27| Keinginan yang Tidak Diinginkan

46 5 37
                                    

Hanya ikan yang bodoh bisa terpancing dua kali dengan umpan yang sama_Alena.

Saat sampai di tempat biasa aku dan Joe bertemu duduk seorang wanita paruh baya. Ia membalikkan wajahnya melihatku yang baru sampai.

"Aku tidak mau bertemu dengannya." Kataku berjalan menjauh. Joe menarik tanganku sebelum aku berjalan terlalu jauh.

"Duduk." Suruh Joe padaku.

"Tidak!" Kataku. Aku berdiri menatapnya tajam dengan diam.

"Duduklah nak." Katanya lembut memintaku untuk duduk di depannya.

"Kau bukan ibuku, jangan panggil aku 'nak'." Kataku dengan wajah datar dan dingin.

"Baiklah. Ibu hanya ingin kau mengizinkan ibu untuk bertemu, memeluk dan mencium anak ibu." Katanya lagi.

"Siapa yang kau sebut anak? Apa aku dan adik-adikku yang kau buang?" Tanyaku menyudutkannya.

"Maafkan ibu, ibu menyesal. Ibu tidak akan mengulanginya lagi." Katanya memohon padaku.

"Hanya ikan bodoh yang terpancing dua kali dengan umpan yang sama. Aku bukan ikan bodoh. Jadi, tidak mungkin membiarkan melakukannya lagi." Kataku. Tidak akan ada rasa peduli di hatiku.

"Alena." Tegus Joe karena bicaraku sangat tidak sopan. Walau bagaimana pun ia ada orang yang lebih tua dariku.

"Ibu mohon, ibu akan lakukan apa saja." Katanya menggenggam tanganku, ia begitu memelas padaku. Lebih tepatnya menjilat.

"Tidak!" Kataku melepaskan tanganku darinya dengan sedikit kasar. "Aku tidak punya alasan satupun untuk bisa menerimamu kembali dalam hidupku."

"Kalau begitu, sekarang kau punya alasannya. Yaitu aku." Semua orang melihat kearahnya. Entah muncul dari mana, tapi ia membuatku tidak bisa beralasan lagi. "Jika aku benar-benar adikmu, maka aku minta padamu untuk mengizinkanku bertemu dan berpelukan dengan ibu." Katanya tegas padaku.

Aku tidak bisa berkata-kata lagi, tidak ada yang bisa ku ucapkan. Semuanya seolah-olah memaksaku pada sesuatu yang ku benci.

"Terserah. Tapi jangan memaksaku untuk memaafkan mu." Kataku memalingkan mukaku. Maya langsung memeluk ibu kegirangan.

"Sini nak." Katanya membawaku memeluknya. Aku menghindar dan pergi dari hadapan mereka. Ibu menutup tangannya yang terbuka lebar menunggu pelukan dariku dengan wajah tertunduk. "Tak apa. Suatu saat pasti Alena akan menerima pelukan ibu." Katanya bicara pada dirinya sendiri. Aku belum terlalu jauh, jadi masih bisa mendengar perkataannya.

===

Sepanjang pekerjaanku, aku selalu memikirkan adik-adikku. Kekhawatiran terhadap mereka, aku takut mereka di celakai oleh ibu, atau di bawa kabur.

"Ah, tidak!" Kataku kaget dengan sesuatu yang kepalaku kupikirkan. Aku semakin tidak fokus bekerja, karena memikirkan mereka.

"Hei, pekerja paruh waktu!" Panggil menagerku.

"Ya, pak." Jawabku sambil menoleh kearahnya.

"Tadi, berapa kotak buah yang kau pesan?" Tanyanya padaku sambil mengecek kotak buah yang ada.

"Ah! Aku lupa! Sekarang aku akan memesannya..." Kataku kaget, karena lupa memesan buah. Sebelumnya ia memang sudah memberi tahuku untuk memesan buah.

"Hei! Bagaimana kita besok, jika kau lupa soal itu?" Katanya menegurku.

"Maafkan aku." Kataku menunduk meminta maaf.

"Sudah kubilang padamu untuk membuang sampah begitu kau sampai disini." Katanya lagi, menegurku dengan kesalahan yang lain.

BLACK LIFE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang