat padA Dia.

Dionlah yang menjadi alasan Aku harus hidup, Dionlah yang selalu menjadi semangat atas kehidupan pahit yang harus kulalui.

"Kakak." Panggilnya karna Aku melamun.

"Ya."

"Tadi Ibu kesini, menemuiku." Katanya.

"Apa?" Tanyaku kaget.

"Dia bilang akan membawa kita keluar dari sini." Kata Dion lagi.

"Dion dengar Aku baik-baik, jangan pernah percaya dengan siapapun. Ibu sudah mati Dia bukan Ibu kita."

"Baik."

"Anak pintar, ayo masuk." Aku mengelus rambutnya dan membawanya masuk.

"Tapi Kakak," Ia menahanku untuk tidak masuk. "Kau bilang jangan percaya pada siapapun." Lanjutnya.

"Ya." Kataku.

"Termasuk dirimu?"

Pertanyaan yang sangat menusuk hatiku, pertanyaan yang membuatku kaku.

BLACK LIFE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang