Lupakan tentang dua minggu penuh kemesraan dan tawa kebahagiaan yang sudah ku idam-idamkan. Karena, selama dua minggu disini dipenuhi ceramah serta omelan orang-orang disekitar ku.
"Sekali aja bè, bisa nggak sih buat mas nggak jantungan?"
"Kamu udah charge hp, belum?"
"Jangan lupa charge hp mu & cek juga paketan data masih banyak atau nggak."Semua kalimat itu selalu mas Anu katakan selama 2 minggu penuh tanpa melewatkan satu hari pun. Belum lagi dari orang tua ku, mbatar, mertua ku, dan menyebalkannya aku juga dapat ejekan berbau sindiran dari para pengikut mas Anu.
"Anjim banget lo ia hampir bikin si Arga jadi calon duda lagi. Dah 2x lo bikin temen gue jantungan, sekali lagi jackpot + dapat piring cantik."
"Bah, mana udah kesebar lagi gosipnya. Bisa dicap penyebar hoax aku kalau macam ni. Padahal si Reni dah siap-siap mau ngelamar bang Arga."
"Syukurlah kalau ternyata mbak Kia baik-baik saja. Tapi mungkin jangan keseringan ngeprank malaikat maut mbak."
Dua minggu yang tidak ada bahagia-bahagianya karena hanya diisi berbagai ceramah dan sindiran halus. Dan akhirnya! Kini semua itu tinggal kenangan, sebab aku sudah kembali ke Malang dua bulan yang lalu untuk mengurus administrasi kelulusan ku. Ya walaupun sudah lama sih sejak segala ceramah dan sindiran itu masuk ke telinga ku, tapi kalimat itu masih saja terus menghantui ku.
Mas Anu bahkan sengaja memilihkan penerbangan saat weekend demi bisa mengantarkan ku. Sebelum kembali, mas Anu sengaja menyewa sebuah villa yang menurutnya merupakan gladi resik kesekian kalinya honeymoon sebelum nantinya akan honeymoon di negara impian ku, Switzerland.
"Jadi wisuda mu kapan?" tanya mbatar saat kami sedang menonton tv bersama.
"Dua minggu lagi. Kenapa? Mbak nggak bisa datang?"
"Nggak tau deh, sibuk banget ngurus program kampus. Ya semoga aja bisa, soalnya mau liat langsung ekspresi orang-orang pas kamu kasih tau tentang 'mereka'." ucap mbatar yang ku balas dengan senyuman.
"Yaudah, buru istirahat gih. Udah minum susunya, kan?"
Aku mengangguk sebagai jawaban dan berlalu menuju kamar ku. Setelah melakukan ritual malam yang biasa ku lakukan, melakukan vidcall dengan mas Anu, kini saatnya aku untuk tidur.
-
"Sakit lo? Pucet amat tu muka." ucap Satria begitu duduk disofa yang ada diruangan ku."Nggak tau, kayaknya sih asam lambung naik." jawab ku lemas.
"Haduh jangan sakit dong ga. Ntar kalo lo sakit, gue bisa diomelin bini lo yang kek singa itu."
Aku hanya tersenyum lemah menanggapi ucapan Satria.
"Sumpah ga, kek nya lo musti periksa deh. Bisa-bisanya gue ngomong gitu lo nggak ngomel kek biasanya. Asli, sakit banget lo kayaknya ga."
"Makin mual saya dengar kamu ngoceh, kalau nggak ada hal yang penting keluar aja deh, sat."
"Apa jangan-jangan....bini lo hamil?" ucap Sayria yang membuat ku terhenyak sesaat.
"Nggak lah, orang barusan vidcall biasa aja kok anaknya." jawab ku mencoba menepis perkataan Satria.
"Yaudah deh, gue cabut duluan ya. Baek-baek lo, kalo ada apa-apa langsung ke rs lo." ucap Satria sambil berlalu dari ruangan ku.
-
"Ya Allah, gue kira udah lulus gini gue nggak bakal pusing lagi. Ternyata ngurus ginian ribet banget! Ampun deh." keluh ku sambil menyeruput es dawet ku dengan terburu-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With U
RastgeleKebanyakan kriteria ideal para lelaki ketika mencari pasangan itu rata-rata pasti pada nyari yang; 1.Cantik 2. Langsing 3. Pintar 4. Putih 5. Lemah lembut Tapi sepertinya semua hal itu tidak didapatkan oleh Arganta Kanu Wibisana. Arga dengan sifat...