"Untuk hidup dalam manusia yang penuh kepalsuan, dirimu harus berkelas."
-Helen-
Aku langsung berdiri karena kaget akan kehadirannya. "Jangan lupakan masa lalu kalian, itu penting!" Kata Rion sedikit berteriak karena keberatan membawa kardus itu sendirian.
"Apa cinta lama akan bersemi kembali?" Tanya Helen padaku. Wajahku hampir pucat, ia menatapku sangat dalam. Aku sudah lama tidak bertemu dengannya.
"Tan?" Tanyaku berjalan kearahnya.
"Alena?" Ia melangkah pelan kearah ku. Tan menaikkan tangannya ingin mengelus rambutku, saat sampai di atas kepalaku ia mengepalkan tangan dan menurunkan tangannya, ia membuang muka dan memejamkan mata. "Apa kabarmu?" Tanyanya dengan wajah datar.
"Baik." Jawabku, aku masih tidak percaya, ia ada didepan ku saat ini, satu-satunya orang hidup yang pernah mencintaiku, begitulah dahulunya. Tan sangat berbeda dari terakhir aku melihatnya.
"Jangan menatapnya seperti itu, Tan!" Kata Rion, ia sedang bermain dengan komputernya, walau begitu ia masih bisa melihat aku dan Tan yang sedang berusaha untuk menyesuaikan diri dengan pertemuan ini.
"Ah, maafkan aku." Ucap Tan, ia menunduk dan tersenyum tipis.
Helen datang dari belakang Tan, ia langsung merangkul Tang dengan tangan kirinya. "Kau tahu, Alena saatn ini sudah bahagia." Dengan wajah semangatnya ia memberi tahu Tan.
"Selamat atas kehidupan barumu." Katanya menjulurkan tangannya untuk menyalamiku.
"Terima kasih." Aku menjabat tangannya, ia menggenggam tanganku erat, aku bisa merasakan kerinduan dari genggamannya.
"Lepaskan, Tan. Dia kesakitan." Kata Rion yang masih di depan komputernya. "Yes, VIKTORY." Rion berteriak kegirangan karena game yang ia mainkan menang. Aku kaget saat ia berteriak dan celebration dengan gayanya.
Tan tersenyum tipis melihat ekspresi ku yang kaget mendengar suara Rion. "Kau masih sama seperti dulu." Ucap Tan. Ini pertemuan pertama kami setelah 2 tahun tak bertemu dan aku sudah memalukan diriku sendiri didepannya. "Tidak perlu malu, kau selalu terbaik di mataku." Katanya lagi. Aaa, ia masih sama seperti dulu menerimaku apa adanya.
Aku terkadang heran mengapa ia dulu mencintaiku? Aku yang nolep, miskin, muka gak support, kok bisa ya? Dulu aku berpikir, ah paling karena kasian. Tapi ternyata ia benar-benar tulus mencintaiku.
"Aku tidak ingin mengungkit masa lalu, tapi apa kau mau bergabung lagi dengan kami, Alena?" Akhirnya tujuan utama Helen membawaku kembali kesini ia sampaikan. Sejujurnya dalam hatiku aku tidak ingin lagi kembali kesini, detik 2 tahun yang lalu aku sudah bersumpah untuk tidak ikut campur lagi dengan apa yang akan mereka perbuat. "Aku tahu kau sudah bersumpah, berjanji atau apalah itu, kami tidak peduli. Apa kau mau kembali? Kami benar-benar membutuhkanmu." Kata Helen lagi.
"Kau adalah satu-satunya yang bisa diandalkan, kami sudah banyak merekrut anggota baru, tapi tidak ada yang bisa menandingi skill mu. Kami mohon." Helen menggenggam kedua tanganku untuk meyakinkanku agar kembali bersama mereka. Tapi aku dengan keyakinan, sumpah dan janji yang ku buat tidak mungkin kembali bekerja sama dengan mereka lagi.
Aku menatap Tan yang meyakinkanku agar menerima tawaran Helen, "Maaf, tapi aku tidak bisa." Aku melepaskan tanganku dari genggaman Helen.
"Kenapa? Karena janji itu." Tanya Helen dengan wajahnya yang hampir emosi karena aku menolak tawarannya. Aku hanya menunduk, aku juga tidak tega ia memohon seperti ini padaku. "Aku tahu kau orang teguh pendirian, kau pasti menepati janji. Tapi sadarlah Alena, kau juga membutuhkan kami." Helen kembali memegang kedua tanganku.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK LIFE✓
Teen FictionHidup tanpa arah di temani kegelapan. Ini Aku, yang disiksa gelap dan menuggu pagi datang. Menunggu untuk membawaku pergi dari gelap malam. Ini Aku, yang terlelap dalam kehampaan dan kebisuan hati yang meminta untuk di isi. Ini Aku, yang be...