Part 23

490 60 24
                                        

"A healthy person is someone who expresses what they're feeling inside."

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

"Enzo!"

Enzo terus saja berjalan, tanpa memperdulikan Camilla yang sudah terengah-engah karena mengejarnya.

"Enzo tunggu ih! Malesin banget sih jadi orang!" Teriak Camilla, sambil sesekali mengatur nafasnya.

Tanpa sadar Camilla sudah mengejar Enzo, hingga ke ujung lorong arah gudang sekolah.

Enzo mendadak menghentikan langkahnya, dan menimbulkan tabrakan dari arah depan Camilla.

"Auw!" Camilla mengaduh kesakitan, "bilang kek kalau mau berhenti," ucap Camilla kesal.

"Mau ngapain ngikutin gue!" Ketus Enzo.

"Ya, gue mau jelasin masalah Putra tadi," jawab Camilla.

"Buat apaan? Lo kan udah jadian sama Putra. Ya udah sana sama Putra!"

"Ih apaan sih! Bukan kayak gitu ceritanya. Makanya dengerin dulu," ucap Camilla.

"Gak perlu! Semuanya udah jelas!" Jawab Enzo tidak mau kalah.

"Udah jelas apanya sih. Ya udah deh. Kalau Lo kayak anak kecil gini, Gue juga males ngurusinnya. Udah cape-cape gue ngejar-ngejar Lo," Camilla pun segera berbalik dan melangkahkan kakinya menuju kelas.

"Milla! Lo mau kemana!"

"Balik! Males ngurusin Lo," ketus Camilla.

"Ish. Gue lagi ngambek ini. Baik-baikin dulu kek!"

"Ogah!"

"Milla! Di Sayang dulu kek Gue nya!" Teriak Enzo.

"Males."

"Milla! Ya ampun. Gak ada harganya banget gue. Cuma kayak gitu doang di baikinnya!"

"Sukurin!"

"Ini pacar apaan dah! Cowoknya ngambek bukannya di rayu-rayu biar gak ngambek lagi, malah di tinggal pergi!" Teriak Enzo.

"Serah!" Ketus Camilla.

"Awas ya! Nanti dirumah gak akan gue kasih ampun," ujar Enzo.

"Bodo amat!" Camilla pun berlalu pergi meninggalkan Enzo yang masih menatapnya dari kejauhan.

°°°

Tiba di kamarnya Camilla segera merebahkan dirinya karena kelelahan. Berada di kasur yang empuk dan kamar yang begitu dingin. Membuat Camilla melupakan penatnya hari ini.

Dan Camilla baru saja ingin memejamkan matanya, tiba-tiba Camilla mendengar suara pintu di kunci dari dalam, dengan sedikit malas. Camilla melirik ke arah pintu dan ternyata Enzo sudah berada di kamarnya membuat mata Camilla membelalak dan hendak memekik.

Namun jeritan Camilla langsung di tahan oleh tangan besar milik Enzo.

Camilla berusaha kabur untuk melarikan diri, namun pergerakan Camilla kalah cepat. Karena Enzo sudah menindih tubuhnya, membuatnya tidak berkutik.

"Gue kan udah bilang. Urusan Kita belum selesai dan akan Kita selesaikan hari ini," Enzo mulai merangsek maju memeluk tubuh mungil Camilla

"Enzo! Maaf!" Ucap Camilla dengan pandangan ngerih. Karena sepertinya Enzo akan memakannya hidup-hidup.

"Semua yang ada di diri Kamu, milik Aku. Jangan kasih siapa-siapa," Enzo merapatkan tubuhnya dan memeluk gadisnya.

"Iyah," ucap Camilla lirih.

"Janji."

"Iyah janji."

"Mana wajahnya liat sini dong," Enzo mencoba menangkup wajah mungil gadisnya.

"Apaan sih! Malu ih!" Camilla masih membenamkan wajahnya dalam pelukan Enzo, karena tidak ingin Enzo melihat wajahnya yang sudah merona merah.

"Malu kenapa sih. sama calon suaminya juga," goda Enzo.

"Tetap aja malu," Camilla makin mempererat pelukannya.

"Sayang makasih ya," ucap Enzo lirih.

"Makasih untuk apa?" Tanya Camilla.

"Makasih untuk hari ini," jawab Enzo.

"Hmm."

Enzo memberikan kecupan hangat pada kening gadisnya.

Sesaat dalam diam hanya terdengar suara detak jam yang saling bersahutan dengan detak jantung mereka berdua.

"Milla."

"Iyah."

"Makasih gelangnya," ucap Enzo.

Camilla mendongakkan kepalanya dan menatap Enzo, "emang udah di ambil gelangnya?" Tanya Camilla.

"Udah. Nih udah Aku pake," jawab Enzo sambil memperlihatkan gelang yang di pakainya pada Camilla.

"Jadi Kamu udah gak marah lagi?" Tanya Camilla.

"Emang dari tadi juga Aku gak marah. Kan Aku iseng aja ngerjain Kamu," ucap Enzo sambil terkekeh.

"Ya ampun. Ngeselin banget sih Kamu," Camilla reflek mencubit pinggang Enzo.

"Ciyee... ngomongnya Aku Kamu nih sekarang," canda Enzo sambil menghindari cubitan Enzo.

"Lah Kamu duluan yang mulai," Camilla gemas dan mengejar Enzo yang berlari mengelilingi kamar.

Camilla segera mengambil bantal dan melemparnya ke arah Enzo. Namun sayang lemparannya tidak tepat sasaran.

"Gak kena. Wek!" Ucap Enzo. Sambil terkekeh melihat wajah Camilla yang geram karena kesal.

"Udah ah. Males banget di isengin terus," Camilla keluar kamar menuju balkon.

"Yeee. Ngambek lagi," Enzo mendekati Camilla dan memeluknya dari belakang, "jangan ngambek dong sayang," ucap Enzo lirih.

"Gak ngambek," jawab Camilla.

"Milla... Enzo sayaang bangeett sama Milla," Enzo membalikkan tubuh gadisnya untuk menghadap ke arahnya.

"Iyah... Milla juga sayang Enzo," Camilla menoel hidung mancung milik Enzo.

Enzo menarik tubuh gadisnya, agar semakin bisa mendekapnya dengan erat. Ada rasa nyaman yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, itulah yang Camilla rasakan saat ini.

"I love you baby,.. till the end," ucap Enzo lirih dan mengakhiri dengan kecupan singkat di telinganya.

Camilla menatap Enzo lekat-lekat, dan tersenyum manis, Ada rasa tidak percaya, jika Enzo sahabat semasa kecilnya. Sudah tumbuh menjadi laki-laki yang begitu tampan dan mempesona, tidak ada gadis yang bisa menolak pesona Enzo Julian, termasuk dirinya sendiri.

°°°

EnzoCamilla (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang