Part 14 : Fatamorgana

575 95 3
                                    

"Jika bias indah dirimu, hanyalah sebuah fatamorgana, maka itu sudahlah cukup membuatku bahagia."


°°°

Lembayung senja sudah berganti warna, planet Mars yang berwarna oranye, sudah menghilang tergantikan cahaya rembulan dan bintang, malam pun mulai turun, Enzo dan Camilla masih berputar-putar mengelilingi area taman.

"Enzo, udah dong ngambeknya, Kita makan aja yuk, gue laper nih," Camilla mulai merajuk, karena usus dua belas jarinya sudah meronta minta di isi.

"Ya udah, Kita makan dulu," Enzo melajukan motor Ducati miliknya , kemudian berhenti di tukang mie tek tek yang berada di pinggir jalan.

"Lo yakin mau makan di sini Zo?"

"Emangnya kenapa?"

"Anak konglomerat makan mie tek tek pinggir jalan, nanti kalau Pak Gunawan ngeliat, kelar hidup gue, di sangka gak bisa ngurusin lo lagi," ucap Camilla, yang masih menunggu mie tek tek rebus pesanan nya matang.

"Bisa gak sih, kalau Kita lagi ngobrol gak bawa-bawa nama Papi," jawab Enzo.

"Ya kan, itu memang sudah menjadi tanggung jawab gue, kan lo juga sering ngingetin gue untuk sadar siapa gue dan derajat gue," Camilla mengambil piring mie tek tek rebus yang di sodorkan penjualnya, pada dirinya dan Enzo.

Enzo tertegun sesaat, ada rasa sesal yang tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata, karena apa yang sering di ucapkan nya dulu, ternyata begitu menancapkan luka pada hati gadis yang ternyata diam-diam begitu di kaguminya.

"Maafin gue ya, dulu suka jahat sama lo," Enzo memandang Camilla, yang sedang sibuk mengibaskan dengan tangan agar mie rebusnya cepat dingin.

"Tanpa lo minta maaf, udah gue maafin kok," Camilla tersenyum manis ke arah Enzo.

Enzo mengelus puncak kepala Camilla, rasanya jika waktu bisa di putar kembali ke belakang, ingin rasanya Enzo menghapus memori yang ada di kepala Camilla, agar tidak perlu lagi mengingat perlakuan buruk dan kata-kata kasarnya.

"Makasih Milla," Ucap Enzo.

"Makasih untuk apa?"

"Makasih, karena sudah mau bertahan dengan orang seperti gue, makasih karena selalu ada buat gue, makasih untuk kasih sayang yang tulus untuk gue dan keluarga gue," tiba-tiba Enzo merasa tenggorokannya tercekat, susah payah menahan haru dalam dadanya.

"Gue yang makasih, karena gue sudah di izinkan masuk ke dalam kehidupan lo," dan lagi senyuman manis Camilla selalu menghiasi bibirnya.

"Lo gadis yang berhati baik, Milla," mata Enzo seolah enggan, melepaskan tatapan nya, dari gadis yang sudah mencuri hatinya.

"Makasih, maem yuk. Mie nya takut melar, dari tadi manggilin minta di makan," Camilla memberikan suapan pertamanya untuk Enzo, "suapin ya, gue gak bakalan abis kayaknya," selesai memberi suapan, Camilla membersihkan mulut Enzo yang kotor terkena kuah mie rebus dengan tisue.

"Lo mau bikin gue gendut ya?" Ujar Enzo.

"Lo mah gak bakalan gendut, kan rajin fitnes, badan lo udah bagus gitu," Camilla langsung menyantap mie rebus tanpa bernafas.

"Ketauan deh, sering ngeliatin gue ganti baju," Enzo melirik ke arah Camilla dan tersenyum menggoda.

"Gimana gak mau lihat, lo kan kalau ganti baju suka sembarangan," jawab Camilla dengan mulut terisi penuh mie rebus, membuat pipinya menggembung.

"Ngeles mulu, ngaku aja sih," Enzo masih sibuk memasukkan suap demi suap mie rebus di hadapan nya.

"Gak perlu ngeles, gue udah pinter, hehe," canda Camilla.

EnzoCamilla (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang