Ketika sampai di bandara, bandara telah penuh dengan wartawan serta kerumunan orang yang kuduga adalah keluarga para korban. Aku bahkan belum sempat mengganti baju ku setelah semalam selesai berpatroli.
"Loh ga, ngapain disini?" tanya seseorang sembari menepuk pundak ku yang ternyata adalah komandan ku di kesatuan.
Aku yang awalnya terduduk lesu langsung berdiri tegap sambil memberikan hormat ku, "Saya lagi nunggu info selanjutnya ndan, istri saya salalah satu penumpang dipesawat tersebut."
"Inalillahi, yang sabar ya ga. Ayo kamu ikut saya aja ke posko biar tau updatean nya lebih cepat."
"Nggak usah ndan, saya disini aja. Sudah ada Satria yang gantiin saya disana."
"Yaudah, Saya kedalam dulu ya. Yang sabar ya ga, semoga istri mu nggak kenapa-napa." ucap komandan ku sembari menepuk pundak ku.
"Siap. Terima kasih ndan." jawab ku berusaha tegar.
Sampai saat ini pihak maskapai belum juga mengeluarkan nama-nama penumpang & bagaimana kondisi pesawat tersebut. Hal itu membuat kerumunan tersebut emosi karna tidak mendapat kejelasan. Aku hanya memandanginya saja dan tidak berdaya untuk meluapkan emosi ku.
Kini waktu telah menunjukkan pukul 12.30, mbak Tara masih belum bisa untuk ku hubungi. Menurut penuturan Sasi, mbak Tara kalau ngajar selalu meninggalkan handphone nya dilaci ruangannya karna nggak mau diganggu oleh siapapun.
Karena semalam aku patroli, maka aku kini diserang rasa kantuk. Ku putuskan untuk kembali ke mobil ku dan tidur disana.
-
"Buset rame amat, ada apaan sih? Haduh mana batrai hp abis, lupa bawa power bank, colokan adanya diatas. Sial banget deh gue."Aku mampir ke indomaret untuk membeli beberapa barang dan setelahnya mampir ke kfc untuk numpang ngecas. Setelah terhubung dengan listrik, hp ku akhirnya nyala dan ada ratusan pesan dan telpon dari keluarga ku, mas Anu, bang Satria, dsb.
"Hah apaan sih." bingung ku dan langsung menelpon mas Anu.
"Mas! Aku udah di kfc nih, buru ya suruh bang Satria jemput. Aku dah kangen Chiro." ucap ku antusias tapi yang ku dapatkan hanyalah kebisuan mas Anu.
"Mas? Halo? Eh, ini bener nomor mas Anu kan? Bener kok." ucap ku sambil memastikan bahwa itu adalah nomor mas Anu.
"Mas?" ucap ku bingung dan sambungan telpon ku langsung dimatikan begitu saja.
"Lah?! Ih mas Anu apaan sih nutup gitu aja. Awas aja nanti pas ketemu." sungut ku sebal.
Tidak sampai 5 menit, ku lihat dari dalam sini mas Anu berlari. Entah kemana rasa sebal ku barusan, kini aku melambai dengan antusias sambil memakan twisty ku. Dapat ku lihat mas Anu masuk terburu-buru dan langsung memeluk ku sangat erat.
"Eh, mas apaan sih. Malu ini diliat orang-orang. Aku juga nggak bisa nafas mas kamu peluk erat gini." ucap ku sambil menenpuk punggung mas Anu dan tertawa canggung kepada orang-orang yang memperhatikan kami.
"Kamu masih hidup? Ini beneran kamu, sayang?" ucap mas Anu padaku dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ya masih idup lah! Emang kamu ngarepin aku mati ya?!"
"Bukan gitu! Kamu nggak ada buka hp kamu apa gimana sih?"
"Hp ku mati, lupa charger. Sampe bandara aku sebenarnya mau ngehubungin kamu, tapi aku lupa. Ih bisa-bisanya ya aku lupa mas. Terus naik pesawat, pas transit aku spa, nah aku ketiduran disitu, nah hab-"
"Transit?"
"Iya transit, aku kan kesiangan jadi ambil pesawat dari Malang terus transit Jakarta. Emang kenapa sih mas?" ku lihat mas Anu seperti bernafas lega dan sekali lagi memeluk ku tapi tak seerat tadi.
Aku semakin bingung dan hanya membalas pelukan mas Anu, "Udah yuk mas, balik. Aku dah nggak sabar mau ketemu Chiro."
Saat kami berjalan menuju parkiran, kami berpapasan dengan bang Satria yang seperti mencari sesuatu. "SETAN!!" ucapnya sembari menunjuk ku.
"Woy! Enak aja lo manggil gue setan. Gue masih idup ya." sungut ku.
"Loh ga, dia..dia..kok.." bang Satria menunjuk ku terus dan tak sanggup meneruskan perkataannya.
"Iya, ini Sasi. Dia masih hidup kok, sat. Yaudah yuk balik."
"Hah? Gimana ceritanya?! Nama lo ada di daftar penumpang, ia."
"Ya tapi buktinya kan gue sekarang disini."
"Udah balik dulu, sat. Biar Sasi ceritain pas dijalan."
-
Oke, sekarang omongan mas Anu terbukti benar. Saat bangun, waktu telah menunjukkan pukul 05.30 yang mana artinya aku akan ketinggalan pesawat. Aku memilih penerbangan melalui Surabaya karna kalau lewat Malang pesawat paling pagi itu jam 9.Tak ambil pusing, kini aku segera membooking pesawat dengan rute Malang-Balikpapan dengan satu kali transit di Jakarta. Tentu saja aku kena omel mbatar, tidak usah diragukan lagi.
"Makanya toh jangan kebanyakan nonton drama Korea, jadi telat gini kan! Yaudah buruan siap-siap mbak anter ke bandara."
Setelah selesai siap-siap dengan omelan mbatar yang tiada habisnya, kini kami dalam perjalanan ke bandara. Karena jarak bandara dan rumah ku hanya 30 menit, jadi kami memutuskan untuk membeli oleh-oleh tambahan & sarapan dulu.
"Udah hubungin suami kamu?"
"Astaga lupa! Yaudalah ntar aja mbak." jawab ku sembari meneruskan kegiatan sarapan ku.
"Sekarang aja dek. Kamu kan pelupa banget sekarang! Ntar kelupaan. Kamu suka banget sih bikin khawatir orang."
Tak ku gubris perkataan mbatar dan aku tetap meneruskan sarapan ku.
Waktu telah menunjukkan jam 8.15 dan kami pun bergegas menuju bandara. Setelah berpamitan, check-in, dan kini saatnya pesawat ku untuk lepas landas.
Sambil menunggu pesawat ku lepas landas, ku ubah handphone ku menjadi mode pesawat dan ku mainkan musik serta menyumpal telinga ku dengan earphone.
Saat mendarat dengan selamat di Jakarta, aku memutuskan untuk spa disalah satu layanan yang ada dibandara ini. Saking lelahnya saat spa aku tertidur dan dibangunkan oleh terapis ku bahwa layanan telah usai dan sebentar lagi pesawat ku akan boarding.
Aku terburu-buru menuju gate pesawat ku dan ikut mengantri dengan orang-orang yang sudah terlebih dahulu ada disana.
"Nah jadi gitu ceritanya." ucap ku saat selesai menceritakan rentetan peristiwa kenapa akh berada dipesawat yang berbeda.
"Lain kali jangan diulangin lagi ya, sayang. Kalau sempat segera hubungin mas atau orang tua kamu biar kita nggak khawatir." ucap mas Anu sambil mengelus sayang kepala ku.
"Eh iya, belom sempat hubungin ibu. Pinjem dong hp mu mas, tadi batrai hp ku baru 10% keisi."
Belum sempat aku mengucap salam, rentetan pertanyaan langsung keluar dari sebrang.
"Halo mas? Gimana? Pesawatnya idah ketemu belom?""Assalamualaikum ibunda ku tersayang, ini anak bontot kesayangan mu."
"Kia?! Kamu masih idup?! Ya Allah alhamdulillah. Pak! Ini Kia masih idup pak!" ucap ibu ku yang disusul sautan mengucap syukur yang kuduga pasti itu squad ibu-ibu pergosipan komplek rumah ku.
Dahlah ya gausah dilanjutin lagi isi dari telpon ku & ibu karna isinya hanyalah ibu ku yang sambat dan mengomeli ku. Setelah telpon ku dan ibu ku usai, kini hp mas Anu berdering lagi dan menampilkan kontak mbatar.
Oke fix, seharian ini aku tidak akan bisa main sama Chiro dengan tenang. Karna hari ini adalah hari dimana aku akan diomeli habis-habisan oleh semua orang.
~~
Maafkan kalau ada typo!
Hehehe, maaf ya guys kalau kalian sebel sama aku karna cerita ini jadi menyebalkan TT
-R

KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With U
De TodoKebanyakan kriteria ideal para lelaki ketika mencari pasangan itu rata-rata pasti pada nyari yang; 1.Cantik 2. Langsing 3. Pintar 4. Putih 5. Lemah lembut Tapi sepertinya semua hal itu tidak didapatkan oleh Arganta Kanu Wibisana. Arga dengan sifat...