Permintaan maaf dan kebencian. Arti bunga suci dan kekejaman.
Aconitum berarti kebencian dan kematian."Ayah mengubah cerita agar ia tidak dipenjara, ia bersikap seolah-olah ia adalah korban. Aku yakin jasad ibu tidak jatuh ke jurang. Aku akan mencari tahu semuanya dan membuktikan bahwa ayah yang bersalah. Itulah salah satu alasanku ingin menjadi kuat. Untuk bisa mengalahkan ayah."
"Aku tidak yakin." Kataku ragu.
"Apa?" Tanya Joe dengan maksudku.
"Ayahmu melakukan semua itu." Jelasku.
"Aku akan mencari tahunya." Katanya meyakinkanku untuk percaya padanya. Dan aku akan menunggunya membuktikan semuanya padaku.
Seseorang berdiri di depan pintu kamarku dan mengetuk pintu. Setelah ku persilahkan masuk, ia masuk dengan membawa buket bunga.
Ah, aku salah mengijinkan seseorang masuk. Seharusnya aku mengecek siapa yang akan masuk. Aku sama sekali tidak bersemagat untuk bertemu dengannya.
Joe berdiri mempersilahkannya duduk di samping ranjang ku. "Keluar." Kataku dengan halus dengan memalingkan muka ku ketempat lain.
"Nak.." ucapnya lirih memelas kasihan ku.
"Selagi aku masih lunak keluar!" Kataku dengan nada suara yang mulai tinggi.
"Maafkan ibu nak.." katanya lagi masih memelas dan di iringi dengan setetes air mata yang jatuh di pipinya.
"AKU BILANG KELUAR!" Aku masih tidak ingin menatapnya, mataku berair dan air membasahi pipiku. Hidupku sudah terlalu sulit karenanya.
"Sebelum keluar ibu ingin bicara sebentar. Ibu mohon dengarkan ibu, tidak memandang ibu pun tidak masalah." Katanya sambil menyeka air matanya dan akan memulai untuk bicara.
Aku hanya diam, tidak ingin meresponnya. Jika ku usirpun ia tidak akan pergi.
"Sebelumnya ibu minta maaf atas semuanya. Ibu sudsh melukaimu adik-adikmu dan ayahmu. Maafkan ibu. Tapi, ibu tidak pernah berniat untuk melakukan semua itu." Katanya. Aku tersenyum miring mendengar ucapannya.
"Lalu?" Tanyaku memintanya melanjutkan ucapannya.
"Jika kau mengijinkan ibu bisa memperbaikinhya. Tapi jika tidak, ibu akan menghilang, pergi jauh dari kehidupanmu. Maafkan ibu." Ia menaruh buket bunga tulip putih itu di atas meja dan keluar. Namun belum keluar, Joe menghentikannya dan membiarkan ibu berdiri didepan pintu.
"Alena, kenapa kau tidak ingin memberi kesempatan ibumu?" Tanya Joe padaku.
"Kau pikir kenapa? Untuk apa? Aku bisa melakukan semuanya sendiri. Jadi untuk apa aku meminta bantuannya." Kataku menunjuknya dengan mataku.
"Ini adalah ke inginan adik-adikmu." Katanya memberitahuku.
"Yang di inginkan adikku bukan iblis." Kataku tajam.
"Sebegitu bencinya kau padanya?" Tanya Joe lagi menyudutkan ku. Joe selaku berusaha untuk menyatukan ku dengan ibu.
"Sangat, aku sangat membencinya."
"Kegelapan tidak bisa mengusir kegelapan, hanya cahaya yang bisa melakukannya. Begitupun dengan kebencian tidak bisa menghapus kebencian, hanya kasih sayang yang mampu melakukannya. Buka hatimu, tidak semua darinya buruk." Kata Joe meyakinkanku tentang ibu.
"Kau tahu kenapa banyak orang tua yang terlantar dimasa tuanya? Kau tahu kenapa banyak anak-anak dimasa dewasanya tidak ingin mengurus orang tuanya? Itu karena kesalahan yang telah di perbuat orang tuanya dimasa anaknya muda. Anak-anak selalu menganggap bahwa rumah merupakan perlindungan yang terbaik dari dunia luar yang kejam, namun mereka malah mendapatkan kekejaman dari dalam rumah. Itu masuk akal bagimu?" Joe terdiam, aku berfikir kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK LIFE✓
Teen FictionHidup tanpa arah di temani kegelapan. Ini Aku, yang disiksa gelap dan menuggu pagi datang. Menunggu untuk membawaku pergi dari gelap malam. Ini Aku, yang terlelap dalam kehampaan dan kebisuan hati yang meminta untuk di isi. Ini Aku, yang be...