Api tugasnya adalah membakar dan air tugasnya membasahkan. Tidak mungkin bertukar walau sebenar.
-Alena Faradila-
BOSS
"Tidak berhasil juga? Kalian preman macam apa sih? Lusa, jika tidak juga hab... Ketuk untuk melihat selengkapnya.Aku tidak yakin ponsel ini milik Tan, atau milik Joe. Boss? Apa ini milik para rentenir itu?
Dan apa kelanjutan dari pesan itu, Hab? Apa "Habisi?" Ah, mungkin hal lain dan milik orang lain karena wallpaper nya berlatarkan warna pink, rentenir mana yang memasang lock screen berwarna pink.
Tidak ingin memikirkannya lagi aku memilih untuk tidur, namun mataku tidak bisa terpejam untuk jatuh pada alam bawah sadarku.
Tik, tok, tik, tok,
Hanya ada dentuman jam, helaan nafas dan kedipan mata. Aku berusaha untuk tidak memikirkan apapun agar bisa segera tidur.
Usahaku tidak sia-sia saat aku membuka mata ternyata pagi sudah menyapa. Walau matahari belum terlalu tinggi tapi aku sudah harus bangun mempersiapkan sarapan untuk kedua adikku.
Seharian ini aku hanya akan di rumah. Tidak akan melakukan apa-apa. Aku sudah memutuskan untuk ikut bersama teman-teman lamaku lagi. Jadi seharian ini aku hanya akan mempersiapkan fisik dan mental untuk melakukan pekerjaan yang sudah lama tak ku pandang.
Hari ini adalah week end jadi Maya juga di rumah. Karena ucapanku kemarin kekesalan Maya yang mulai mereda malah menjadi bertambah. Bukannya mencari peluang untuk berbaikan lagi dengannya aku malah membuatnya semakin membenciku.
Matahari berganti sore, aku menunggu mereka untuk segera tidur agar aku bisa pergi tanpa mereka ketahui. Tapi sepertinya agak sedikit sulit karena Maya diam-diam mengamati setiap gerak-gerik ku. Aku harus membuatnya tak peduli atau lengah.
"Apa kau memata-mataiku?" Tanyaku saat memergokinya yang tengah memandangku sambil bersembunyi.
Maya keluar dari persembunyiannya dan bersikap seolah ia tak bersalah. "Tidak! Aku hanya ingin lewat." Alasannya sambil berlalu keluar. Maya duduk di depan pintu dengan memeluk kedua lututnya sambil memandang langit.
Ini semakin sulit Maya malah duduk didepan pintu, semakin susah untukku melewatinya. Aku harus mencari cara lain untuk bisa membuat Maya dengan sendirinya pergi dari depan pintu.
"MAYA!! ADA KECOAK!!" Kataku berteriak histeris.
Maya langsung berdiri sambil berteriak bahkan lebih histeris dariku dan melompat berinjit-injit tidak ingin menyentuh kecoa itu. Namun sayangnya itu hanyalah pikiran jail ku agar Maya pergi dari hadapan pintu.
Maya mengepalkan tangannya kesal padaku, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Maya berjalan dengan kesal sambil melangkahkan kakinya, cara berjalannya seperti seorang raksasa yang sedang marah. Ia menghentakkan kakinya keras kelantai sehingga menimbulkan bunyi yang lantang.
Aku tertawa kecil melihat reaksinya. Seharusnya ia berfikir dahulu, karena aku tidak takut pada kecoak, jadi tidak mungkin aku berteriak.
Beberapa menit aku menunggu dan akhirnya Maya tertidur. Aku ingin sekali masuk dan berpamitan langsung dengannya walau ia sudah tidur. Tapi aku takut nanti membuatnya bangun, maka itu akan sangat rumit nantinya.
Setelah mempersiapkan semuanya aku langsung berangkat. Sesampainya di markas, aku disambut dan kami menyusun rencana.
Aku adalah ketuanya, aku yang memerintah dan menjadi peran utama. Aku yang menyusun rencana dan mengarahkan teman-temanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK LIFE✓
Teen FictionHidup tanpa arah di temani kegelapan. Ini Aku, yang disiksa gelap dan menuggu pagi datang. Menunggu untuk membawaku pergi dari gelap malam. Ini Aku, yang terlelap dalam kehampaan dan kebisuan hati yang meminta untuk di isi. Ini Aku, yang be...