07| 5 Tahun (2)

282 6 2
                                    

"Kau pikir, permintaan maafnya bisa menggantikan hari-hari sengsara yang ku tempuh selama 5 tahun?"

-Alena-

Suatu hari, kami tidak memiliki makanan sedikitpun, orang-orang yang lewat pun tidak berniat memberikan makanan sisa mereka pada kami.

Sampai hari itu datang, hari dimana aku mulai mencuri. Awalnya aku hanya mencuri makanan tapi ternyata hal itu berlanjut. Aku juga mencuri uang, barang atau apa pun yang bisa membuat kami bertahan hidup.

Aku juga berusaha untuk mencari tempat tinggal, selama ini kami hanya tinggal di pinggir jalan. Aku sangat kasihan pada Dion, ia masih bayi seharusnya ia mendapatkan perawatan yang layak, meminum susu dan tidur ditempat yang bersih. Bukannya tinggal dipinggir jalan dengan keadaan yang memprihatinkan.

Aku mendapatkan sebuah rumah yang tidak dihuni di perumahan yang sedikit kumuh. Kata orang-orang sekitar penghuni rumah itu adalah milik kakek-kakek pemulung yang sudah meninggal.

Aku membawa kedua adikku untuk tinggal di sana. Maya masih berumur 8 tahun, aku harus menyekolahkannya. Aku selalu menunggu Ibu mencari ku, mencari kami.

Tapi tidak,

2 tahun berlalu.

Aku sudah mengubur harapanku dalam-dalam. Ia sudah membuat ruang kebencian di hatiku. Kesalahan atau kesengajaan yang telah ia torehkan di hatiku.

Mulai hari itu, Aku membencinya aku tidak berniat untuk memaafkannya. Hari itu, hari dimana aku sudah tidak menganggapnya sebagai Ibuku lagi. Ia sudah menjadi orang asing yang tidak pernah hadir di hidupku.

2 tahun berikutnya, aku mendapatkan kabar bahwa Ayah meninggalkan hutangnya padaku.

"Kami sudah lama mencari keluarga Ardian." Rentenir itu menemui ku dan meminta uangnya.

"Kenapa harus saya?" Aku merasa bahwa aku buka lah yang bertanggung jawab atas hutang-hutang itu.

"Karena anda adalah ahli warisnya, Alena Faradila Ardian Putri."

"Bagaimana dengan istrinya? Nadya?" Jika namaku terseret dengan hutang ini maka aku akan menyeret nama Ibu juga.

"Dalam surat wasiat tidak ada nama Nadya, dan Istri? Beliau tidak mempunyai Istri."

Akhirnya aku menanggung hutang itu sejak tahun lalu. Aku di kejar-kejar hutang. Ibu? Bahkan statusnya pun tidak tertulis. Begitu licik dia, menjerumuskan ku dalam semua penderitaan ini.

1 tahun berikutnya aku hidup seperti biasa. Kemewahan yang selama ini kurasakan lenyap. Aku berdiri dengan kakiku sendiri. Membesarkan adik-adikku dengan caraku sendiri.

Dan hari ini, ia kembali. Meminta maaf padaku tapi aku sudah tidak percaya lagi. Sekitar 4 tahun aku berharap ia kembali untuk menjemput ku dan adik-adikku dan membawa kami keluar dari gelap malam. Tapi ia tak kunjung datang.

Semua orang bermimpi punya kehidupan indah di dunia yang abu-abu ini, begitupun denganku. Tapi, nyatanya aku bahkan tidak punya harapan.

Aku, yang berjalan terseok-seok di garis setapak sembari bertanya pada sang angin, apa tujuan aku hidup? Apa hanya merasakan penderitaan mu yang tiada ujung, tanpa merakasakan sedikit angin surga agar aku punya semangat untuk berdiri dari terpaan badai?

"Kakak, kenapa kau tidak mau memaafkan Ibu?" Maya yang berusaha untuk membujukku untuk memaafkan Ibu.

"Kenapa kau mau memaafkannya yang sudah membuang kita? Dia jelas-jelas tidak menginginkan kita." Aku yang berusaha untuk membuat Maya mengerti betapa kejamnya dia yang tega membuang kita.

BLACK LIFE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang