06| 5 Tahun

336 6 2
                                    

Jangan biarkan egomu menguasai dirimu sendiri.

-Ardian-

Semua ini di mulai 5 tahun yang lalu. Saat Aku masih berusia 13 tahun. Aku tidak pernah siap untuk semua ini, tapi ini sudah menjadi tanggung jawabku secara tidak langsung.

"Ayah apa Aku boleh bertanya?" Kataku saat Ayah sedang membaca buku. Saat itu Aku sedang berumur 5 tahun.

"Apa pertanyaan mu?"

"Apa itu ulang tahun?" Tanyaku dengan memiringkan kepalaku.

"Ulang tahun adalah saat di mana kau bertambah umur." Jawab Ayah.

"Jika Aku ulang tahun maka Aku akan semakin besar, benar begitu?" Ujar ku.

"Benar." Jawab Ayah. "Tapi jika kau semakin besar maka kau juga akan semakin tua. Jika kau semakin tua maka kau akan.." Ayah tidak melanjutkan ucapannya.

"Akan apa?" Aku meminta agar Ayah melanjutkan ucapannya.

"Akan meninggal." Jawab Ayah.

"Apa itu meninggal?" Tanyaku lagi.

"Meninggal adalah saat dimana kau tidak bisa berbuat apa-apa, saat dimana kau kaku tidak bisa membuka mata dan akan dimasukkan kedalam tanah." Jawab Ayah lagi.

"Aku tidak mau meninggal, takut." Kataku memeluk tanganku sendiri."

"Jangan biarkan egomu menguasai dirimu sendiri." Kata Ayah suatu hari saat Aku sedang bermain sepeda.

"Maksud Ayah?" Tanyaku karena tidak mengerti.

"Jika suatu hari nanti kau sudah besar, jangan mengekang kehidupan seseorang, jangan memikirkan diri sendiri, lihat sekelilingmu jika mereka membutuhkan pertolongan, kau harus bantu walau taruhannya nyawamu sendiri." Ayah sering membicarakan hal-hal yang sama sekali tidak Aku mengerti.

"Baiklah, aku tidak mengerti." Kataku dengan tertawa kecil.

"Suatu hari nanti kau pasti mengerti." Kata Ayah mengelus-elus rambutku. "Ah, mungkin Ayah bisa mengajarkanmu bermain sepeda."

"Boleh juga." kataku menirukan gaya Ayah berbicara.

Ia bicara seperti sedang pidato, semua kata-katanya mulus, rapi dan menyentuh hati. Tapi sayangnya Aku tidak mengerti.

Ayah sering mengajakku ke kantornya, bertemu teman-temannya. Salah satu teman Ayah yang bernama Burhan sering memberiku hadiah, seperti cokelat atau kue kecil seperti panekuk. Kata Ayah, ia sudah berteman dengan Burhan lebih dari 20 tahun.

Mereka sangat dekat, mereka juga menjalin kerjasama bisnis. Pak Burhan juga orang yang baik dan ramah. Ia juga sering bertamu ke rumah kami.

Sehari sebelum kejadian itu, Ibu pulang sedikit larut. Ayah menunggu Ibu di ruang tamu dengan wajah yang gelisah. Hampir tengah malam tapi Ibu belum juga kunjung pulang.

Ayah menelfon Ibu agar ia pulang secepatnya, tapi HP Ibu tidak bisa di hubungi. Ayah berjalan mondar-mandir menunggu kepulangan Ibu.

Sebelum pergi Ibu meminta izin untuk ke rumah temannya. Tapi saat Ayah menelfon teman Ibu, ia tidak ada di sana. Bahkan mereka sudah tidak kontak lagi setelah Ibu menikah.

Setelah penantian yang cukup panjang, akhirnya Ibu pulang. Aku melihat sendiri bagaimana mereka bertengkar.

"Dari mana saja kau?" Tanya Ayah sesampainya Ibu di rumah.

"Sebelum Aku pergi, sudah kukatakan padamu bahwa Aku berkunjung ke rumah temanku." Jawab Ibu dengan kesal karena Ayah berbicara dengan nada kasar.

BLACK LIFE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang