Apapun alasannya, kehilangan akan selalu terasa menyakitkan.
Yang harus kulakukan sekarang adalah mengakhiri semuanya, aku harus menyudahi segalanya. Aku tidak boleh mengulur-ulur waktu lagi.
Dan aku akan menyerahkan diriku sendiri, pada ayah tiri ku yang selama ini mencari ku.
"Tidak perlu mencari ku, aku ada disini. Untuk kalian." Kataku berdiri diambang pintu menunjukkan keberadaan diriku.
Mereka semua berlari dan menggenggam tanganku agar aku tidak kabur. "Tenang saja. Aku tidak akan kemana-mana, aku disini untuk ayah tiri kesayanganku." Kataku menatapnya dengan senyuman yang bisa dibilang palsu.
"Bagus. Ternyata kau bukan hanya pintar, namun baik hati." Katanya berjalan perlahan kearah ku. "Ikat dia dan pastikan jangan sampai lepas." Katanya berjalan keluar.
Aku diikat pada tiang, dengan tangan di borgol ke belakang tiang dan kakiku di ikat dengan tali.
Dia masuk sambil tersenyum puas melihatku. "Kau masih memakai baju pasien tapi bisa berlari kemari. Sungguh mengagumkan. Ternyata aku punya seorang anak yang sangat berbakat." Katanya. "Aku gagal membunuhmu dengan menenggelamkan mu. Ternyata kau punya kesatria berbaju besi untuk melindungi mu. Apa aku harus melenyapkannya juga?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
"Jangan! Kumohon, jangan melukai siapapun. Aku mohon." Kataku memelas. "Aku rela kau bunuh, tapi jangan sakiti adik-adikku, ibuku dan dia."
"Kau masih peduli dengan adik-adikmu yang sudah meninggalkanmu dan ibumu yang sudah membuang mu, serta laki-laki yang sudah tidak peduli lagi padamu?" Tanyanya.
"Kumohon sakiti saja aku, jangan mereka." Kataku memelas lagi.
"Baiklah, aku juga tidak punya waktu untuk mereka. Sebelum itu apa kau tidak ingin bertanya? Kenapa aku melakukan semua ini?" Tanyanya lagi padaku.
"Aku tahu semuanya. Kehadiranku lah yang menjadi alasanmu, seharusnya aku tidak pernah ada. Sekarang terserah mu." Kataku menunduk menjawabnya.
"Anak pintar. Bukan hanya itu, kau sudah membuat orang yang kucintai pergi meninggalkanku. Kau pikir semua itu bisa di maafkan? Tidak. Jika kau ingin mendengar semuanya, aku bersedia menceritakan kenapa kau berhutang padaku. Sebelum kau mati pasti kau ingin mendengar bukan, kenapa kau punya banyak hutang?"
"Sebenarnya akulah yang berhutang pada ayahmu. Tapi, ibumu itu bodoh, dia dengan senang hati melimpahkan seluruh harta ayahmu padaku dan memindahkan hutangku padamu. Seharusnya kau sangat-sangat membenci ibumu. Jangan maafkan dia." Katanya lagi.
"Aku sudah pasrah sekarang, aku tidak ingin mendengar apapun yang melukai hatiku. Silahkan bunuh aku jika itu yang kau inginkan." Kataku lelah mendengar semuanya.
"Baiklah, apapun akan kulakukan untuk menuruti kemauan anak kesayanganku." Katanya berjalan menjauhiku dan mengambil pinstolnya.
"Ada kata-kata terakhir?"
Aku menutup mata. Ayah, bagaimana aku benar atau salah? Maya, maafkan aku belum bisa menjadi kakak yang baik untuk mu. Dion, kau tidak boleh mengingatku lagi. Ibu, entahlah, aku harus berkata apa, selamat tinggal untukmu.
Joe, akhirnya aku akan mati dengan terhormat sesuai keinginanmu, semoga kau bisa mengetahui kebenaran tentang ibumu. Aku pergi, selamat tinggal. Terima kasih sudah mengubah hidupku yang gelap menjadi sedikit bercahaya.
Terima kasih untuk semua yang pernah ada di hidupku. Hidupku yang singkat akan berakhir hari ini.
Aku membuka mataku kembali dan menatapnya yang sudah siap menarik pelatuknya untuk menembak ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK LIFE✓
Fiksi RemajaHidup tanpa arah di temani kegelapan. Ini Aku, yang disiksa gelap dan menuggu pagi datang. Menunggu untuk membawaku pergi dari gelap malam. Ini Aku, yang terlelap dalam kehampaan dan kebisuan hati yang meminta untuk di isi. Ini Aku, yang be...